Ingatkah kalian tentang beberapa hal yang aku benci dari kehidupan di istana? Pertama, aku benci gaun yang terlalu banyak hiasa dan menyeret lantai, kedua aku benci diekori kemana mana, dan yang paling penting aku benci pesta teh.
"Yang Mulia, saya merasa sangat terhormat anda mau datang ke gubuk saya ini" ucap Viscountes Mozarela.
Dia bukan orang penting tapi aku punya masalah pribadi dengan wanita ular ini. Robert mungkin tidak mengenalinya tapi aku tau siapa dirinya. Rumah ini bahkan terlalu mewah untuk dibilang gubuk. Ah tidak rumah ini terlalu mewah untuk ditempatinya.
Kini putri dari wanita itu sedang hamil. Ia menggelar peata teh untuk mengucapkan betapah bersykurnya dia. Putrinya itu menikah dengan bangsawan dari kerajaan Seblak karena itu anak ular itu tidak ada di sini. Dia secara terang terangan melirik perutku. Aku meminum teh dengan santai tanpa meenghiraukan ucapan wanita itu.
Dulu saat aku (Carlina) berusia 6 tahun ibuku pernah tanpa sadar menceritakan kisah hidupnya. Saat itu Caramel sedang sakit keras, Robert tidak di rumah karena ia pergi mencari obat.
Ibunya adalah seorang putri bangsawan. Satu satunya putri kandung Viscoun Mozarela, Caramelia Sweet Mozarela. Viscountes saat ini hanyalah anak durhaka yang meracuni ibu serta ayah tirinya. Wanita ini jugalah yang menjual ibuku ke tempat pelacuran.
Sejak kematian ayahnya, ibu sudah mengubur nama tengah dan nama keluarganya jauh dalam lubuk hatinya yang terdalam. Wanita ini bersenang senang di atas penderitaan ibuku. Hebat sekali dia tertawa lepas di hadapanku.
Acara minum teh ittu berjalan dengan baik. Di depan kediaman Viscountes Mozarela, Antonio sudah menungguku dengan kereta kuda kerajaan. Aku masih sedikit canggung padanya sejak ia menyatakan perasaannya padaku. Pria ini santai saja seperti sudah memperkirakan kalau aku memang menyukainya.
"Ada apa istriku, kenapa kau murung?" ucapnya lembut.
"Jijik"
Nada bicaranya itu membuatku merinding biasanya dia selalu berkata sinis atau mengguakan nada mengejek padaku.
"Ku dengar kalau Lady Zevil sedang hamil, apa mereka mengolok olokmu dengan itu? Saranku kita buat saja dedek bayi unyu yang mirip seperti diriku. Aku yakin kau pasti tid-"
Bugh
Aku menghadiahi pria itu dengan lemparan sepatu. Dalam kereta kami terdiam beberapa saat. Sejak kembali dari Kekaisaran Aesdawet pria itu terus terusan saja membahas tentang bayi. Di satu sisi ia punya hasrat sebagai seorang pria di sisi lainnya dia juga seorang kaisar yang butuh penerus.
Kenapa dia tidak memintak dengan cara romantis sedikit. Andai saja sifat romantis Aster ada pada dirinya.
"Ada apa istriku?" tanya Antonio.
"Tidak ada apa apa"
Kereta berhenti tepat di sebuah pemakam rakya yang sudah tidak terurus. Aku meminta Antonio untuk menunggu di dalam kereta. Ada dua hal yang aku ingin lakukan di sini. Pertama, aku ingin mengunjungi makam ibuku dikehidupan sebelumnya. Kedua, aku ingin mencari jejak Robert.
Dugaanku benar, pria itu pasti baru saja pergi. Makam ini sangat bersih tidak seperti yang lainnya. Langit ikut mendukung suasana hatiku. Terduduk di depan makamnya tanpa sanggup berkata-kata. Aku setidaknya bersyukur bisa tumbuh besar bersama ayah dan ibu dengan memakai tubuh Asyla tanpa ada kekurangan apapun. Kehidupan kami juga sangat berkecukupan.
"Aku pulang bu" ucapku.
Awan kali ini sangat gelap, aku mulai mendengar suara gemuruh. Tiupan angin yang dingin membuat hatiku sedikit bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penulis & Dunia Novel [Tamat]
FantasyStatus : Tamat Up date: - Penyihir? Itu kata pertama yang aku dengar saat berada di dunia ini. Tanpa diizinkan mengucapkan sepatah katapun mereka langsung menyeretku ke suatu tempat yang tak asing bagiku. Tempat dengan rumah-rumah pohon. Rambut mere...