Semua murid masuk ke sekolah seperti biasa. Hari Senin, mereka harus melaksanakan upacara bendera seperti hari-hari Senin sebelumnya.
Namun berbeda dengan Olin, Nita, dan Loli yang saat ini tengah duduk diroftoop sekolah menikmati pemandangan pagi. Dibawah para murid sedang panas-panasan.
"Gila banget sih Rey kemarin! Tolol banget!" ucap Nita yang emosi.
Loli mengangguk-anggukkan kepalanya. "Nggak punya hati!"
Sementara Olin hanya diam, menanggapi ucapan Nita dan Loli dengan senyuman tipis. Memang semua itu benar, Rey kemarin tidak berfikir dahulu sebelum bertindak.
"Terus sekarang lo gimana Lin?" tanya Nita hati-hati.
Olin mengendikkan bahunya acuh. "Gue sih pengen pergi jauh, dan lebih baik nggak usah kembali lagi kesini"
Loli dan Nita saling berpandangan. Ucapan Olin itu seakan menyiratkan sesuatu. Memangnya kemana Olin akan pergi?
"Emang lo mau kemana?" tanya Loli pelan.
Lagi-lagi Olin hanya mengendikkan bahu sambil tersenyum miring. Pergi ke tempat yang membuat dirinya senang, mungkin dapat menghibur hatinya saat ini.
"Kalian bolos lagi?!" ucap seorang laki-laki yang datang dengan nafas ngos-ngosan.
Nita dan Loli menoleh, sedangkan Olin hanya diam memandang lurus kedepan. Kota Jakarta nampak dari atas sini. Bangunan-bangunannya yang sangat tinggi.
Kira-kira mati nggak ya kalo lompat dari sini?, batin Olin sambil menengok kebawa.
Rey berjalan menghampiri ketiga gadis itu lalu ikut duduk disana. Sudah lama Olin tidak bolos, pasti gadis itu bolos karena tidak mau bertemu dengan Rey dilapangan.
"Kapan kalian mau jera?" tanya Rey datar dan dingin.
Nita dan Loli diam, kedua gadis itu menyenggol-nyenggol lengan Olin. Dan yang disenggol hanya tersenyum tipis. Dia sedang berusaha tidak menangis saat ini.
"Ikut gue ke BK" ucap Rey dingin.
Saat hendak berbalik, Rey berhenti karena Olin mengucapkan sesuatu.
"Kalo lompat dari atas sini mati nggak ya? Entah kenapa gue pengen nyoba" tutur Olin santai.
Deg.
"Buat apa sih gue hidup kalau gue terus-terusan disakiti"
"Emang dikira hati gue cuma mainan anak-anak yang bisa dibeli dipinggir jalan?"
Olin menyindir pria itu dengan kalimat pedasnya. Dan tentu Rey merasa sangat tersindir. Jelas-jelas kalimat itu ditujukan padanya.
"Nggak usah ngomong aneh-aneh" sahut Rey pelan.
Olin tertawa pelan, tawa hambar yang dia tujukan. "Memangnya siapa yang peduli kalau gue mati, bukannya itu malah bagus"
Rey berbalik lalu berjalan mendekati Olin. Pria itu duduk disamping Olin dan meraih tangan mungil gadisnya. Namun segera Olin tepis.
"Lin, gue mohon. Gue bisa jelasin semua"
"BASI TAU NGGAK!?"
"BERAPA KALI LO BILANG BEGITU?!"
Teriak Olin murka. Telinganya bosan mendengar permintaan maaf dari mulut Rey. Seakan kata 'maaf' sudah sangat lumrah dia dengar dalam hidupnya.
"Lo gampang bilang sorry, tapi lo nggak ngerasain gimana sakitnya Rey" suara Olin berubah lirih.
Pria itu menghirup nafas dalam-dalam, mencari cara agar Olin kembali percaya padanya.
"Lin gue say_"
"Dari dulu kita nggak pernah pacaran kan?"
Deg.
"Perlakuan lo ke gue nggak membuktikan kalau kita pacaran. Lo emang gombalin gue, tapi setelah itu lo bikin gue nangis dan kapok. Gue maafin lo, dan lo kembali ngulangin kesalahan yang sama"
"Lo punya masalah apa sih sama gue? Kenapa lo seneng banget bikin gue sengsara?"
"Lebih baik gue nggak pernah kenal sama lo, daripada hati gue sakit ngelihat lo sama Quenny"
"Lebih baik gue nggak pernah sembuh dari amnesia dan lupa sama semuanya. Lupa, apa peran yang Tuhan kasih ke gue"
"Dan hal yang paling gue sesali cuma satu"
"Bisa-bisanya gue suka sama lo, bisa-bisanya gue cinta mati sama lo" Olin menunjuk-nunjuk dada pria itu.
"Gue nggak mau itu terjadi, kalau aja gue tau akhirnya bakalan kaya gini"
"Lo nggak ngelaksanain amanat dari Kak Vinka Rey, lo masih aja nyakitin hati cewek"
"Makasih, buat semuanya. Semua luka-luka yang udah lo kasih ke gue"
"Dengan itu, lo menyadarkan gue. Kalo gue emang nggak ditakdirkan berjodoh sama lo"
"Sekali lagi makasih, dan.."
"Selamat ya, lo bisa tunangan sama Quenny"
Setelah mengucapkan itu Olin tersenyum manis dan memeluk tubuh Rey erat.
"Gue pamit"
Gadis itu melepas pelukannya lalu berjalan pergi dari tempat itu. Meninggalkan Rey yang diam mematung karena ucapan Olin.
"Gue kejam banget"
•••
Huhuuu...
Maaf ya jarang-jarang upp..
Banyak banget tugas.. 😪
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Ketos |2| Lengkap✔
Romance"Apa?," sahut Rey tidak mengerti. Olin mendengus kesal. "Huft, anterin kekelas," rengek gadis itu bak anak kecil. "Emangnya kelas lo baru?. Lo lupa jalan kekelas?," pertanyaan dari Rey yang membuat Olin mati kutu. "Ihh!, romantis dikit kek. Kaya pas...