Pulang sekolah Olin bersama dengan Rey, pria itu mau main kerumah Olin untuk sekedar menyapa Laras dan juga Andi. Karena waktu itu dia berkunjung hanya untuk melipur Olin.
"Nanti ikut gue ya, jenguk kakak gue" ucap Rey.
"Eh? Nanti dulu! Gue benerin rambut! Yakalik gue mau ke RSJ rambut gue kaya gini. Bisa-bisa gue dikira pasien juga" ucap Olin.
Rey tertawa pelan mendengar ocehan gadisnya yang tidak pernah membuatnya bosan. Bagi Rey omelan Olin sama seperti vitamin, membuatnya kembali bersemangat untuk menjalani hari.
Tangisan Olin bagaikan bumi dirundung duka, Rey akan merasakan awan mendung saat Olin menangis karena dirinya.
Dan senyuman Olin itu bagaikan matahari bagi Rey, hangat dan menyinari hatinya yang beku.
Mereka sudah sampai dirumah Olin, gadis itu turun dengan melompat seperti biasanya. Memang gadis petakilan, bagaimana kalau dia jatuh dari atas motor Rey? Bisa-bisa lututnya berdarah lagi.
Olin menarik tangan Rey masuk kedalam rumah. Tumbenan rumah Olin sepi, mungkin mama dan papanya sedang pergi kondangan.
Karena Olin kemarin tidak sengaja mendengar percakapan Laras dan Andi dengan seseorang di sambungan telepun. Sebenarnya bukan tidak sengaja, Olin memang menguping.
"Gue disini sendiri?" tanya Rey memelas.
Olin tertawa pelan. "Yaudah ikut gue"
Gadis itu berjalan menuju kamarnya diikuti Rey yang mendadak ragu. Dia takut kalau tetangga tau dan menduga yang tidak-tidak.
"Nanti kalau_"
"Ada Bi Inem dibawah" potong Olin sambil tersenyum tipis.
Rey mengangguk angguk lalu duduk dikursi meja belajar Olin sementara gadis itu duduk didepan meja rias. Tanga mungilnya meraih catokan rambut lalu mencolokkannya pada stopkontak.
Perlahan gadis itu mengoleskan vitamin rambut lalu mencatok rambutnya mejadi lurus seperti sebelum-nya lagi.
Sementara Rey memperhatikan setiap gerakan tubuh Olin sambil menopang dagu. Gadis itu begitu sempurna dimata Rey.
Sejak pertama dia melihat Olin, hatinya merasakan ada sesuatu yang berbeda dari gadis ini. Sesuatu yang spesial dan Rey tidak tau pasti apa itu.
Sekitar dua puluh menit mereka diam dan Olin sudah selesai dengan kegiatannya yang berhubungan dengan rambut itu.
"Udah, lo keluar dulu. Gue mau ganti baju" ucap Olin sambil menoleh.
Deg.
Mendadak gadis itu salting ketika melihat Rey yang menatapnya sembari tersenyum manis. Sangat manis sampai-sampai Olin bisa diabetes.
"Rey! Keluar dulu gih"
Olin berjalan mendekati Rey lalu menarik tangan pria itu. Rey yang awalnya melamun mendadak tersadar, ternyata dia sedang membayangkan sesuatu tentang Olin tadinya.
"Kenapa Lin?" tanya Rey tidak tau, tiba-tiba dia didorong keluar.
"Gue mau gantii" ucap Olin jengah.
Akhirnya pria itu keluar dan berjalan duluan menuju ruang tamu. Membuat Olin bernafas lega, setidak-nya jantungnya akan sehat setelah Rey keluar.
•••
"Gue udah cantik belum?" tanya Olin saat mereka sudah sampai di RSJ.
Rey tersenyum. "Lo selalu cantik dimata gue"
Blush.
Olin menahan senyumnya, dia memilih berjalan lebih dulu mendahului Rey. Karena pipinya merah merona. Pujian sedikit saja sudah ngefly tinggi-tinggi. Ah, dasar cewek :v
Langkah Olin terhenti saat melihat Vinka berada ditaman duduk sendirian sambil membawa boneka beruang cokelat.
"Ayo"
Rey menggenggam tangan Olin lembut dan segera membawa gadis itu kepada Vinka. Semoga saja Vinka suka melihat Olin disini.
Dahulu kakak perempuan Rey itu selalu mewanti-wanti pada Rey. 'Kapan kamu bawa cewek?' itu yang selalu Vinka katakan. Dan ada satu lagi yang membuat Rey selalu ingat.
'Cewek itu dijaga Rey, jangan dirusak. Mereka itu lemah dan butuh cowok sebagai pelindung'
"Kak Vinka!"
Yang dipanggil menolehkan kepalanya pelan, dia hafal betul suara adiknya itu. Karena hanya adiknya yang selalu datang menjenguk, mama dan papanya tidak pernah datang lagi.
Rey duduk disamping Vinka. Sementara Olin berdiri disamping Rey sambil memegangi bahu cowok itu karena gugup.
"Ini pacar Rey, seperti yang kakak minta" ucap Rey lembut.
Vinka tersenyum manis lalu mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Wanita cantik itu menepuk-nepuk kursi disebelahnya untuk Olin duduk.
Dan gadis itu hanya bisa menurut. Vinka menatap Rey lalu menunjuk-nunjuk warung. Rey yang mengerti segera beranjak dan pamit sebentar dengan Olin, hendak membelikan Vinka minum.
Tinggal Olin dan Vinka yang duduk bersebelahan, suasana menjadi canggung bagi Olin. Belum pernah dia duduk berdua dengan Vinka seperti ini.
"Olin"
Gadis itu menoleh tatkala namanya dipanggil pelan. "I_iya kak?"
"Kamu jagain Rey baik-baik ya, saya sudah tidak bisa menjaganya lagi seperti dulu"
Olin terdiam sambil sesekali menganggukkan kepala pelan. Meng'iya'kan perintah Vinka.
"Tempat saya disini, walau sebenarnya saya terpaksa melakukan ini." Vinka terisak.
"Saya hanya pura-pura gila"
Mata Olin terbelalak, mulutnya menganga lebar. Apa? Apa Olin tidak salah dengar?
"Saya melakukan itu karena saya malu, orang tua, saudara, dan tetangga saya selalu membicarakan saya. Saya nggak mau orang tua saya semakin malu" ucap Vinka pelan.
"Orang tua kakak sayang kok sama kakak" tutur Olin lirih.
Air mata gadis itu ikut mengalir mendengar pernyataan tak terduga Vinka.
"Jangan bilang sama Rey ya" pinta wanita cantik itu.
Olin mengangguk. "Iya kak, kalau kakak butuh apa-apa tinggal bilang sama Olin ya"
Vinka mengangguk lalu memeluk tubuh Olin erat, dia sangat ingin memeluk gadis ini. Karena saat melihat Olin rasanya dia seperti melihat Arkan. Memang jika dilihat betul-betul Olin dan Arkan seperti satu orang yang sama.
•••
Waduhh ada apa dengan Vinka 😂😂
Jangan lupa votee dong...
Mau yang baper baperr? Nanti ada kok..
Nextt guyss
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos |2| Lengkap✔
Romance"Apa?," sahut Rey tidak mengerti. Olin mendengus kesal. "Huft, anterin kekelas," rengek gadis itu bak anak kecil. "Emangnya kelas lo baru?. Lo lupa jalan kekelas?," pertanyaan dari Rey yang membuat Olin mati kutu. "Ihh!, romantis dikit kek. Kaya pas...