Part 17 - Sakit Lagi

1.2K 62 1
                                    

Didalam mobil hanya ada keheningan karena sedari tadi Olin hanya diam dengan wajah kesal. Sementara Rey sibuk menyetir karena jalanan sudah gelap gulita.

Sesekali pria itu melirik Olin yang menangis dalam diam. Air matanya terus mengalir tanpa bisa dicegah. Emang kalau sakit hati gitu ya?

"Maaf," lirih Rey.

"Gue bisa jela_"

"Basi!" sela Olin dengan cepat.

Asalkan kalian tau, dia harus berfikir beribu-ribu kali dan mengumpulkan segala keyakinan serta kekuatan untuk menyela ucapan Rey itu. Karena dia sebenarnya takut melihat Rey marah.

"Plis Lin lo deng_"

"Sampai kapan lo gini terus?"

Krik.. Krik..

Rey hanya diam sambil menatap jalanan. Sungguh dia tidak ingin membuat hati Olin hancur lagi, gadis itu hanya salah faham saat melihat Rey tadi.

"Gue nggak sanggup nahan semuanya Rey"

"Rasanya sakit, perih" ucap Olin dengan suara bergetar.

Pria itu memberhentikan mobil ditepian jalan. Dia ingin berbicara serius mengenai kesalah fahaman di mall tadi.

"Lin! Gue nggak selingkuh" ucap Rey dengan penekanan.

Olin menggeleng pelan. "Buktinya apa?!"

"Lihat mata gue, apa ada kebohongan?"

Namun gadis itu menggeleng, enggan menatap mata Rey. Yang ada tangisannya akan semakin pecah dan tidak terkendali nantinya.

"Gue pergi bareng karena biar gue bisa tau cincin yang co_"

"Stop! Nggak usah dilanjutin" tutur Olin pelan.

"Gue tanya, ngapain lo beli cincin?" tanya Olin.

Yang anehnya pria itu hanya diam tidak mau menjawab ucapan Olin. Tentu melihat itu membuat tangisan Olin semakin pecah. Dia tidak bisa terlihat tegar lagi.

Olin melemparkan sebuah baju kearah Rey dengan keras. Membuat pria itu sedikit tersentak kaget.

"Lo itu kaya pohon pisang Rey! Punyan jantung tapi nggak punya hati!"

•••

Olin berlari kedalam kamar lalu mengunci pintu kayu itu dari dalam. Laras, Kevin, dan Rey berusaha mengetuk beberapa kali dan membujuk Olin untuk keluar, namun hasilnya nihil.

Gadis itu terus menangis sampai matanya terasa berat. Dia memeluk boneka teddynya dengan sangat erat. Untung saja kain boneka itu kuat dan tidak gampang robek.

Jika saja tidak, pasti semua isi boneka itu telah berhamburan keluar dari dalam.

"Olin! Kenapa sih nasib lo begini?!"

Olin melemparkan boneka itu kearah meja belajar hingga lampu belajarnya terjatuh dari atas meja dan pecah berkeping-keping seperti hatinya.

"Janji lo busuk Rey!"

"Lo sama aja kaya Arkan!"

"Sok suci lo!"

Siapa sangka Rey duduk didepan kamar Olin dan mendengarkan semua teriakan gadis itu. Menyesal, itu yang ada difikirannya saat ini.

"Kenapa gue harus hidup!"

"Kalau didunia gue harus ngerasain sakit, sakit, dan sakit lagi!"

Air mata Rey menetes begitu saja. Hatinya ikut hancur mendengar ucapan Olin. Seakan dirinya laki-laki yang sangat tidak berguna dimata Olin, yang bisanya hanya membuat gadis itu menangis.

Kevin datang membawa kunci serep, dia membuka kamar lalu membiarkan Rey masuk kedalam.

Pria itu menurut dan masuk tanpa sepengetahuan Olin, karena gadis itu menangis sambil menutupi wajahnya menggunakan bantal.

Rey duduk dibawah sambil menatap setiap gerak-gerik Olin. Air matanya terus menetes, namun bibir pria itu mencoba tersenyum.

"S_sakit Rey, sakit lagi. Bahkan kali ini lebih sakit"

Olin merintih pelan sambil mendongak menatap langit langit kamarnya. Belum sadar kalau Rey duduk manis dilantai mengamati setiap gerak-geriknya.

"Tapi gue nggak pernah menyesal cinta sama lo Rey, sekalipun nggak pernah"

Hati Rey terasa trenyuh. Sebegitu besar cinta Olin padanya dan dia terus menyakitinya. Membuat hati Olin pecah berkeping-keping.

"Maaf Lin, gue laki-laki yang buruk"

Deg.

Olin menoleh dengan mulut sedikit menganga, mata gadis itu terbelalak. Rey menatapnya dengan mata memerah karena menangis.

"L_lo nangis?" lirih Olin.

Rey hanya tersenyum getir lalu mengusap air matanya yang masih mengalir.

"Haha, gue cengeng ya"

Olin tertegun, Rey menangis karena dirinya? Apa ini nyata? Atau Olin sedang tertidur pulas dan bermimpi ini?

Ray mengusap air matanya lalu berdiri berjalan mendekati Olin. Dia mengacak rambut Olin gemas, dan Olin masih menganga lebar.

"Gue pamit ya, sorry bikin lo nangis lagi"

Cup.

Rey mencium kening Olin lalu perlahan berjalan keluar dari kamar gadis itu. Membiarkan Olin sibuk dengan fikiran dan fantasinya sendiri.

•••

Rey nangis?? 😱

Hehehe..

Habis ini bakalan pahit banget banget bangetan sampai rasanya mau nampol Rey..

Cool Ketos |2| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang