Pagi hari datang dengan cahaya yang menyilaukan menyelinap masuk dari balik jendela. Panasnya menghangatkan kehidupan di bumi. Seorang gadis yang tertidur dengan memeluk sebuah bantal besar perlahan mulai membuka matanya. Di sebelahnya sudah terdapat sepucuk surat dengan bunga mawar hitam di atasnya. Gadis itu tersenyum pilu menatap surat di tangannya.
-----------------------------------------------------------
Kepada : Permaisuri Aesteler
Saat kau membaca surat ini itu artinya aku sudah pergi perang. Jangan khwatir akan keselamatanmu. Aku sudah menyuruh Ashe untuk mengawalmu dan juga aku sudah memilih seorang pelayan pribadi untukmu. Seorang permaisuri harus punya pelayan pribadi dan kau tak bisa menolaknya. Cuacah saat ini sedang dingin pastikan kau memakai pakaian hangat. Aku akan kembali. Hei, kau itu beneran perempuan atau bukan? Tidurmu seperti jarum jam yang selalu berputar. Aku penasaran saat kau bangun ada berapa banyak pulau yang terbentuk di bantalmu. Aku harap yang mulia permaisuri sehat selalu. Jangan lupa persiapkan dirimu saat aku pulang nanti. Kita akan membuat seratus anak sebagai perayaan kemenanganku.
Dari : kaisar mesum
-------------------------------------------------------------
Segera setelah membaca surat itu Asyla langsung meremasnya dan berteriak dengan keras. Ashe yang mendengar teriakannya segera masuk untuk mengecek keadaan sang permaisuri.
"Yang Mulia apakah anda baik-baik saja?" tanyanya dengan panik.
"Aku sedang sekarat," jawabnya dengan lemas.
Sementara itu Antonio sedang menyiapkan dirinya sebelum berperang melawan pasukan dari kerajaan Seblak. Kerajaan itu bersekutu dengan kerajaan Aesdawet untuk menyerang Aesteler. Mereka terlalu percaya diri akan memenangkan perperangan melawan Aesteler.
Teropet berbunyi menandakan saatnya berperang. Para pasukan telah bersiap menyerang. Dengan langkah penuh semangat dan jiwa nasionalisme yang tinggi para kesatria Aesteler berlari menuju medan tempur. Mereka akan menghabisi musuh mana saja yang mendekat, tanpa ragu menebas leher musuh, menyerang, menendang dan memukul musuh.
Pagi telah berganti menjadi senja. Terompet perang kembali berbunyi. Para prajurit yang masih hidup akan kembali ke kemah mereka masing masing. Pada saat itulah prajurit dan kesatria yang terluka akan beristirahat untuk diobati lukanya. Para pemimpin ahli strategi akan tetap bekerja merancang taktik perang.
"Pasukan kerajaan Seblak yang kita lawan sejauh ini tampaknya sangat lemah dan kurang pengalaman. Kurasa kita harus tetap waspada," ucap Antonio pada para jenderalnya.
"Yang Mulia, saya rasa bukan pasukan mereka yang lemah melainkan prajurit kita yang sangat kuat. Anda tak perlu mengkhawatirkan musuh kita" ucap salah seorang pemuda berambut biru bermata ungu. Antonio tertawa keras mendengar ucapan pemuda itu.
"Yah, kau benar Hamel mereka tak ada apa apanya dengan pasukan kita." Antonio tersenyum miring menatap pria bernama Hamel itu.
"Yang Mulia saya sarankan sebaiknya kita tetap siaga. Hemel mungkin benar tapi kita tidak tau apa taktik yang mereka pakai," ucap Datian pria berambut coklat dengan mata hitam.
"Aku setuju denganmu lalu apakah kau punya rencana untuk kita?"
"Tentu yang mulia saya punya usulan sebaiknya pertama tama kita harus memperketat penjagaan di siang hari. Biarkan para prajurit kita berjaga saat malam dan istirahat saat siang"
"Oh, begitukah? Lanjutkan"
"Seperti yang kita ketahui prajurit mereka sangat lemah. Saya khawatir jika mereka mengerahkan prajurit berbakat untuk menyusup malam hari"
"Baiklah aku terima usulanmu"
Semua menyetujui usulan Datian mereka sama sama mengatur strategi sesuai dengan taktiknya. Pria bodoh itu bahkan tak tau bahwa Antonio telah tau tentang pengkhianatannya dari Asyla. Hemel juga bersandiwara dalam menjebaknya. Ia sudah tau kalau Aesdawet dan Seblak telah membayarnya untuk membocorkan strategi Antonio dan menjebak para prajurit agar pertahanan Aesteler lengah.
Semua strategi perang yang sebenarnya telah diatur oleh Hamel, Asyla, Ashe dan Antonio. Bahkan Asyla juga sudah mengutus beberapa elf menyamar menjadi serangga untuk memata matai pergerakan musuh.
Hanya karena ia tinggal di kerajaan dan tak ikut perang bukan berarti dia tak mengambil bagian dalam perang ini. Setiap pergerakan musuh telah dipantau oleh Ashe dan Asyla. Mereka di istana berpura pura tidak tau kondisi Antonio sama sekali padahal ketiganya terhubung oleh beberapa elf. Asyla kadang bersandiwara menangis merindukan Antonio sedangkan Ashe berpura-pura menghiburnya.
Seperti usulan Datian para kesatri terkuat bertugas di malam hari kecuali Hamel dan Robert. Hari pertama musuh dapat dikalahkan dengan mudah sekali. Begitu juga dengan hari kedua tapi saat hari keempat dimana seharusnya Aesteler lengah membuat musuh mengeluarkan kartu As mereka. Sayang sekali Aesteler yang terlihat lengah justru sangatlah waspada. Datian tertangkap saat pasukan Aesteler berhasil menyerbu markas musuh. Ia ditemukan sedang berpesta disalah satu tenda musuh.
Perang berlangsung sangat singkat pada akhirnya Seblak dan Aesdawet dapat ditaklukan. Kedua kerajaan itu harus membayar ganti rugi akibat perang yang mereka buat.
Bersambung....
Halo maaf ya klo baru up. Akhir akhir ini aku sibuk banget karena ada masalah pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penulis & Dunia Novel [Tamat]
FantasyStatus : Tamat Up date: - Penyihir? Itu kata pertama yang aku dengar saat berada di dunia ini. Tanpa diizinkan mengucapkan sepatah katapun mereka langsung menyeretku ke suatu tempat yang tak asing bagiku. Tempat dengan rumah-rumah pohon. Rambut mere...