Bagian 32

382 56 4
                                    

Seluruh kerajaan digemparkan dengan adanya sabda yang mengaharuskan Antonio untuk menikahi Carlina. Mereka protes dan menganggap sabda itu palsu. Sejauh yang mereka tau, Kekaisaran Seblak dulunya pernah melakukan pemberontakan terhadap Aesteler.

Orang yang membawa kejayaan pada Aesteler adalah Asyla. Mereka ingin meruntuhkan Aesteler dengan menjatuhkan Asyla. Setidaknya begitulah bagi rakyat Aesteler yang sangat mencintai permaisuri mereka.

Felicia berjuang keras mencari cara untuk memperkuat kekuasaan Asyla. Hanya Asyla saja yang boleh menjadi kakak iparnya. Ia menyumpahi Aster agar jomblo seumur hidup.

Ia sudah tau kalau mereka bersaudara. Hanya Antonio saja yang tidak tau. Aster datang secara langsung menemui Felicia untuk menjelaskan semuanya. Tentang kelahiran Felicia, kehancuran kerajaan Black serta penjelasn mengapa Felicia bisa mempelajari sihir. Asterlah yang menghancurkan kerajaan Black. Ia juga yang mengajari serta memberikan tempat tinggal pada Felicia. Felicia kini bisa hidup dengan lebih rileks karena bebannya telah diangkat.

"Istirahat dulu Alicia, kau belum tidur selama 3 hari," ucap Aster.

"Apa pedulimu?"

Aster menghela nafas pasrah. Tindakannya yang membunuh orang tua Felicia tak bisa dimaafkan. Namun, mereka tetap saudara karena itu Felicia tak bisa sepenuhnya membenci Aster.

"Tentu aku peduli kerena aku ini ka—"

"Iya aku tau kau kakakku. Kau juga yang merawat dan membesarkanku dulu. Kau mengajariku cara bertahan hidup. Akan tetapi Aster, aku belum bisa memaafkanmu. Pergilah sekarang" potong Felicia dengan sarkas.

Aster kemudian pergi tanpa berkata apa apa. Dulu baginya Aster adalah pahlawannya. Sekarang ia bingung harus memandang Aster sebagai apa.

Tes tes

Felicia terisak menahan tangis akan sesaknya  beban dalam dadanya. Bebannya memang sudah berkurang tapi tiap melihat Aster duri dihatinya menjadi lebih besar.

Ceklek

"Hei merah jam— apa yang terjadi padamu?"

Ashe datang disaat yang tidak tepat. Felicia tak kuasa menahan tangisnya lagi.  Air mata yang dari tadi ia usap menjadi semakin banyak dan mengalir tanpa henti.

Ashe menutup pintu kemudian mendekati Felicia. Perlahan tangannya mengelus puncak kepala Felisia dengan lembut.

"Ah, dasar. Kau ini cengeng sekali" ucap Ashe.

Tangan Ashe dengan jahil mencubit kedua pipi Felicia. Ia menarinya dengan tidak berperasaan membuat gadis itu memberontak ingin memukulnya.

"Lwepwaskwan twangwanmu kwuning"

"Apa? Apa? Aku tidak dengar. Ah, pipimu ini sangat menjijikkan ditambah dengan rambut merah jambumu ini, kau seperti babi saja"

"Bwengswek lwepwakan twangwanmu"

Ashe kemudian melepaskan capitannya dari pipi Felicia. Ia tertawa saat melihat pipi Felicia yang memerah. Gadis itu mengumpatinya dengan berbagai umpatan padahal baru beberapa menit yang lalu dia menangis.

"Aku tidak peduli kau menangis karena apa tapi kerjakan tugasmu dengan benar"

Puk

Felicia benar benar melupakan masalahnya saat bersama dengan Ashe. Ia melakukan perkerjaannya dengan baik sambil beradu mulut dengan Ashe yang suka sekali menjahilinya.

"Kuning, kenapa kau tak kembali ke markasmu?"

"Ah, sekarang sudah jam berapa?"

"3" jawab Felicia dengan santai.

Penulis & Dunia Novel [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang