Hari ini upacara bendera berlangsung dengan khidmat, para siswa diam ditengah lapangan menahan penat dan keringat yang terus bercucuran. Olin berdiri sambil menarik nafas dalam dalam.
Rasanya lebih baik dia dihukum mengepel uks daripada berdiri panas panasan saat upacara. Kalau ngepel uks kan bisa adem ademan kena AC. Nah kalo ini, rasanya kaya dineraka jahanam.
Olin melepas topinya lalu mengipas ngipaskannya ke wajah dan lehernya. Bibirnya pucat pasi karena dia sangat haus saat ini. Bahkan rasanya kerongkongannya lebih tandus dari gurun savana.
Sekitar satu jam upacara berlangsung, para murid sudah boleh kembali ke kelas masing masing. Olin menikmati semilirnya AC yang begitu menyejukkan.
"Lo udah kerjain PR lin?." tanya Nita sambil melirik gadis itu.
"PR? Emang perlu?," tanya Olin acuh tak acuh.
Nita hanya bisa menghela nafas pasrah. Salah dia bertanya dengan orang sejenis Olin. Karena gadis itu tidak pernah berniatan insaf untuk sehari saja. Selalu melanggar aturan sekolah.
Tiba tiba datang tiga orang pria tampan. Nita dan Loli sudah senyam senyum tidak jelas sambil merapikan rambut dan memakai make up secepat kilat. Sementara Olin hanya diam.
Sam segera menghampiri Loli yang tersenyum manis kearahnya. Dia menaruh sebuah lolipop berbentuk love diatas meja Loli.
"Sebagai wujud cintaku ke kamu. Ea eaa asek," tutur Sam heboh.
Kevin berjalan kearah Nita dan duduk didepan gadis itu. Berbeda dengan Sam, dia menaruh sebuah cokelat batangan diatas meja gadis itu. Membuat senyuman Nita semakin tersungging.
"Senyum kamu manis, kaya cokelat ini. Aseek aseek," ucap Kevin menirukan Sam.
"Tiru tiru!. Nggak kereatif lo," cibir Sam.
"Gue kreatif, kalo lo kereaktif." ejek Kevin lalu terbahak.
Olin menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah konyol kedua kakak kelasnya itu. Dia malu punya abang kaya Kevin, pasalnya tu cowok kayaknya punya otak kurang dari separo.
Rey berjalan kearah Olin lalu duduk dibangku sebelah gadis itu. Namun Olin segera mengalihkan pandangan kearah lain. Rasanya muak saat melihat wajah Rey disampingnya.
"Lo marah?," tanya Rey datar.
Dasarr nggak peka!!. Ya jelas marah lahhh. Orang lo kemarin ngamuk ngamuk didepan gue!!. Pake acara ngancem segala!!, batin Olin.
"Sorry," lirih Rey.
Gadis itu hanya diam menulikan indra pendengaran untuk menit menit kedepan.
Namun dia merasakan tangannya disentuh dengan halus. Telapak tangan besar milik Rey memegang tangan Olin lalu mengusap jari jari panjang itu pelan. Sebenarnya dia tidak ingin marahan dengan Olin.
Hanya saja kemarin dia tidak bisa berfikir jernih dan terbawa emosi.
"Nanti jalan yuk?." ajak Rey berusaha membujuk gadis itu.
"Nanti mama lo marah. Nggak usah cari perkara deh!," Olin menjawab ketus.
"Mama gue nggak akan tau, jadi lo tenang aj_."
"Udah cukup Rey, mama lo benci sama gue!. Jadi apa gunanya semua ini?. Perasaan gue ke elo mendadak suram Rey!,"
Olin menepis kasar tangan besar itu. "Apalagi saat gue tau sikap lo kemarin, lo nggak bisa ngertiin gue untuk sedetik aja. Gue pengen bisa sedikit mengerti arti pacaran. Karena lo terus dingin ke gue."
"Hati lo belum terbuka ke gue Rey, hati lo masih sama kaya dulu. Beku."
Setelah mengeluarkan unek unek begitu panjang dan lebar, Olin berjalan keluar dari kelas. Sementara Sam dan Kevin melihat kejadian itu dengan mulut menganga.
Ternyata Rey dan Olin sedang ada masalah.
•••
Olin menangis, dia menangis diroftoop sekolah sambil memeluk lututnya. Beberapa kali dia melempar batu kebawah, tidak peduli ada orang yang terkena batu itu.
Dia merasakan ada tangan yang menyentuh pundak-nya lembut. Gadis itu menghapus air matanya dengan cepat lalu menoleh. Bukan Rey, melainkan Azka yang duduk manis disampingnya.
"Eh, lo ngapain disini?" tanya Olin mencoba untuk tersenyum.
Azka menggeleng. "Gue lihat lo lari-lari kesini, yaudah gue ikutin"
Olin hanya tersenyum simpul. Dia mengira Rey akan mengejarnya dan membujuknya agar tidak marah. Namun ternyata zonk, pria itu terlalu sibuk untuk mengejar Olin.
"Lo lagi ada masalah sama Rey?"
Gadis itu mengangguk pelan sambil memalingkan wajahnya. Air matanya hendak meluncur lagi.
"Gue emang suka sama lo Lin, tapi gue bisa apa. Lo udah ada yang punya"
Seketika tubuh Olin menegang saat tangan Azka menyentuh pundaknya. Apalagi pria itu baru saja mengungkapkan perasannya.
"Tapi lo mau kan jadi temen gue?" tanya Azka pelan.
Gue harus gimana? Gue takut Rey cemburu dan marah lagi, batin Olin.
Namun berbeda dengan pemikiran yang bergejolak dalam hatinya. Kepala Olin seakan mengangguk-angguk dengan sendirinya.
"Makasih"
Diam,
Olin hanya diam. Fikirannya berkecamuk kemana-mana. Tiba-tiba terlintas ide dalam fikirannya, sebuah ide gila yang dapat membuktikan apakah Rey benar-benar mencintainya?
Karena rasanya pria itu tidak memiliki perasaan apapun pada Olin.
•••
Azka perhatian banget ya
Lebih cocok Olin sama Rey atau Azka nih??
Komen dong biar rame gitu
Jangan lupa tinggalkan jejak juga
Salam hangat author😍😍🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos |2| Lengkap✔
Romance"Apa?," sahut Rey tidak mengerti. Olin mendengus kesal. "Huft, anterin kekelas," rengek gadis itu bak anak kecil. "Emangnya kelas lo baru?. Lo lupa jalan kekelas?," pertanyaan dari Rey yang membuat Olin mati kutu. "Ihh!, romantis dikit kek. Kaya pas...