Bagian 31

331 52 3
                                    

Sepai sepoi angin yang bertiup, menelinap masuk kedalam ruangan melalui jendela. Ada seorang pria yang duduk di atas jendela sambil mmemandang langit. Ketika aku mendudukkan tubuhku pria itu langsung  melirik ke arahku sambil tersenyum.

"Apa tidurmu nyenyak?" tanyanya.

Aku tertidur di atas kereta, pria itulah yang menidurkanku di sini. Ia mendekatiku kemudian mengecup lembut keningku. Aroma mint dari tubuhnya sedikit membuat perasaanku menjadi kacau.

"Sejujurnya aku mau lebih dari kecupan ini, tapi aku akan menahannya,"  bisiknya.

Wajahku terasa panas mendengar kalimatnya. Padahal dulu saat pertama bertemu dia memang suka menggodaku begini tapi kali ini beda. Dulu ia mengatakannya di saat ada orang yang mengawasi kami.

"Aku sudah ingat"

"Apa?"

"Aku sudah ingat alasan mengapa kita menikah"

Senyum yang tercetak pada wajah pria itu hilang. Kepalanya tertunduk, "Maafkan aku" ucapnya dengan berlutut dihadapanku sambil mengecup punggung tanganku. Aku memegang kedua bahunya.

"Perasaanku kali ini tidak bohong. Aku tak akan memaksamu untuk membalas perasaanku."

"Aku juga tidak bohong kalau aku juga sudah menyukaimu" ucapku.

Antonio tersenyum, kami berdua saling berciuman dalam waktu yang terbilang lama. Tangannya sudah mulai menjelajah ke tempat seharusnya.

Ceklek

"Asyla lihat apa yang KYAAA MAAFKAN AKU SILAHKAN LANJUTKAN RITUAL SUCI KALIAN"

Felicia tiba tiba saja masuk dan berteriak histeris. Wajar sih, saat ini aku sudah berada di bawah Antonio dengan bibir kami yang saling berciuman. Ritual sucii apanya, dasar. Aku segera mendorong kuat Antonio agar dia bisa beranjak.

"Sepertinya itu adalah sesuatu yang harus kau lihat," ucap Antonio sambil mengalihkan wajahnya. Kupingnya memerah karena malu. Imut sekali wajah malu malunya dia.

Siapapun di istana tidak akan percaya jika kami mengatakan kalau kami belum melakukan malam pertama. Di depan banyak orang kami selalu berpura pura menjadi pasangan romantis.

"Baiklah aku akan pergi"

"Tunggu!"

"Apa?"

"Ganti bajumu dulu"

"Memang ada apa dengan ba— Sejak kapan aku memakai piyama seperti ini?"

Pakaian yang aku pakai ini sangat transparan pantas saja pria itu memandangiku dengan wajah memerah.

"Dasar mesum sialan keluar dari sini!" teriakku.

Antonio segera pergi tergesa gesa. Pria itu lupa kalau sepatunya tidak terikat sebelah. Aku bisa mendengar keributan di luar karna tali sepatu yang tak terikat itu.

Selesai mengganti baju, aku pergi ke ruang kerja Antonio. Di sana sudah ada Felicia, Ashe dan Hamel yang sedang berdiskusi.

"Semoga dewi keberuntungan memberkahi kehidupan anda"

Felicia, Ashe dan Hamel segera berdiri memberi salam padaku. Antonio hanya diam saja dan fokus pada lembaran kertas di tangannya.

"Apa ada hal menarik di sini?"

"Istriku apa kau setuju jika aku menikah lagi"

Antonio tiba tiba saja menatapku dengan tatapan serius. Felicia dan Hamel terang terangan menatap Antonio dengan sinis. Hei, apa dia tau kalau pertanyaannya itu bisa membunuh dirinya.

"Kenapa anda menanyakan itu suamiku. Bukankah seharusnya anda mempersihlahkan saya duduk terlebih dahulu?" balasku dengan sopan.

"Maafkan aku istriku, kemarilah. Duduklah di sebelah suamimu ini"

"Dengan senang hati"

"Lalu apa kau setuju?" tanya pria itu begitu aku duduk.

Bugh

Aku langsung memukul kepalanya, mengabailan etika kerajaan maupun etika seorang istri pada suami di depan Ashe, Hamel maupun Felicia.

Baru beberapa menit yang lalu ia mengatakan cinta padaku. Sekarang pria itu malah ingin punya istri. Hanya karena ingatan tentang warna mata dan rambut yang tak bisa dijadikan patokan pernikahan sudah lepas, pria ini seenaknya saja ingin menambah istri baru.

"Brengsek, cepat katakan wanita sial mana yang harus akuu bunuh?" ancamku sambil menarik kerah baju Antonio.

"Yang Mulia tolong tenangkan diri anda," ucap Ashe.

Aku kembali tersadar kalau saat ini kami tidak sedang berdua. Dengan kasar aku melepaskan cengraman tanganku dari kerah baju Antonio. Mataku menatap tajam ke arah pria itu.

"Yang Mulia, saat kami sedang menyelidiki identitas Robert. Kertas ini terselip di antara dokumennya"

Ashe menyerahkan selembar kertas yang ditulis dengan bahasa Inggris. Untung saja aku bisa sedikit berbahasa Inggris.

"Kami tidak tau kertas apa itu, saya khawatir itu adalah hal berbahaya. Kami sudah memanggil beberapa sarjanah dan ahli namun tidak ada yang bisa menerjemahkannya" jelas Hamel padaku.

"Kertas itu berisikan sebuah surat, surat penyesalan yang ia tulis untuk putrinya Carlina"

'Diriku,' sambungku dalam hati.

"Yang Mulia apa anda memahami isiny?"

"Ya sedikit. Mau aku terjemahkan?"

Hamel, aku tau kau sangat mengagumiku tapi kilauan matamu itu sanggat menyilaukan. Ashe dan Falicia menatapku dengan serius, lalu Antonio menyandarkan kepalanya pada bahuku.

Aku membacakan isi surat itu. Semua tentang bagaimana ia bisa menjatuhkan keluarga Delizart dengan membongkar kebusukan mereka. Bagi mereka mungkin ini info penting namun semakin aku membaca lebih banyak isinya. Semakin hatiku terasa seperti disayat.

"Yang Mulia, haruskah kita mencari Carlina?" tanya Hamel padaku.

"Itu memang ide bagus gadis itu adalah satu satunya kelemahan Robert. Mungkin saja dia masih hidup. Jika kita menemukannya aku sangat ingin memotong jari putrinya dan mengirim itu sebagai hadiah untuk ayahnya" ucap Antonio tak berperasaan.

"Kita tidak bisa melakukan itu karena sabda dari kuil suci mengatakan kalau wanita itu akan menjadi pemersatu ke delapan kerajaan yang ada di benua ini" ucap Ashe.

"Masalah ini tak bisa kita selesaikan sendiri, kita perlu mengadakan rapat dengan setiap kaisar dari setiap kerajaan terutama Dark Floresh. Mereka mungkin bisa lebih banyak membantu kita," tambah Felicia.

"Keberatan, bagaimana bisa kita bekerja sama dengan para penyihir yang sudah menculik permaisuri" protes Hamel.

"Bukankah tadi kalian sabda, apa di Aesteler ada kuil suci?" tanyaku.

Aesteler bukan negara suci ataupun negara yang memiliki keyakinan pada tuhan. Namun ada beberap yang percaya dengan dewa di hatinya.

"Yang Mulia, kerajaan Seblak datang membawa utusan dari kuil suci menyampaikan sabda itu pada kami. Mereka mendesak agar Carlina segera ditemukan dan diharapkan Yang Mulia Kaisar mau menjadikan gadis itu sebagai permaisuri"

Aku kemudia berfikir keras tentang dunia aneh penuh nama makanan ini. Kuil suci di Kerajaan Seblak, aku tidak mendapat informasi itu dari dewi fortuna.

"Ashe segera undang kaisar dari setiap kerajaan di benua ini. Kita akan mengadakan rapat besar besaran"

Bersambung....








Penulis & Dunia Novel [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang