Sudah sekitar dua puluh menit Olin menunggu abang laknatnya itu. Namun Kevin tak kunjung menampak-kan batang hidungnya. Tentu saja itu membuat Olin geram dan gemas.
Saat tengah menunggu sendirian tiba-tiba datang tiga orang laki-laki berseragam SMA Taruna Bangsa. Ketiga laki-laki itu duduk disamping Olin sembari menatap gadis itu dari atas sampai bawah.
"Lumayan juga nih" ucap salah seorang pria yang bajunya tidak dikancingkan.
Kedua pria lain tertawa sambil ikut-ikutan menatap Olin. Sementara Olin diam sambil memainkan jari-jari tangannya gugup. Dia sangat takut. Tempat ini sepi dan jarang dilewati.
"Dedek cantik, ikut sama abang yuk" tutur pria lain yang rambutnya diwarnai kuning.
Kini Olin menoleh, sebisa mungkin dia tidak boleh terlihat takut.
"Nggak sudi gue ikut sama kalian!" sentak Olin.
Ketiga pria itu sempat kaget karena suara Olin begitu cempreng masuk kedalam telinga mereka. Untung aja ini bukan diajang pencarian bakat, kalau iya pasti Olin sudah diusir satpam sedari tadi.
"Wah, berani juga lo!" bentak pria bertampang kebule-bulean yang nampaknya ketua diantara mereka.
Seketika nyali Olin ciut. Dia ingin menangis dan terus menangis saat ada yang membentaknya seperti itu.
Gadis itu trauma pada masa lalunya. Karena dia dulu hampir dilecehkan oleh Arkan. Dan dia takut jika hal itu terulang lagi, namun dengan ketiga orang ini.
Olin sempat melirik tag nama ketiga cowok sok jago itu. Evan, cowok yang kancing bajunya tidak dikancingkan. Rendy, pria yang rambutnya diwarnai kuning menyala. Dan terakhir Roby, cowok yang wajahnya kebule-bulean.
"Kalo lo nggak mau ikut, gue paksa!" ucap Roby.
Evan dan Rendy kompak memegangi kedua tangan Olin agar gadis itu tidak memberontak. Saat itu juga air mata Olin mengalir dengan deras. Gadis itu sangat ketakutan.
"BANCI LO SEMUA! JANGAN SENTUH CEWEK GUE!"
Terdengar teriakan dari kejauhan membuat semua menolehkan kepala kesumber suara.
Deg.
Rey,
Pria itu berlari kearah Olin dengan nafas memburu karena emosi.
Bugh!
Satu kali pukulan tubuh Rendy tumbang ke aspal yang keras ini. Tatapan nyalang Rey beralih pada Evan yang nampak sedikit ketakutan.
"Maju lo banci!"
Evan yang dikatai banci sontak emosi dan berlari kearah Rey. Kedua cowok itu saling adu jotos untuk mempertandingkan kemampuan keduanya.
Bugh!
Satu tonjokan mendarat keperut Rey, namun pria itu tidak tumbang. Dia masih memukuli Evan membabi buta sampai pria itu terkapar lemas dijalanan.
Prok.. Prok.. Prok..
Terdengar suara tepuk tangan. Rey menoleh dan menatap satu musuh terakhir dengan tatapan mata penuh kebencian.
"Good, masih jago juga lo" ucap Roby tertawa meremehkan.
Rey hanya menatap pria itu nyalang. Bahkan Olin sedikit takut kepada Rey. Kekasihnya itu sangat menyeramkan saat sedang marah. Seolah-olah semua musuhnya akan mati hari itu juga.
"Lo balik daripada kaki lo pincang" ancam Rey.
Roby tertawa lalu mengangkat tangannya. Dia mundur karena pasukannya sudah dibuat terkapar lemas.
"Tapi urusan kita belum selesai!"
Evan dan Rendy berdiri dengan susah payah lalu segera pergi dari tempat itu dengan langkah cepat. Sebelum mereka kembali mendapatkan hantaman dari Rey.
Sementara itu Olin menatap Rey yang masih berdiri jauh darinya. Pria itu hanya diam, rasanya sulit hendak menghampiri Olin. Terbesit rasa salah dalam hatinya.
"Thanks Rey!"
•••
Didepan warung kopi Olin membersihkan luka lebam Rey. Bahkan tangan pria itu lebam karena terlalu keras memukul Evan dan Rendy. Air matanya sudah berhenti mengalir.
Kini wajah gadis itu nampak sangat cemas. Yah, siapa yang tidak cemas tatkala kekasihnya babak belur seperti ini.
"Maaf bikin lo repot" lirih Olin.
Rey memandangi wajah gadis itu, namun Olin malah membuang muka. Nampaknya gadisnya masih marah padanya karena permasalahan kemarin.
"Udah kewajiban gue lindungin wanita yang gue sayang"
Blush.
Wajah Olin memanas hanya karena mendengarkan satu kalimat manis dari Rey.
Beberapa saat terjadi keheningan. Namun Rey segera meraih tangan Olin dan menggenggamnya erat-erat seolah jika dilepas Olin akan hilang.
"Gue sayang banget sama lo Lin, maaf karena gue langsung bertindak sesuka gue"
"Karena gue nggak mau, wanita yang gue sayangi deket-deket sama cowok lain"
Olin tersenyum manis, dia sangat mudah luluh jika Rey bersikap manis seperti ini.
"Jangan lo ulangi lagi" Olin mengangkat kelingking mungilnya.
"Janji" Rey menyatukan kelingkingnya dengan milik Olin.
Rasanya sangat indah, Olin ingin terbang keawang-awang saat Rey mendadak sosweet. Benarkan cowok itu sulit ditebak.
"Mana yang sakit, biar gue obatin" ucap Olin.
"Ini" jawab Rey manja sambil menunjuk pipinya.
Cup.
Olin mengecup singkat pipi pria itu. "Masih sakit?"
Rey menggeleng sambil tersenyum manis. Senyuman yang mampu membuat jantung Olin melompat keluar dari tempatnya.
Tiba-tiba Rey meraih tangan Olin lalu menaruh tangan mungil itu diperutnya. "Ini yang sakit"
Blush.
Wajah Olin memerah saat tangannya menyentuh perut Rey. Walau masih tertutup baju seragam, tapi dia dapat merasakan perut kotak-kotak itu.
"Modus!" desis Olin.
•••
Sweet nggak sih?
Pengen punya pacar kaya Rey nggak nih??
Follow, vote, and coment dong
Udah ah..... Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos |2| Lengkap✔
Romance"Apa?," sahut Rey tidak mengerti. Olin mendengus kesal. "Huft, anterin kekelas," rengek gadis itu bak anak kecil. "Emangnya kelas lo baru?. Lo lupa jalan kekelas?," pertanyaan dari Rey yang membuat Olin mati kutu. "Ihh!, romantis dikit kek. Kaya pas...