Sorak sorak orang di pasar, anak kecil yang merengek memintak mainan serta orang orang yang berlalu lalang. Aku berada di tengah keramaian tersebut mencoba mengingat sesuatu yang hilang. Pasti ada alasan mengapa aku bisa terdampar di sini.
Aku sudah berusaha, jika saja Aster sialan itu tidak menghapus ingatankku, ah sudahlah. Tak ada gunanya aku menyalahkannya. Suami tak vergunaku juga tidak membantuku dalam menemukan kembali ingatanku.
"Kakak ipar, aku merasa ada yang sedang mengamati kita," bisik Aster padaku.
Keistimewahan Aster yang membuatnya sulit untuk ditangkap yaitu karena orang sangat sensitif. Ia sudah biasa tinggal di tempat penuh monster. Anak itu jga ahli dalam bersembunyi.
"Yang Mulia, saya dan suami saya izin pamit dulu," ucapku pada Antonio.
Aster membawaku pergi ke lorong gang yang sepi. Kami sengaja menunggu unyuk diikuti tapi sayangnya penguntit tersebut justru kembali pada tuannya. Sepertinya ia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.
Aku harus lebih hati hati lagi di dunia asing ini. Ini bukanlah tempatku. Aku harus kembali meski sudah menikah sekalipun. Pasti ada alasan dibalik keberadaanku di sini.
"Tikus yang sangat hebat," puji Aster.
Pria itu kembali ke penampilan aslinya. Sihirnya juga punya batasan karena mananya telah banyak ia gunakan untuk berburu monster. Aku tidak tau apa yang difikirkan Aster. Pria itu terlihat sangat memperhatikan Felicia walaupun dengan cara yang berbeda. Ia selalu diam diam memberikan bantuan tanpa dimintak.
Aku sempat curiga kalau Aster menyukai Felicia, tapi tatapannya pada gadis itu tidak seperti tatapan pria pada wanita. Tatapan yang terkadang hangat itu membuatku merindukan almarhum kakakku. Ia dulu selalu menjagaku. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya.
Antonio brengsek, apa yang ia lakukan padaku sampai sampai aku mau menikah dengannya. Ia juga selalu menghindar setiap aku memintaknya menceritakan kisah pertemuan kami. Asumsiku mengatakan jika bukan karena malu pasti pertemuan pertama kami itu sangat buruk.
Kedua kakak beradik itu sama saja. Mereka suka memperumit hal yang sederhana. Jika penjahatnya sudah diketahuin bukankah tidak sulit untuk menangkapnya ditambah lagi mereka adalah keluarga kerajaan. Di film film kalau ada orang yang berani menghina dengan keluarga kerajaan mereka akan terkena hukuman berat. Ribet, sungguh sangat ribet.
Aster pergi meninggalkanku layaknya laki-laki tak bertanggung jawab. Felicia dan Antonio sibuk melakukan hal lain. Setidaknya aku hapal jalan pulang ke istana maupun Dark Flores. Ah, segarnya udara di perdesaan. Setidaknya aku bisa sedikit menikmati hidupku.
"Permisi my lady, bisakah kita bicara sebentar" ucap seorang pria berjubah hitam dengan tudung yang menutupi matanya tiba tiba saja menghampiriku.
"Maaf?"
"Saya adalah ayah dari Stela dan Zeon. Mungkin kau lebih mengenal putraku dengan sebutan Aes"
Pria itu berkata dengan sedikit membuka tudungnya. Untuk sesaat aku sangat terkejut pria itu ada di sini. Setauku ia tak pernah mau meninggalkan menaranya.
"Mari kita bicara di tempat aman," ajakku.
Ku fikir dia sudah gila karena selalu menggendong boneka bayi. Pria itu membawaku masuk ke sebuah rumah yang terletak di pinggir kota. Rumah kayu kecil namun cukup terawat. Penamoipan luar dan dalamnya sangat berbeda. Jika kau melihat luarnya rumah ini persis seperti rumah hantu.
"Jadi, apa yang ingin anda bicarakan my lord"
"Tidakkah kau penasaran dengan rumah ini?"
"Apa itu penting?"
Pria itu tersenyum sinis. Ia menyodorkankan sebuah kunci padaku.
"Kau pasti akan membutuhkannya. Aku mencuri ini dengan susah payah dari seseorang. Ini adalah bantuan dariku. Musuh sudah tau kau masih hidup"
"Siapa musuh yang kau sebut?"
"Aku tidak bisa memberi taumu. Kalau aku beritau ceritanya gak akan seru. Rahasiakan dari Stela kalau aku ini tidak sakit"
"Dia akan kecewa padamu jika mengetahui hal ini," kataku.
"Ini yang terbaik demi mereka. Jika kau sedang dalam bahaya kau bisa berlindung di sini. Ini adalah rumah mendiang istriku. Kurasa kau akan membutuhkan tempat ini nanti"
Pria tua itu menjentikkan jarinya kemudian menghilang. Hanya keluarga permaisuri sebelumnyalah yang bisa menggunakan sihir.
'Cih, dasar'
Aku keluar dari rumah itu sambil membayangkan betapah empuknya kasurku. Saat aku membuka pintu aku langsung berada di dalam kamarku. Okey, sepertinya pintu rumah tadi merupakan pintu kemana saja milik Doraemon. Pria itu mungkin mencurinya dari Doraemon.
Aku segera merebahkan tubuhku diatas kasur. Ada banyak hal yang harus aku bereskan agar bisa berumur panjang. Pertama aku harus mencari tau isi dari buku arsip sejarah milik keluarga duke Delizart. Permaisuri Viona pasti menyembunyikannya di suatu tempat yang mungkin hanya keluarga Delizart atau anaknya saja yang bisa mengaksesnya.
Kemudian, aku baru menukan fakta kalau dulunya kaisar sangat mencintai permaisuri. Sikap kaisar pada permaisuri tiba tiba saja berubah tanpa sebab. Mungkin ada pihak ketiga yang mengahasut mereka. Lalu si tua bangka gila itu, aku tidak tau itu kunci apa. Mungkin saja ini ada kaitannya dengan buku yang aku cari cari.
Penjahat asli belum muncul. Haruskah aku berpendapat kalau ini ulah dari saudara kaisar sebelumnya yang bangkit dari kematian untuk balas dendam seperti di manhwa Who Made Me A Princess? Ah, itu tidak mungkin. Dalam arsip manapun tidak menuliskan kalau kaisar sebelumnya punya saudara.
Aku juga harus hati hati karena seseorang sedang mengawasiku. Aes juga sedang sibuk. Kepalaku rasanya mau pecah memikirkan hal ini.
Ceklek
Pintu kamarku terbuka, Antonio menatapku dengan heran. Di belakangnya juga ada Felicia. Bisakah ini dijadikan sinetron Indonesia dengan judul Suamiku Selingkuh Dengan Adik Angkatku Di Kamarku Saat Aku Sedang Tidak Ada.
"Kau di sini?" tanya Antonio.
"Tidak aku hanyalah ilusi jadi abaikan saja pelayan ini yang mulia"
"Kami mencarimu kemana mana"
"Ah, sungguh? Hamba yang hina ini sudah lancang membuat anda repot yang mulia"
"Kenapa tiba tiba sekali kau berbicara sopan begitu?"
Si tolol ini, kenapa ia tak mengerti maksudku.
"Jika kau sadar tempatmu maka berhentilah menyusahkanku" ucap Felicia yang baru sadar kalau kami sedang diawasi.
Sejak tinggal dengan Aster aku mempelajari cara untuk wapada pada mata-mata. Meski tipis tapi aku merasakan keberadaan orang lain dikamarku selain mereka berdua. Sepertinya musuh sudah mencurigaiku atau mungkin sudah tau.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Penulis & Dunia Novel [Tamat]
FantasyStatus : Tamat Up date: - Penyihir? Itu kata pertama yang aku dengar saat berada di dunia ini. Tanpa diizinkan mengucapkan sepatah katapun mereka langsung menyeretku ke suatu tempat yang tak asing bagiku. Tempat dengan rumah-rumah pohon. Rambut mere...