"Plis ya Kan, gue mohon banget sama lo" ucap Olin sambil mengeluarkan puppy eyesnya.
Arkan mendengus kesal. Bisa-bisanya dia disuruh menemui Vinka lagi. Sebenarnya dia juga rindu dengan gadis itu, tapi mau gimana lagi? Dia sudah merusak masa depan Vinka.
"Buat apa sih Lin?" tanya Arkan jengah.
"Lo harus tanggung jawab sama perbuatan lo" jawab Olin apa adanya.
Namun dijawab gelengan kepala oleh Arkan. Tidak mungkin juga Vinka masih mau menemuinya. Atau gadis itu malah mengusirnya nanti.
"Emangnya Vinka mau gitu?"
"Dia itu masih sayang sama lo, lo-nya aja yang bego! Ninggalin orang sebaik Kak Vinka" celetuk Olin.
Arkan memandang Olin sejenak. Ternyata Vinka sangat setia padanya. Arkan kira gadis itu tidak akan mau menemui dirinya lagi karena perbuatan buruk yang pernah Arkan lakukan.
"Yaudah, tapi kalau Vinka ngusir gue gimana?" tanya Arkan antisipasi.
Olin mendengus kesal. "Lo mah kalo dibilangin nggak percaya! Udah ikut gue aja!"
Gadis itu menarik tangan Arkan pelan. Membawa pria itu masuk kedalam mobil. Dan Arkan hanya bisa menurut sembari berharap Vinka mau menemui dirinya.
Setelah menaruh Arkan dikursi belakang, Olin segera berpindah ke kursi depan menemani Rey yang menyetir. Kalau tidak ditemani pria itu akan ngambek seperti anak kecil.
"Wah, sekongkol kalian berdua? Parah sih" ucap Arkan saat menyadari siapa sang supir.
Rey tidak peduli dan memilih menancap gas agar bisa segera sampai dirumah sakit jiwa. Dia ingin menemui kakaknya dan mendengar penjelasannya secara langsung.
"Santai aja Kan, gemeter gitu tangan lo" ucap Olin yang menyadari gerak-gerik Arkan.
Arkan menghembuskan nafas pelan. "Bagaimanapun juga gue udah ngerusak dia Lin"
Olin tersenyum tipis lali mencubit Rey pelan, agar Rey mau memberikan semangat kepada Arkan dan tidak usah takut lagi.
"Aduh"
"Eh?, iya Kan. Kakak gue pasti maafin lo" ucap Rey namun dengan nada datar dan dingin.
Emang nggak bakat ngasih semangat orang ni bocah, batin Olin.
•••
Mereka sudah sampai dirumah sakit jiwa tempat Vinka tinggal selama beberapa tahun terakhir. Hebat gadis itu mampu bertahan ditempat yang penuh dengan orang yang mengalami gangguan mental.
"Lo dibelakang, gue sama Rey duluan yang masuk" ucap Olin sambil melotot.
Arkan mengangguk-angguk pelan, ngeri juga kalau Olin melotot begitu.
Rey dan Olin masuk kedalam ruangan Vinka yang berada didekat kamar mandi. Tempat itu sangat bersih dan rapi, berbeda dengan kamar pasien yang lainnya.
Vinka tersenyum saat melihat Olin dan Rey datang bersama. Karena sebelumnya Olin hanya datang sendiri dan menceritakan betapa jahatnya Rey
Dengan bersama itu membuktikan kalau mereka sudah baikan.
"Kak Vinka maaf," lirih Olin.
Kedua alis Vinka mengernyit mendengar penuturan Olin. Maaf untuk apa? Olin tidak melakukan suatu kesalahan.
"Kak" panggil Rey pelan.
Vinka menoleh, dia menatap adiknya yang nampak lebih lemas dibanding kemarin-kemarin. Bahkan diwajah adiknya itu terdapat luka lebam yang cukup banyak.
"Sampai kapan lo mau begini? Lo nggak capek terus berpura-pura gila?"
Mata Vinka terbelalak, dia menatap Olin yang terus menunduk dalam-dalam. Pasti gadis itu yang memberi tau Rey.
Vinka menghela nafas pelan. "Gue capek digosipin tetangga Rey, gue pengen bebas. Dan disini gue terasa lebih tenang"
"Tempat kaya gini lo bilang tenang?"
"Hei, jangan menilai sesuatu dari tampangnya dan derajatnya aja. Disini temen-temen gue banyak, mereka juga punya kisah hidup berbeda-beda"
Rey mengangguk pelan. Dia berjalan menghampiri kakaknya lalu memeluk wanita itu dengan erat. Sungguh malang nasib Vinka harus tinggal ditempat yang tidak semestinya dia tinggali.
"Gue sama Olin punya surprise buat lo"
"Apa?"
Prok..
Olin memberi kode dengan satu kali tepuk tangan. Vinka dan Rey memandang Olin bingung, pasalnya tadi Olin tidak memberi tau Rey kalau menyuruh Arkan masuk menggunakan kode segala.
Perlahan pintu terbuka dan masuklah sosok Arkan dengan wajah setengah menunduk.
"A_arkan?" tanya Vinka memastikan. Air matanya menetes.
Gadis itu berjalan pelan mendekati Arkan yang diam mematung didekat pintu. Dengan sekali gerakan Vinka memeluk pria itu dengan erat.
"Aku kangen sama kamu, kenapa kamu pergi?"
Arkan membalas pelukan Vinka tak kalah erat. "Aku memang pengecut, waktu itu aku lari dari tanggung jawab."
"Tapi percaya, kali ini aku nggak akan pergi lagi. Kita akan lalui semua bersama, tapi kumohon kamu mau ya keluar dari sini?"
Vinka mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Gadis itu memang cinta mati dengan Arkan. Arkan orang yang mengajarkan padanya bagaimana cinta yang sesungguhnya.
Namun Arkan juga yang mengajarkan padanya rasanya patah hati dan hancur berkeping-keping.
"Aku cinta sama kamu Vinka"
"Aku juga"
•••
Akhirnya Arkan ketemu sama Vinka..
Mendekati ending niih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos |2| Lengkap✔
Romance"Apa?," sahut Rey tidak mengerti. Olin mendengus kesal. "Huft, anterin kekelas," rengek gadis itu bak anak kecil. "Emangnya kelas lo baru?. Lo lupa jalan kekelas?," pertanyaan dari Rey yang membuat Olin mati kutu. "Ihh!, romantis dikit kek. Kaya pas...