Bagian 7

1.8K 284 9
                                    


Namaku Asyla Khaira dan saat ini telah menjadi Asyla Khaira de Mocassion. Aku adalah seorang penulis yang terperangkap dalam dunia novel yang aku tulis. Aku sudah menikah beberapa bulan yang lalu dengan tokoh protagonis novel ini. Dalam novel ini tidak ada protagonis perempuan karena protagonis laki-laki hanya ditakdirkan kesepian sepanjang hidupnya tapi, saat ini aku berusaha agar hal itu tak terjadi.

Aku akan mengubah takdir tokoh utama dalam novel yang aku tulis. Lagi pula saat ini aku adalah istrinya. Felicia adalah tokoh antagonis yang gagal membunuh Antonio karena cintanya pada Ulrich. Sayang sekali keduanya nanti akan mati di tangan Antonio. Oleh karena itu aku akan menyelamatkan Felicia, Ulrich dan Antonio. Aku akan mengubah nasib mereka agar tidak berjalan sesuai alur novel yang aku buat sebelumnya.

Felicia, strategi apa yang akan kau pakai untuk membunuh suamiku. Aku khawatir kau salah langkah dan pada akhirnya malah kau yang mati terbunuh. Kau itu gadis yang baik, lembut dan perhatian. Akan tetapi, rasa dendamu telah membutakanmu. Membuat kau menjadi orang lain.

Saat aku menyelesaikan tarianku aku tersenyum pada Antonio. Ia segera memberikan intruksi agar pestanya dimulai dengan begitu aku dapat berdansa dengannya tanpa ketauan bahwa aku akan berdansa sambil menginjak kaki sang kaisar. Cih, memalukan. Jarak kami terlalu dekat.

Lalu, Hamel. Apa-apaan dengan kilauan matanya itu. Tatapannya membuatku risih karena terlalu silau. Bahkan Felicia yang sedang berdansa dengan Robertpun juga menatapku. Pada adengan ini seharusnya Antonio hanya diam di salah satu sudut ruangan sambil menatap Felicia yang berdansa dengan Robert dengan tatapan tertarik.

Saat di tengah-tengah lagu kakiku tersandung namun dengan sigap antonio segera menangkapku. Jantungku rasanya mau melompat wajahnya terlalu dekat. Suhu udara sekitar rasanya sedikit gerah.

"Permaisuriku, aku merasa bahwa kau terlihat kelelahan. Izinkan aku mengantarmu ke kamar," ucap Antonio sambil menggenggam tanganku dan mengecupnya saat menyelesaikan kalimatnya.

Hamel, matamu itu sangat menyilaukan berhentilah salah paham dengan kondisi ini. Pria ini tidak mencintaiku. Ia hanya baik padaku karena ia membutuhkan diriku saat ini. Tolonglah hati kuatkan dirimu. Kau melakukan semua ini hanya untuk bertahan hidup.

"Saya baik-baik saja Yang Muli~ kyaaa"

Aku belum sempat menyelesaikan perkataanku tapi orang ini lagi-lagi bertingkah semaunya saja. Ia selalu saja mengangkatku tanpa permisi di hadapan banyak orang.

"Lanjutkan saja pestanya. Aku akan segera kembali setelah mengantarkan nyonya kepala batu ini ke kamarnya. Ku harap kalian menikmati pestanya. Permisi"

"Ya Yang Mulia, saya bisa berjalan sendiri turunkan saya"

Para bangsawan dan kesatria yang melihat kejadian ini tersenyum. Kalian salah paham pria ini menggunakanku sebagai alasan agar bisa pergi dari pesta yang menurutnya tidak penting. Perlu diingatkan bahwa hubunganku dan si mesum ini hanyalah sebatas simbiosis mutualisme.

Saat aku menatap ke arah Felicia, aku melihat ada sebuah bayangan hitam yang bersembunyi di balik bayangannya. Bayangan itu memiliki warna mata merah seperti layaknya mataku dan Antonio. Mahkluk apa sebenarnya bayangan itu? Aku tidak pernah menuliskan tentang dirinya tapi, mengapa aku melihatnya bersembunyi di balik bayangan Felicia.

Aku memberikan isyarat pada Ashe agar dia mengawasi setiap gerak gerik Felicia. Syukurlah si pirang itu mengerti maksudku. Untuk saat ini hanya gadis itu saja yang menjadi tokoh antagonis yang harus aku waspadai. Yosh, aku harus melindungin si brengsek mesum ini agar aku dapat bertahan hidup. Ashe aku percayakan dia padamu.

Saat berada di kamar...

"Fiuh melelahkan sekali. Tanganku rasanya mati rasa karena mengangkat seekor gajah betina" guman Antonio saat menurunkan Asyla di atas kasur.

"Apa katamu?"

"Bukan apa-apa. Oh iya, apa kau mengenal gadis yang dibawa Hamel itu"

"Tidak, mengapa kau menanyakan itu?" tanya Asyla dengan nada curiga.

"Aku merasa bahwa dia memiliki aura yang sedikit berbeda dengan yang lainnya"

"Apa kau tertarik padanya?"

"Mengapa kau ingin tau?"

"Ah, bukan apa apa. Sebaiknya kau cepat kembali ke aula."

Saat keluar dari kamarnya. Antonio melihat ke arah penjaga memberikan mereka tatapan mengancam. Ia kembali pada tempat yang sangat membosankan. Di sana tatapannya tertuju pada Felicia dan Robert.

"Gadis bodoh, kau fikir aku tidak tau siapa dirimu?" guman Antonio.

Selama pesta berlangsung Antonio menghabiskan waktunya dengan berbincang bicang bersama para kesatria dan bangsawa. Bahkan di acara seperti ini mereka masih saja membahas tentang bisnis, wilyah dan keamanan. Mungkin jika ada Asyla di sini, perempuan itu pasti akan mencubit perutnya.

"Salam Yang Mulia, maaf jika saya terlambat memperkenalkan diri nama saya Felicia. Terimakasih telah menyelamatkan saya. Saya akan selalu mengingat jasa anda" ucap Felicia saat menghampiri Antonio.

Pria itu hanya membalas ucapan Felicia dengan anggukan. Robert yang berada di sebelah Felicia juga ikut memberi salam pada Antonio. Di antara sekian banyaknya bangsawan yang mendukung Antonio hanya Robert saja yang membenci kehadiran Asyla.

Di matanya Asyla hanyalah penyihir yang harus dimusnahkan. Ia juga sangat yakin bahwa Hamel dan Ashe telah terpengaruh sihir jahat yang dimiliki Asyla. Tak peduli seberapa baiknya dirimu atau seberapa kerasnya perjuanganmu. Tidak semua orang dapat menerima kehadiranmu. Semua yang telah Asyla lakukan hanyalah tipu muslihat saja di mata Robert. Ia justru lebih percaya pada Felicia dibandingkan Asyla.

Robert tau jika Antonio membenci Felicia namun bukankah benci dan cinta beda tipis. Ia lebih suka jika Antonio berpasangan dengan Felicia. Jika suatu saat pasangan Felicia datang ia hanya perlu membunuh pria itu saja dan menyingkirkan Asyla. Penyihir tak pantas berada di Aesteler. Robert tersenyum licik memperhatikan Hamel yang terua terusan memuja Asyla. Ia punya sebuah ide untuk meruntuhkan dinding kokoh pada Asyla.

Bersambung....

Penulis & Dunia Novel [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang