"Mas, kamu apa-apaan huh? Kamu bilang kamu lembur, taunya kamu malah main sama wanita lain dibelakang aku. Kamu pikir aku nggak tau huh?" sentak Sarah emosi. Nada suaranya berubah parau, menahan gejolak emosi yang kini menjadi.
"Diam kamu Sarah!" bentak Emir.
"Gimana aku mau diam disaat suami aku sendiri selingkuh. Mana ada Mas isteri yang diam aja ketika suaminya main dibelakang. Gak ada Mas gak ada!"
Sarah semakin menjadi. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini mengalir sempurna membasahi pipinya. Wanita itu sudah tak kuasa melihat kelakuan Emir yang semakin hari semakin membuatnya frustasi.
"Gak usah banyak bicara kamu Sarah! Apa hak kamu mengatur-atur hidup saya huh? Siapa kamu?"
"Aku isteri kamu Mas, dan aku berhak atas itu" parau Sarah.
Emir tersenyum miris, menampilkan smirk devil yang membuat nyali Sarah menciut.
"Heh, isteri? Isteri kamu bilang? Isteri yang main sama temen suaminya sendiri. Bahkan kamu pernah tidur sama dia. Murahan! Dibayar berapa kamu semalam sama Dandi?"
Sarah diam, terkejut atas ucapan Emir barusan. Penghinaan, bahkan pemfitnahan. Kapan ia selingkuh? Kapan ia tidur dengan Dandi? Kapan? Sarah dibuat geleng kepala. Asumsi buruk Emir terhadapanya sangat menyakitkan. Dan itu berhasil melukai hatinya.
"Sumpah demi apapun aku gak pernah selingkuhin kamu Mas. Gak pernah!" tegas Sarah. Menekan setiap kalimatnya mencoba meyakinkan Emir.
Ck!
Emir berdecak sinis. Senyum iblis itu kembali terukir diwajah sangarnya. Emir tak percaya dengan alibi yang Sarah katakan. Emir lebih mempercayai bukti yang ia lihat.
"Bersumpahlah sesuka hatimu, Sarah. Karena saya tak akan pernah percaya. Bukti sudah jelas bukan, difoto itu kamu tengah bermalam dihotel bersama Dandi. So, jangan pernah mengatur-atur hidup saya. Sekalipun saya berselingkuh. Paham anda?"
Sakit itu menambah jadi dua kali lipat. Dirinya yang salah, ataukah Emir yang keras kepala tak mau mempercayainya?
Sarah memang dekat dengan Dandi, karena dulu ketika masa SMA Dandi adalah teman dekatnya. Tapi bukan berarti ia dan Dandi berselingkuh bukan? Bahkan Sarah sama sekali tak memiliki rasa untuk pria itu. Tidak ada!
Sarah menangis, satu tangan kirinya beralih menyentu dada yang kini terasa sesak didalamnya. Entah, entah apalagi yang harus Sarah lakukan. Ia terlalu lelah terus berdebat dengan Emir.
"Itu gak bener Mas, aku gak pernah tidur bareng Dandi. Gak pernah! Aku berani sumpah. Aku gak tau kenapa aku bisa ada dihotel waktu itu. Karena yang aku tau, waktu itu aku lagi nganter ibu-ibu ke.."
"Argh, banyak bacot!"
Plak..
Satu tamparan keras mendarat indah diwajah cantik Sarah. Kepalanya terhuyung kesamping akibat tamparan keras dari Emir.
Sarah diam, merasakan panas dan nyeri dibagian pipi kirinya.
"Wanita murahan! Jalang! Jijik saya sama kamu Sarah!" cibir Emir. Kedua manik mata tajam itu menggelap. Emosi telah menyelimutinya. Serta kedua tangan yang kini mengepal sempurna, siap melayangkan pukulan.
"Mas, aku nggak.."
"Akhh"
Dengan satu tarikan Emir menggusur Sarah, membawa wanita itu menuju kamar mandi.
"Mas lepas sakiittt" ringis Sarah histeris.
Mengingat Emir yang begitu keras dan kasar membuat Sarah kelimpungan. Ia takut Emir kembali menyiksanya. Apalagi terhadap orang yang telah menghianatinya. Emir benci yang namanya penghianatan!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALREGA (Hiatus)
Ficção AdolescenteGood boy? NO❕ Bad boy? YES❗ Fuck boy? NO❕ Sad boy? YES❗ Udah bad boy, sad boy pula. Kepikir gak sih sama kalian gimana kehidupan sosok cowok bad boy tapi sad boy?? Gegara cinta? Wanita? Apa keluarga? Kalo dirangkum jadi satu gimana? Nyesek gak tuh n...