Hari ini...
Hari yang kau tunggu...
Bertambah satu tahun... Usiamu...
Bahagialah slalu...Yang kuberi...
Bukan jam dan cincin...
Bukan seikat bunga...
Atau puisi...
Juga kalung hati...Maaf, bukannya pelit...
Atau nggak mau bermodal dikit...
Yang ingin aku, beri padamu...
Do'a s'tulus hati ...Smoga Tuhan, melindungi kamu...
Serta tercapai semua angan dan cita citamu...
Mudah mudahan diberi umur panjang...
Sehat selama lamanya..Selamat Ulang tahun .... Selamat Ulang tahun Olin cantik...
~
Pagi-pagi sekali sekitar pukul 00.00 Rey mengirim lagu itu. Dia sendiri yang menyanyikannya dengan alunan gitar. Membuat air mata Olin menetes begitu saja.
Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mandi seperti biasa. Beruntung ulang tahun Olin tepat hari Minggu. Jadi gadis itu bisa lebih santai dan nanti merayakan ulang tahun.
Beberapa menit kemudian Olin keluar dengan dress berwarna putih selutut. Terlihat sangat anggun dan feminim.
Hari ini, pukul 07.00 acara perayaan ulang tahun Olin akan dimulai. Tidak terlalu mewah, hanya ada teman-teman dan keluarga Olin saja.
Gadis itu turun kebawah dan langsung disambut dengan tepuk tangan meriah. Membuat Olin sedikit malu.
"Happy birthday my love" Laras memeluk Olin lalu mencium putrinya itu.
"Happy birthday, anak papa semakin cantik" tutur Andi lalu memeluk putri yang sangat dia sayangi itu.
Kini Kevin berdiri didepan Olin dengan senyuman manis, pria itu nampak keren dengan kemeja dan jas berwarna nila.
"HBD adek kesayangan gue. Tambah pinter, nakalnya kurangin, jangan bolos mulu" ucap Kevin sambil terkekeh.
"Unch, Bang Kev"
Kedua kakak adik itu berpelukan erat. Mungkin dapat dihitung berapa kali mereka berpelukan dalam setahun.
Pelukan keduanya terlepas saat sebuah mobil parkir dengan mulus didepan rumah. Sang pengemudi turun dengan gaya coolnya.
Kali ini dia nampak berbeda, lebih keren karena dia memakai kemeja putih dan jas dengan warna hitam. Sangat cocok jika dipasangkan dengan dress yang dikenakan Olin.
Tatapan matanya menatap Olin lurus dan lembut. Semua orang hanya melihat kedatangannya dengan tatapan kagum.
Saat sampai dihadapan Olin, Rey tersenyum manis dan meraih tangan gadis yang sedang menatapnya itu.
"Selamat ulang tahun Olin. Gue doain semua yang terbaik buat lo. Dihari spesial ini gue mau nyatain sesuatu ke lo, dan gue harap lo bersedia"
Alis Olin saling bertaut satu sama lain. Bersedia? Bersedia untuk apa?
"B_bersedia b_buat apa?" Olin tergagap.
Bukannya menjawab, Rey malah berjongkok didepan Olin dengan tangan yang masih setia menggenggam sebelah tangan gadis itu.
"Apa kamu mau jadi pendamping hidupku?"
Rey mengeluarkan sebuah kotak dengam beludru merah dari kantongnya dan menunjukkannya pada Olin. Pada semua orang yang saat ini menatap mereka kagum.
Wait! Rey beneran lamar gue?!, batin Olin.
"L_lo ngelamar g_gue?"
Pria itu menganggukkan kepala pelan sambil menampakkan senyuman manis. Sweet.
Semua orang yang ada disitu bertepuk tangan heboh karena kejadian ini sangat tidak terduga. Olin sendiri hanya berdiri mematung menatap kotak beludru itu dengan pandangan buram karena matanya berkaca-kaca.
"Terima! Terima!"
Terdengar sorak sorai para tamu. Tentunya hal itu membuat Olin semakin malu.
"Iya, aku mau"
Senyuman Rey semakin mengembang, dia berdiri lalu menggenggam tangan Olin erat. Gadis itu juga tersenyum dengan air mata yang mengalir.
Dengan segera Rey menarik Olin kedalam pelukannya dan memberi kehangatan pada gadis itu.
"STOP!"
Terdengar suara teriakan dari kejauhan membuat semua yang ada disitu menolehkan kepala. Wanita paruh baya datang dengan seorang gadis cantik dibelakangnya.
"Rey itu mau melamar Quenny, bukan melamar gadis itu!" sentak Winda, yap. Mama Rey.
Mata Olin dan Rey sama-sama membulat sempurna karena ucapan Winda. Bahkan susana mendadak hening karena kedatangan tamu yang tidak diundang ini.
"Sekarang Rey! Cepat lamar Quenny!" sentak Winda setengah memaksa.
Olin menatap Rey dengan tatapan sulit diartikan. Jadi apa ini? Apa semuanya hanya mainan? Apa Rey kira hati Olin hanya mainan?!
"Mama, plis jangan bikin kekacauan" ucap Rey kesal.
Namun Winda menggeleng pelan. "Kamu lamar Quenny, atau kamu tidak akan bisa masuk kerumah lagi untuk selamanya. Dan nama kamu akan hilang dari kartu keluarga!"
Deg.
Rey menatap Olin yang juga tengah menatapnya dengan tatapan kecewa.
"Maaf" lirih Rey. Olin menggelengkan kepalanya sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sesak.
Pria itu berjalan menghampiri Quenny lalu berdiri dihadapan gadis itu. Quenny sedari tadi hanya diam dengan wajah sedikit tidak enak. Dia tidak mengira akan merusak pesta Olin.
"Lo_ lo mau nggak_ jadi tunangan_ gue?"
Gadis itu mengangguk pelan sambil tersenyum canggung.
"Enggak, nggak mungkin Rey lakuin ini" lirih Olin sambil menutup mulutnya tak percaya.
"Kalau emang ini nyata, lebih baik gue mati saat ini juga" sambung gadis itu sangat lirih. Hanya dia dan Tuhan yang bisa mendengar.
•••
Mau nampol Rey??
Ada pesan yang mau disampaikan buat Rey?
Jangan lupa kasih votee...
Makasih banget buat ryders setiaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos |2| Lengkap✔
Romance"Apa?," sahut Rey tidak mengerti. Olin mendengus kesal. "Huft, anterin kekelas," rengek gadis itu bak anak kecil. "Emangnya kelas lo baru?. Lo lupa jalan kekelas?," pertanyaan dari Rey yang membuat Olin mati kutu. "Ihh!, romantis dikit kek. Kaya pas...