Bagian 11.

1.3K 214 10
                                    

Setelah bertrangsaksi dengan Aes, Felicia dan Asyla kembali ke istana dengan menyewa kereta kuda yang biasanya digunakan oleh para pedagang. Terlalu beresiko bagi mereka jika harus menggunakan sihir teleportasi. Mereka begitu senang sampai lupa bahwa pakaian mereka belum berubah. Tentu saja penjaga istana mengira mereka hanyalah pedangan rendahan yang keras kepala dan ingin menjuang barang murahan mereka ke Kekaisaran.

"Ada perlu apa kalian ke istana," tanya mereka dengan sinis pada Asyla yang masih mengenakan jubah bertudung yang membuat mereka tidak mengetahui warna rambutnya.

Asyla kemudian turun dari kereta bersama dengan Felicia. Ia membayar uang sewa kereta tersebut dan menghampiri penjaga itu.

"Istana bukanlah tempat gelandangan seperti kalian" ucap salah satu dari empat prajurit yang berjaga. Mereka terang terangan menatap Asyla dan Felicia dengan tatapan meremehkan.

"Apa kalian tak sadar dengan siapa kalian berbicara?" tanya Felicia dengan nada kesal.

"Kalian hanya rakyat miskin yang tak layak menginjakkan kaki kalian di istana" ucapnya.

Asyla tersenyum kemudian membuka tudungnya. Tampaklah rambut hitamnya serta mata merahnya yang merupakan petunjuk jelas bahwa ia adalah seorang permaisuri.

"Kau benar rakyat jelata seperti kami berdua sangat tidak pantas berada di sini," ucap Asyla dengan nada sedih. Ia kemudian menangis dan Felicia berusaha untuk menenangkannya.

'Cih, dasar ratu drama,' batin Felicia dengan kesal.

Tak lama kemudian Ashe tiba-tiba saja muncul entah dari mana. Asyla kemudian berlari ke arah Ashe dan menangis sambil mengadu. Baik Ashe maupun Felicia tau kalau itu hanyalah akting belakang.

"Kalian berempat sepertinya harus menyekolahkan mulut kalian," tegur Ashe.

Ia mengajak Asyla masuk dan memberikan peringatan pada keempat prajurit tersebut. Felicia menyusul keduanya tapi sebelum itu ia mencibir lebih dahulu.

"Rasakanlah amukan kaisar saat tau permaisurinya telah diremehkan"

Wajah para prajurit itu langsung menjadi pucat. Asyla sengaja melakukan itu. Di masa depan nanti ke empat prajurit itu akan menjadi orang yang angkuh dan sombong. Mereka juga suka memeras rakyat.

Di istana Asyla dan Felicia disambut dengan hangat. Pada Asyla mereka memang tulus menghormatinya tapi tidak pada Felicia. Meski sudah menjadi bagian dalam keluarga kerajaan, Felicia hanyalah seorang gelandangan yang terdampar.

***

Sore hari ketika sedang jalan jalan bersama kaisar, Asyla melihat ada sebuah luka pada telapak tangan Antonio.

"Hei, ada apa dengan tanganmu?" tanyanya tanpa menggunakan embel embel Yang Mulia karena saat ini mereka hanya sedang berdua.

"Ini adalah lecet biasa yang sering didapatkan seorang kesatria ketika berlatih pedang," balasnya.

"Kau bodoh atau apa? Jika kesatria itu seorang pemula tentu saja ia akan menadapatkan luka begini tapi kau bukan pemula bagaimana bisa? Ah, apa kau memaksakan dirimu untuk menjadi lebih kuat lagi?"

"Bukankah memang seharusnya begitu. Seorang kaisar harus lebih pintar dan lebih kuat agar ia bisa melindungi rakyatnya"

"Dan seorang kaisar juga manusia yang membutuhkan istirahat. Kenapa kau latihannya tidak mengenakan sarung tangan?"

"Sarung tangan? Benda apa itu?"

"Tentu saja itu adalah kain yang dipasang di tanganmu agar meminimalkan lecet di tanganmu"

"Aku ti...."

"HAMEL, KAU DISANAKAN? SEGERA PANGGILKAN PERANCANG PAKAIAN KERAJAAN," perintah Asyla pada Hamel.

Penulis & Dunia Novel [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang