Status permaisuri kembali kudapatkan. Sekarang aku tak lagi perlu mengurus Felicia. Namun cerita ini belum tamat. Buku sejarah itu masih belum ditemukan. Aku juga belum mendapatkan ingatanku kembali.
"Yang Mulia, gawat"
Seorang prajurit tiba tiba saja datang sambil berlari ke arahku. Nafasnya memburu, wajahnya memerah dan tubuhnya mengalir keringat.
"Ada apa?" tanyaku dengan meniru gaya bicara seorang bangsawan.
"Ampun, Yang Mulia tahanan khusus yang berada di bawah tanah semua sudah bunuh diri kecuali mantan jenderal Robert"
"Apa kau bilang," geramku. Prajurit itu kemudian bersujud.
"Maafkan hamba yang mulia, hamba lalai dalam tugas. Mantan Jenderal Robert telah melarikan diri. Toloong ampuni rendahan ini Yang Mulia"
Aku memijat kepalaku sejenak. Si bangsat itu memang suka cari ulah. Tidak mungkin ia bisa melarikan diri tanpa bantuan orabg lain.
"Apa kau menemukan sebuah petunjuk di sana?"
"Ampun Yang Mulia, rendahan ini langsung berlari pergi saat melihat banyak nyawa yang sudah terbang"
"Ya sudah segera selidiki dan pastikan tiidak melewatkan jejak apa pun" perintahku.
"Baik Yang Mulia"
Kenapa di saat seperti ini trio Delizart itu tidak ada. Baik Aes, Aster, maupun Antonio. Arrgh kemana mereka sekarang. Robert kauu benar benar tidak mau mati dengan damai.
Dengan nafas berat aku berdiri, berjalan ke arah pintu keluar. Para dayang dan prajurit mengikutiku dari belakang. Mereka yang melihatku langsung menunduk hormat. Aku tak punya waktu untuk menghiraukan sapaan mereka.
Hamel dan Ashe, mereka berdua mungkin juga sudah mendengar kabar itu. Firasatku memang benar. Di depan pintu gerbang penjara bawah tanah aku bertemu dengan mereka berdua.
"Kalian semua tetaplah di sini! Aku, Ashe dan Hamel akan memeriksa tempat ini"
Kami bertiga masuk ke dalam penjara. Aroma darah menyeruak masuk menusuk hidungku. Mereka mati bukan dengan cara menggantungkan diri ataupun hal lainnya. Jelas jelas kematian mereka itu karena dibunuh seseorang.
Lady Misler, aku sangat kasihan padanya. Ia dibunuh dengan sadis, anggota keluarga lainnya juga begitu. Bahkan yang masih bayi. Hanya mayat Robert yang tak ditemukan.
"Yang Mulia, saya rasa pelakunya bukan hanya Robert saja. Di sini ada jejak mana, pelakunya pasti ada kaitannnya dengan penyihir" ucap Ashe.
Sejak aku kembali dan kabar bahwa aku kehilangan ingatan tersebar. Ashe mulai berbicara sopan padaku. Padahal sebelum ia tau aku hilang ingatan ia bersikap biasa saja. Hamel mengamati mayat mayat itu dengan serius.
Aku sudah mendengar kabar kalau Hamel dulu pernah dekat dengan salah satu keluarga Delizar. Aku yakin ia bisa mengenali mana mereka karena Aster bilang Hamel juga pernah dilatih oleh kepala keluarga Delizart.
Hubungan mereka cukup akrab tapi Hamel selalu menatap Aes dengan sinis. Berkali kali pria itu mengatakan agar aku waspada terhadap Aes. Hamel juga secara terus terang melemparkan tatapan kebencian pada Aes, setiap kali ia melihat Aes.
Semakin aku berusaha mengingat kenangan masa laluku semakin besar pula rasa sakit yang aku terima. Menurut Hamel dan Aes ada orang lain yang menyegel ingatannya. Orang itu mungkin pernah melakukan kontak fisik denganku.
Lalu mengenai Duke gila itu, aku sudah menemuainya secara pribadi untuk berterimakasih tapi pria itu justru membuatku kesal. Ia sangat menghayati aktingnya sebagai orang gila. Melempariku dengan bubur atau popok bayi. Sesekali ia menyiramiku dengan air kemudia tertawa setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penulis & Dunia Novel [Tamat]
FantasiStatus : Tamat Up date: - Penyihir? Itu kata pertama yang aku dengar saat berada di dunia ini. Tanpa diizinkan mengucapkan sepatah katapun mereka langsung menyeretku ke suatu tempat yang tak asing bagiku. Tempat dengan rumah-rumah pohon. Rambut mere...