Musik-musik mengalun merdu mengiringi pesta pernikahan ini. Para tamu undangan sebagian berdansa dibawah lampu gantung indah itu. Ada juga yang memilih makan dan tidak menghiraukan orang-orang disekitar. Karena makanan adalah hal yang paling pokok bagi makhluk hidup.
"Selamaaat astagaaa!" Olin memeluk Loli erat.
"Makasih bun"
"Selamat Sam, yang baik lo sama sahabat gue. Awas kalo nangis, gue tendang lo ke Antartika" ancam Olin.
Sam tertawa renyah. "Siap lah Lin"
Nita dan Kevin ikut naik ke panggung, menyalami sahabat-sahabat mereka yang sedang merayakan hari bahagia. Nita langsung memeluk Loli dengan tangis bercucuran.
"Huaaa sahabat gue yang lugu..sekarang lo udah gede ya? Nurut sama suami! Jangan bandel! Kurangin lolipopnya..ntar lo diabetes..huaaa!" cerocos Nita.
Olin mengelus-elus pundak sahabatnya itu. Dia mengerti mood Nita mudah berubah-ubah. Biasalah, bumil. Usia kandungannya sudah enam bulan sekarang, yang artinya tiga bulan lagi mereka akan dikaruniai momongan. Menjadi ayah dan ibu yang sesungguhnya.
"Olin!?"
Wanita itu langsung menoleh mendengar namanya dipanggil. Yang pertama dia lihat seorang cowok dengan kemeja rapih memakai kacamata dengan frame hitam hitam legam. Kedua alis Olin terangkat tinggi. Azka Fadli Gienlo. Cowok itu, yang menghibur Olin saat sedang dirundung duka akibat kelakuan mama Rey.
Cowok itu berjalan menaiki panggung dengan langkah tergesa-gesa. Olin masih mematung ditempat.
"E-eh Azka apa kab--"
Deg!
Tanpa ba bi bu Azka langsung memeluk Olin dengan erat. Membuat semua orang yang ada disana terkejut bukan main. Termasuk Rey yang memandang Azka dengan tatapan penuh amarah.
"Misi..punya gue" tutur Rey dingin, dia menarik tubuh Olin membuat pelukan Azka terlepas.
Olin disembunyikan dibalik punggung tegapnya. Dia tau Olin terkejut dengan kedatangan Azka, dan pelukan tiba-tiba itu.
"Ohh sorry bro. Gue cuma meluk. Nggak minta lebih" balas Azka tersirat akan makna.
Tatapan Rey menajam, membuat siapapun yang ada disitu bergidik ngeri. Apalagi tamu-tamu malam ini khusus teman-teman SMA mereka dulu, yang pastinya masih hafal dengan sikap si ketua osis dingin itu. Siapapun yang menganggu Olin-nya, akan dia tuntaskan hari itu juga.
"Lebih baik lo cabut, jangan sampai ada keributan disini" tutur Kevin dingin.
Azka tertawa remeh lalu berbisik pelan pada Rey. "Gue nggak akan berhenti sampai disini."
Rey mengepalkan tangan. "Gue tunggu tingkah busuk lo."
"Oke, jangan nangis kalau kalah dari gue--"
"Papaaaa!!"
Ucapan Azka terhenti saat mendengar teriakan bocah laki-laki dari kejauhan. Bisa dia lihat bocah memakai tuxedo kecil berjalan melintasi karpet merah dengan gaya cool sambil melempar senyum kepada semua tamu. Membuat mereka menahan rasa gemas ingin mengarungi bocah tampan itu.
"Kok kamu disini!?" pekik Olin kaget melihat kehadiran putranya.
"Vano diajak pakde kep" tutur Elvano polos saat tiba didepan ibundanya.
Olin menggendong putranya itu dengan cepat saat Azka hendak mengelus puncak kepala Elvano. Elvano yang berada di gendongan Olin hanya mengerjapkan mata polos. Sementara Azka memandang bocah itu penuh minat. Minat untuk melakukan hal yang membuat Rey menderita tentunya.
"Om ini siapa ma? Kok mukanya kaya Tayo?" tanya Elvano polos sambil menunjuk Azka.
Azka melotot kesal. "Anjir! Enak banget lo ngomong!!."
"Bicaranya yang bener sama bocah." tegur Sam dengan nada penuh peringatan.
Azka mendengus pelan, memandang Elvano sinis. "Sampai jumpa suatu saat nanti bocah jelek."
"IH OM JELEK KOK NGATAIN VANO JELEK!" teriak bocah itu.
"Gue ganteng ya, sorry!" sahut Azka tak terima.
"Iya deh om, Vano walas, Vano aja yang ngalah"
"Bocil ngeselin."
•••
Vano sedang bermain mobil-mobilan di ruang tamu rumah. Sementara Rey, Olin, Nita, dan Kevin duduk santai cukup jauh dari bocah itu. Tidak mau anak yang masih suci itu mendengar ucapan mereka. Takutnya Elvano menirukan apa yang mereka ucapkan.
"Anjir! Minta ditabok emang si Azka!" ujar Kevin tak santai.
"Udah deh, biarin aja. Dia emang hobby cari masalah sama kita, nggak usah diladeni ntar capek sendiri" tutur Olin sambil mencomot kue kering dihadapannya.
"Gue takutnya Elvano kenapa-napa." ujar Nita sambil menatap bocah laki-laki berparas tampan itu dengan mata berkaca-kaca.
Olin menyodorkan tisu kearah sahabatnya itu. Memang hormon ibu hamil membuat mood sangat mudah berubah. Sedikit-dikit mau marah, dikit-dikit mau nangis. Membuat siapapun yang ada disebelahnya serba salah. Mau nenangin tapi takut dimarahin, bilang baik-baik malah nangis keras.
"Gue yakin Elvano akan baik-baik saja" balas Rey sambil menatap putranya itu.
Kevin mengangguk setuju. "Dia kuat, pemberani"
Mereka serempak menangguk.
"Kaya pakdenya" tambah Kevin.
"Yee! Udah mau jadi orang tua. Gobloknya kurangin dikit bang!" tutur Olin tak santai.
Kevin cekikikan. "Nggak nyangka gue otw jadi bapak"
Mereka hanya mengukir senyuman. Memang tidak pernah disangka hidup mereka akan seindah ini. Rasanya baru kemarin mereka bertemu. Momen dimana Olin tidak sengaja bertubrukan dengan Rey dihari pertama mereka mos. Olin tidak bisa melupakan kejadian itu.
Yang paling tidak dia sangka. Cowok yang saat ini menjadi suami sah Olin adalah cowok yang dia benci karena sifat dingin dan kurang peka yang mendominasi. Tapi sekarang rasa benci itu menghilang entah kemana, digantikan rasa cinta yang tak akan pernah berujung.
"Mama! Papa! Pakde! Aunty!"
Mereka langsung menoleh saat mendengar suara kecil Elvano. Yang pertama mereka lihat, bocah itu tersenyum lebar sambil menyodorkan sebuah kertas yang dia gambari. Disana ada gambar Olin dan Rey yang ditengahnya ada Elvano. Sedangkan disebelah gambar itu ada gambar Kevin dan Nita.
"Wahh bagus banget. Dari kecil udah bakat nggambar" tutur Nita sambil mengelus puncak kepala Elvano. Membuat bocah itu nyengir.
"Bagus ndak ma, pa?" tanya bocah itu.
Rey dan Olin serempak menganggukkan kepala. Olin menjongkokkan tubuhnya agar tingginya setara dengan Elvano, kemudian dengan senyuman manis dia merentangkan tangannya. Elvano langsung masuk kedalam pelukan hangat Olin. Bibir mungilnya menyunggingkan senyuman.
"Elvano sayang mama. Elvano bakal malah kalo ada yang nyakitin mama" bocah itu berujar dengan pelafalan cadel.
Olin menganggukkan kepalanya. "Mama juga sayang sama Vano"
Elvano melepaskan pelukan, dia menepuk-nepuk kedua pipinya. "Sun ma?"
Olin terkekeh pelan.
Cup!
Cup!
"Kamu yang terhebat malaikat kecil mama."
•••
Extra part kedua!!
Pengen banget deh revisi cool ketos pertama..
Penulisannya masih acak-acakan banget haduhh..
Tapi sayang nggak bisa masuk akunnya😭
•
•
Share cool ketos 2 ke temen-temen kalian yang pernah baca cool ketos pertama❤
Ada yang suka nggak nih sama si kecil Vano?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos |2| Lengkap✔
Romance"Apa?," sahut Rey tidak mengerti. Olin mendengus kesal. "Huft, anterin kekelas," rengek gadis itu bak anak kecil. "Emangnya kelas lo baru?. Lo lupa jalan kekelas?," pertanyaan dari Rey yang membuat Olin mati kutu. "Ihh!, romantis dikit kek. Kaya pas...