Bagian 33

966 63 7
                                    

6 bulan kemudian,

Kicauan birung kenari di pagi hari, angin sepai sepoi yang menyelinap masuk dari balik tirai tipis. Ada suara seseorang yang sedang berlatih. Aku menatap ke arah sekitar. Di sebelah tempat tidurku sudah ada air hangat untukku mandi. Di atas meja ada pakaian dengan warna kesukaanku.

Aku mengintip ke arah ke luar, di sana ada Robert yang berlatih dengan pedangnya. Ia berbalik kemudian tersenyum sambil melambaikan tangannya saat melihatku. Aku ingin membalas namun tanganku bergerak menutup tirainya.

Aku kemudian membawa pakaian yang telah di sediakan ke dalam kamar mandi. Air yang tadinya ada di sebelah temoat tidurku hanya tinggak aku dorong saja karena baknya punya roda. Desain tempat ini membuatku teringat dengan masa yang kami habiskan saat aku masih sebagai Carlina.

Skip....

Selesai mandi aku langsung memakai pakaianku dan segera keluar. Aku dapat mencium aroma masakan yang dibuat Robery sekarang. Terniat dalam diriku untuk membantunya namun tubuhku bertindak tak sesuai dengan keinginanku.

"Carlina, ayah sudah siapkan sarapan" ucap Robert.

Aku hanya diam tak merespon. Antonio, bagaimana kabarnya sekarang? Saat aku hilang dulu ia hampir menjadi setengah gila.

Ceklek

Pintu terbuka, terdengar derap langkah kaki mendekat. Tanpa kulihat, aku bisa tau siapa yang datang.

"Ini demi dirimu nak, tempat itu tidak aman" ucap Robert.

"Apa dari awal kau sudah mengetahui ini?" tanyaku sinis.

"Ayah memang sudah tau kalau dia akan bangkit. Saat tau ramalan bahwa kau akan datang dan menjadi istri bocah brengsek itu, aku tidak bisa tinggal diam. Aku memata matai istana agar bisa menemukanmu lebih dahulu dari mereka. Siapa yang sangka kalau kau yang dulu begitu aku benci adalah putriku sendiri. Maafkan ayah, nak"

"Aku sudah jadi istrinya. Robert, biarkan aku bertemu Antonio"

"Tidak boleh, kau di sini saja. Ayah juga tak akan kemana mana. Bukankah ini impian kita dulu. Jauh dari keramaian dan hanya ada kita saja"

"Tapi aku bukan Carlina"

"Carlina atau Asyla sama saja jiwa kalian itu satu. Aku tidak keberatan jika kau tak menganggapku sebagai ayah, tapi setidaknya kumohon tetaplah hidup"

"Baiklah aku mengerti," ucapku dengan lesuh.

Bagiku mungkin Rpbert bukanlah keluargaku satu satunya, namun baginya aku adalah segalanya yang ia punya. Sihir yang dimilikinya memang kuat tapi sihir itu akan menyiksanya saat ia menggunakannya. Barrier pertahanan ini dibuat dengan sihir. Setiap detiknya Robert pasti merasakan sakit seperti ditusuk jarum. Ia menahannya dengan baik.

***

Klota klota klota

Derap langkah kuda berlari di penjuru hutan. Berkelana mencari hati yang hilang. Antonio, hanya dengan modal tekad ia nekad melepaskan jabatannya sebagai kaisar dan langsung mengangkat Aster menjadi penggantinya.

Ia tak menghiraukan tanggapan para bangsawan maupun protes rakyat padanya. Jangankan tahta ia juga melepaskan status bangsawan dari dirinya agar bisa lebih leluasa bergerak.

"Asyla, ini sudah enan bulan. Dimana kau sekarang?"

Antonio bertanya sambil menatap ke arah langit yang cerah. Sinarnya terlalu silau sampai sampai membuatnya muak. Robert bahkan tidak melakukan pergerakan apapun setelah membawa pergi Asyla.

Slas slas slas

Tiga buah mata panah melesat kearahnya. Pria itu dengan sigap langsung menghindar. Dari balik semak semak muncul segerombolan bandit.

Penulis & Dunia Novel [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang