Part 4 - Berubah Cuek

1.7K 96 2
                                    

Udara pagi begitu sejuk menerpa kulit. Olin dan Kevin sedang jalan jalan ditaman komplek. Hari ini weekend makanya mereka free bisa jogging sepuas puasnya. Dan pastinya banyak pedagang makanan disini.

Olin berjalan dengan penuh semangat mengitari taman yang cukup luas ini. Beberapa kali dia berpapasan dengan orang orang lain yang juga melaksanakan jogging pagi hari.

Sebuah senyuman terukir sempurna dikedua sudut bibirnya. Semoga saja dengan berjogging pagi seperti ini dia bisa melupakan kejadian buruk yang menimpa dirinya kemarin.

"Olin!,"

Langkah gadis itu terhenti saat mendengar namanya dipanggil. Dia celingak celinguk mencari sumber suara yang menurutnya tidak asing ditelinganya. Sampai titik pandangannya tertuju pada seorang pria disebrang jalan.

Pria itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangan kearah Olin. Dia menyebrang dengan cepat lalu berdiri tepat dihadapan Olin. Sementara gadis itu masih diam sambil tersenyum kikuk.

"Lo jogging juga?," tanya Azka santai.

"I_iya kak," mendadak Olin merasa gugup.

Kevin berlari kearah Olin lalu berhenti dan memandang pria didepan Olin dengan seksama. Sementara Azka hanya memasang senyum canggung karena sikap Kevin aneh saat melihatnya.

"Lo kenal dia Lin?."

Olin mengangguk anggukkan kepalanya dibibirnya terukir senyuman tipis. "Gue ketemu dia di bus kemarin, dia satu SMA sama kita. Namanya kak Azka,"

Barulah Kevin bernafas legah saat tau pria itu juga anak Garuda sama dengannya. Dia takut pria asing sok kenal mendekati Olin lalu menculik gadis itu dan menjual ginjalnya.

Memang nething, tapi itu sebagai langkah antisipasi bagi Kevin. Dia punya tanggung jawab melindungi adik yang sangat dia sayangi ini. Apalagi Olin adalah gadis yang ceroboh.

"Gue boleh pijem Olin?."

Kevin menatap Olin untuk meminta jawaban. Kalau dia sih terserah Olin saja. Gadis itu menganggukkan kepala pelan kearah Kevin.

"Boleh. Tapi jangan lama lama,"

Azka mengangguk lalu menggandeng tangan Olin ke salah satu bangku kosong. Mereka duduk disana tepat bersebelahan. Mendadak suasana menjadi canggung bagi Olin.

"Lo cantik," puji Azka.

"M_makasih kak." jawab Olin.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?."

Bugh

•••

Kevin sedang duduk manis sambil menjilati eskrim yang baru saja dia beli. Rasa eskrim disini memang tidak ada duanya. Berbeda dengan eskrim buatannya yang terasa hambar dan tidak enak.

"Sob."

"Uhuk uhuk," Kevin terbatuk saat ada yang menepuk pundaknya.

Dia melempar tatapan tajam kearah Rey yang berdiri dengan wajah santai. Tidak merasa bersalah hampir saja membuat temannya mati tersedak eskrim.

"Apaan?." ketus Kevin.

"Olin mana?," tanya Rey mencopot earphone ditelinga.

"Tu," Kevin menunjuk kearah Azka dan Olin.

Tatapan mata Rey mengikuti arah yang ditunjuk Kevin. Seketika manik matanya membesar, dia berjalan tergesa gesa kearah kedua orang yang sama sama diam di kursi taman itu.

Langkahnya terhenti saat Azka mengucapkan sesuatu kepada Olin.

"Lo cantik,"

"M_makasih kak."

"Lo mau nggak jadi pacar gue?,"

Tangan Rey mengepal erat, nafasnya memburu karena emosi. Tanpa aba aba dia meninju pipi Azka dengan sangat keras hingga pria itu tersungkur ke tanah.

Olin terpaku untuk beberapa saat. Dia menatap Rey yang wajahnya memerah karena emosi. Pria itu sedang diluar kendali dan bisa saja membunuh Azka saat ini juga didepan mata Olin.

Rey mengangkat tangannya hendak memberikan bogeman kedua pada Azka. Namun tangannya segera dicekal oleh Olin.

"Turunin tangan lo!." teriak gadis itu.

Pria itu menatap nyalang Azka yang tengah menyeka darah disudut bibirnya. Tidak mengira hari ini dia akan mendapat bogeman dari sang ketua OSIS SMA Garuda.

"Dia nembak lo," tutur Rey emosi.

"Dia cuma main main!. Lo yang terlalu emosian!,"

Rey menatap Olin tidak percaya. Kenapa gadis itu lebih membela Azka daripada dirinya yang berstatus sebagai kekasih. Rey tidak habis fikir.

"Kenapa lo bela dia!?, lo juga suka sama dia?!."

Mata Olin memanas saat Rey membentaknya dan menatap dirinya nyalang. Bibir gadis itu mengatup, dia melepas tangannya yang memegangi pergelangan tangan Rey.

"Lo nggak bisa jawab?!. Argh!,"

Rey mengacak rambutnya frustasi lalu menarik tangan Olin kasar. Dia menyuruh gadis itu baik keatas motor ninjanya. Atau lebih tepatnya memaksa karena Olin tidak mau.

"Naik atau gue nggak mau bicara sama lo!,"

Deg.

Air mata menetes dari pelupuk mata Olin. Ucapan pria itu nampak serius. Kenapa Rey berubah sangat egois?

"Yaudah kalau itu mau lo."

"Lebih baik lo diemin gue daripada gue harus bareng sama pria penindas kaya lo!,"

Olin berlari pergi dengan air mata yang terus mengalir dari matanya. Belum sembuh luka yang diberikan oleh ibu Rey kemarin. Dan kini pria itu menambahkan luka yang lebih menyakitkan.

•••

Assalamualaikum

Ada yang baca nggak sih?

Komen dong😭

Vote juga, follow juga boleh hehe..

Memang agak banyak konflik diantara mereka nih

Salam hangat author🤗😍

Cool Ketos |2| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang