Bagian 8

1.7K 259 16
                                    

Asyla terbangun saat tengah malam karena merasa ada yang sedang mengawasinya. Antonio saat ini sedang ada pekerjaan di ruang kerjanya. Pestanya sudah bubar tapi Asyla merasa ada sepasang mata yang mengawasinya dari luar jendela.

Ia sudah siap siaga dengan belati yang ada di bawah bantalnya. Mata itu masih saja mengawasinya tanpa berkedi sedikitpun. Sepasang mata merah semerah darah persis seperti miliknya maupun Antonio.

"Siapa?"

"....."

"Siapa kau? Keluarlah sekarang juga!"

Sang pemilik mata yang aku tatap masih saja tidak keluar dari persembunyiannya. Ia justru tersenyum lebar dan memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang terdapat sepasang taring yang terlihat seperti vampire di film-film. Terlihat sangat menakutkan orang itu tidak mau memperlihatkan wujutnya. Ia malah menghilang dan meninggalkan sepucuk surat.

Isi dari surat itu ialah : Aku tau kau bukan dari dunia ini.

Singkat padat dan berisi sebuah fakta yang tak pernah diberitaukan kepada siapapun. Perempuan itu dengan tangan gemetaran meremuk kertas itu dan melemparnya ke tungku perapian yang ada di kamarnya. Siapapun orang itu sudah dipastikan kalau dia punya niat buruk. Surat itu di tulis dengan huruf tegak bersambung yang hanya pernah dipelajari Asyla saat SD. Di dunia ini huruf tegak bersambung dianggap sebagai huruf kuno yang sulit diartikan.

Orang itu pasti dari dunia dan negara yang sama dengannya. Mengapa orang itu juga bisa terseret ke dalam novel yang bahkan belum di terbitkan sama sekali. Bahkan naskah novel ini belum sempat di kirim ke tim penerbit.

Asyla yang merasa cemas dan takut di kamarnya pergi ke kuang kerja Antonio sambil membawa selimut dan bantal. Ia tanpa mengetuk pintu langsung masuk ke ruang kerja Antonio yang tak dikunci dan tidur di atas sofa yang terletak di ruangan itu. Perempuan itu tidur begitu saja tanpa sadar bahwa diruangan itu tidak hanya dirinya dan Antonio saja yang di sana. Hamel, Ashe, dan Antonio sudah lama berada di ruangan itu mendiskusikan tentang kecurigaan mereka terhadap beberapa bangsawan.

"Ehem"

"Antonio biarkan aku tidur di sini. Aku takut tidur di kamar ada serangga yang menyelinap"

"Ehem"

"Diamlah aku ngantuk"

"Ehem hem"

"Apasih kau batuk? sana minum baygon!"

Asyla yang tak memperhatikan sekitarnya karena ngantuk membungkus tubuhnya dengan selimut. Ia bahkan tak sadar bahwa ada tiga pria yang memperhatikannya dengan kebingungan.

'Baygon? Ramuan herbal macam apa itu. Apakah itu obat yang sangat ampuh dalam mengobati segala macam penyakit?' batin Hamel.

'Bahasa planet mana lagi yang diucapkan oleh permaisuri. Aku tidak dapat mengerti dengan otaknya' keluh Ashe dalam hati.

'Istriku aku sangat tersentuh dengan perkataanmu yang menyuruhku meminum ramuan herbal bayigot atau apalah namanya itu,' batin Antonio dengan perasaan yang sedikit terharu.

Ketiga pria itu membiarkan Asyla tidur di sofa tersebut. Mereka merasa tidak tega membangunkannya. Diskusi mereka tetap berlanjut meskipun mereka harus sedikit memelankan suara mereka. Terkadang mereka juga harus menahan sabar dan tawa mereka saat Asyla terkentut dengan sangat keras ketika tidur.

Pagi harinya Asyla terbangun dari tidurnya. Ia melihat Antonio, suaminya masih saja sibuk dengan berkas dan dokumen yang bertumpukan di mejanya. Semua itu tak tertata rapi seperti yang ada di dalam komik maupun novel. Itu terlihat sedikit berantakan. Bahkan matanya saja ada kantongnya.

