Sudah sekitar dua puluh menit Olin menangis tepat disamping Vinka. Gadis itu sengaja datang dan ingin mencurahkan semua isi hatinya pada Vinka. Dia harap Vinka bisa mengerti.
Namun saat sudah sampai Olin malah menangis dan Vinka hanya bisa menenangkannya dengan mengelus lembut punggung Olin.
"Lin, lo kenapa?" lirih Vinka.
Olin mendongak, menatap seseorang yang dia kenal begitu tegar menghadapi cobaan hidup. Vinka. Kakak Rey yang berada dirumah sakit jiwa.
"Rey kak, dia mainin perasaan gue"
"Gue kira dia mau ngelamar gue, dan ternyata dia malah ngelamar Quenny karena suruhan Tante Winda kak"
"Gue malu, hati gue sakit banget"
Vinka yang mendengar ucapan Olin mendadak emosi. Rey tidak menuruti ucapannya. Padahal pria itu sudah berjanji tidak akan membuat wanita manapun menangis lagi.
Olin menangis tersedu-sedu. Dia masih memakai dress yang sama. Karena gadis itu langsung kabur begitu saja setelah Rey melamar Quenny tepat didepan matanya.
"Sekarang gue nyesel, gue nyesel pernah cinta sama Rey!"
"Ternyata dia sama aja kaya laki-laki lain!"
Vinka memeluk Olin, berusaha membuat gadis itu tegar. Bayangkan saja, betapa sakitnya hati Olin. Dia melihat kekasih yang sangat dia cintai melamar wanita lain dihari spesialnya.
"Dia laki-laki paling jahat yang pernah gue kenal hiks.. Hiks.."
"Pukul kepala gue kak! Pukul aja! Biar gue amnesia dan lupa sama dia!"
"Atau kalau perlu bunuh gue aja! Gue nggak layak hidup lagi!"
"Semangat hidup gue udah hilang kak hiks.. Hiks.."
Mendengar ucapan Olin tentu membuat hati Vinka ikut sakit. Air matanya menetes, bagaimanapun juga dia pernah merasakan sakit yang sama seperti Olin.
"Gue benci sama dia! Gue nggak mau ketemu cowok itu lagi!"
Olin menangis didalam pelukan Vinka, mencurahkan semua masalah memang hal terbaik yang bisa dilakukan saat sedang seperti ini.
Vinka memegangi pipi Olin dan menatap mata gadis itu. Dari mata Olin, Vinka dapat melihat begitu banyak luka yang diberikan Rey pada gadis itu.
"Lo nggak boleh ngomong gitu Lin, percaya sama gue. Rey ngelakuin itu karena mama, dia nggak cinta sama Quenny"
Olin menggelengkan kepalanya pelan. Air matanya masih terus menetes.
"Gue nggak akan sanggup ngelihat dia. Ngelihat jari manis dia, yang seharusnya ada cincin yang sama dijari gue"
Vinka kembali memeluk Olin dengan erat. Gadis itu sangat membutuhkan senderan saat ini. Dia butuh kasih sayang yang besar untuk mengobati luka dihati kecilnya.
"Gue mau mati aja kak, gue mau_mati hiks.. Hiks.."
Vinka menggelengkan kepalanya. Ya Tuhan, kenapa cobaan Olin begitu berat, gadis itu sangat lemah.
•••
"Puas kan ma?! Mama puas hancurin pesta Olin!?"
Winda hanya diam mendengarkan putranya itu membentak-bentak dirinya emosi. Bahkan Quenny sudah diam sembari menunduk dalam-dalam menatap cincin dijari manisnya.
"Mama cuma lakuin yang terbaik buat kamu"
Rey menggelengkan kepalanya pelan. Dia tersenyum kecut kearah mamanya itu.
"Itu bukan hal terbaik bagi Rey! Itu ego mama!"
"Mama nggak pernah memberi sesuatu yang berkesan bagi anak-anak mama!"
Winda tersentak, ucapan Rey sudah keterlaluan menurutnya.
"Mama inget! Kak Vinka juga anak mama!"
"Apa mama pernah njenguk Kak Vinka? Sekali aja!?"
"Asalkan mama tau, Kak Vinka sayang banget sama mama!"
"Dia nyuruh Rey buat selalu ngejagain mama! Nggak boleh bikin mama kecewa!"
"Kalau bukan karna Kak Vinka nggak mungkin Rey mau melamar Quenny!"
"Lebih baik Rey pergi dari rumah daripada harus tunangan sama orang yang sama sekali nggak Rey cintai! Bahkan Rey mematahkan hati Olin!"
"Sekarang Rey bener-bener nggak habis fikir sama mama!"
Hal itu membuat Winda mengepalkan tangan emosi. Karena Olin, putranya jadi berani membangkang seperti ini!
"Apa sih hebatnya Olin itu?! Kenapa kamu cinta banget sama dia?! Perempuan berhati iblis itu?!"
Rey menahan emosinya. Nafasnya memburu, jika saja orang didepannya ini bukan mamanya, entah apa yang akan terjadi sekarang.
"Sadar ma! Yang berhati iblis itu mama! Bukan Olin!"
•••
Ya Allah, greget banget ama emaknya Rey..
Lanjut!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos |2| Lengkap✔
Romance"Apa?," sahut Rey tidak mengerti. Olin mendengus kesal. "Huft, anterin kekelas," rengek gadis itu bak anak kecil. "Emangnya kelas lo baru?. Lo lupa jalan kekelas?," pertanyaan dari Rey yang membuat Olin mati kutu. "Ihh!, romantis dikit kek. Kaya pas...