Asyla juga ingat sebelumnya ia hanya membawa selimut dan bantal, namun sepertinya kaisar mesum itu telah memasangkan jubahnya pada Asyla agar gadis itu tidak merasa kedinginan.

"Huah, pagi," ucap Asyla sambil menguap.

Ia melipat kembali selimut yang ia pakai dan membawanya kembali ke dalam kamar. Bahkan ia tak mendengarkan perkataan Antonio sama sekali. Gadis itu lebih memikirkan tentang bau badannya karena masih belum mandi. Saat ia memasuki kamarnya ia segera berteriak memanggip prajurit dan pelayan untuk membereskan kekacauan yang terjadi di kamarnya.

"Sepertinya aku harus pindah kamar lagi," guman Asyla.

Ashe datang menghampiri Asyla karena mendengar adanya kekacauan di kamar permaisuri dan kaisar. Ia melihat kedalam dan menghela nafas panjang. Ada seorang pelayan yang terbaring di atas kasur dengan kondisi tubuh yang termultilasi.

'Ternyata memang ada bagusnya aku tidak tidur di sini semalam,' batin Asyla. Ia masuk keruang ganti untuk mengambil pakaiannya dan pergi ke kamar lainya dan mandi di kamar mandi yang terletak di kamar itu.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian Asyla berjalan jalan di taman kekaisaran sambil ditemani oleh para prajurit dan beberapa pelayan. Di sini seharusnya terjadi adegan dimana Felicia yang tidak tau seluk beluk taman sembarangan melangkahkan kakinya hingga pada akhirnya ia terpleset dan masuk ke kolam piranha yang ada di taman ini. Antonio saat itu kebetulan juga ada di sana. Ia segera menolong Felicia dan membasmi seluruh piranha yang ada di kolam itu. Sebagai ganti piranha Antonio mengisinya dengan ikan hias.

Di depannya kini ada Felicia yang tampak sedang menikmati keindahan taman tanpa memperhatikan jalan yang ada di depannya. Ia tersenyum dengan indah menghirup aroma wangi dari bunga bunga di taman ini.

'Aneh, si mesum itu seharusnya ia ada di sekitar sini,' batin Asyala.

Matanya terus mencari keberadaan sosok Antonio dan saat ia menoleh ke belakan ia sontak berjalan mundur. Hal ini menyebabkan dirinya terpleset dan hampir saja tercebur dalam kolam piranha. Untung saja Antonio cepat menangkap tubuh Asyla sebelum ia jatuh ke kolam ikan predator air tersebut. Di saat yanng bersamaan Felicia juga ikut tercebur dan Antonio hanya diam saja menyaksikan gadis itu di gigit oleh piranha. Justru Asyla yang panik dan menyuruh Ashe untuk menyelamatkan Felicia.

Beruntung lukanya tak cukup parah. Asyla memberi perintah langsung pada para prajurit untuk memusnahkan semua piranha itu tanpa meminta persetujuan dari Antonio. Ia juga memerintahkan pelayan untuk mengantarkan Felicia ke kamarnya dan memanggilkan tabib kerajaan untuk mengobati luka pada tubuh Felicia.

"Ini salah! Seharusnya si mesum itu menyelamatkan Felicia," geram Asyla. Ia menatap tajam ke arah Antonio yang memasang tampang tak bersalah.

"Ini semua salahmu," tuduh Asyla pada Amtonio.

"Aku?" tanya Antonio dengan kebingungan. Apa yang salah dengan tindakannya. Wajar saja bukan jika ia lebih memilih mengkhawatirkan istrinya di bandingkan orang lain.

Asyla yang kesal segera pergi begitu saja meninggalkan Antonio yang kebingungan. Saat melihat istrinya sudah jauh dari hadapannya, Antonio memerintahkan para prajuritnya untuk menimbun kolam tersebut. Sangat berbahaya jika gadis itu terjatuh kedalam kolam itu meskipun sudah tak ada lagi predator air di dalamnya. Asyla itu tak pandai berenang. Ia maupun Ashe tak bisa selamanya berada di sekitar Asyla.

"Sepertinya istriku butuh pengawal pribadi tambahan," ucap Antonio.

Bersambung....

Padang Pariaman, 5/11/2020

Penulis & Dunia Novel [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang