“Tunggu-tunggu, Ve. Kalo kita berdua disana, terus yang fotoin siapa?”
Keynal masih bingung dengan penjelasan istrinya. Karena sedari tadi, Veranda hanya menceritakan tentang mereka berdua.
“Oh, yang fotoin kita itu, Shinta.”
“Huh, adik kamu, kok bisa?” Keynal menyipitkan mata dan meminta penjelasan.
“Jadi, gini lho, Nal.” Veranda menutup mata dan memantik ingatan di kepala.
Bel pulang berbunyi panjang tanda jam pelajaran telah usai. Shinta mengemasi buku dan kontak bolpoinnya ke dalam tas lalu bergegas keluar kelas—mencari keberadaan kakaknya yang tak kunjung kembali setelah jam istirahat.
“Kak Ve, kemana, sih? Jam segini papa pasti udah nungguin di depan gerbang.”
“Duuuh, kalo papa tahu, kak Ve bolos pelajaran pasti gue yang kena khotbah, mana ini hari jum’at lagi, gue takut kualat kalo sampe bo’ong.”
Shinta terus mendumel sepanjang perjalanan. Langkahnya ujug-ujug ketika melewati Laboratorium Biologi yang terletak di seberang uks dekat pintu keluar.
“Nah, itu dia orangnya!” Shinta tersenyum saat melihat kakaknya yang tengah berdebat dengan seseorang siswa. “Eh tunggu! Kak Ve, sama siapa, ya? Kok kayaknya mesra gitu, apa mungkin itu pacar barunya?”
Dengan sigap gadis itu langsung bersembunyi di balik tembok. “Mereka ngomongi apa, sih?” Shinta menyisir rambut di sekitar telinga mencoba menguping pembicaraan keduanya, tetapi suara yang dia tangkap samar-samar dan terdengar seperti dengungan nyamuk.
“Nggak penting amat cowok itu siapa, mending gue fotoin ah, biar dapat uang jajan,” kata hati Shinta bersenyum di balik tempok. Gadis berwajah oriental yang menggedong ransel putih itu mengeluarkan ponsel yang dia titipkan di warung Teh Yuli, penjual nasi di belakang sekolah.
Kamera menyala membidik tepat ke arah Keynal dan Veranda yang tengah berdebat sengit.
Ckrek! ckreek! ckrekk!
Tiga jepretan kamera berhasil Shinta abadikan dengan angel camera yang bikin orang lain suuzan akan hubungan Veranda dan Keynal.
“Satu, dua, tiga udah cukup, mending gue pergi dari sekarang sebelum ketahuan.” Shinta buru-buru pergi sedetik sebelum Veranda menyadari kehadirannya.
“Apaansih lepas!” Veranda menyentak lengannya pergi meninggalkan Keynal dan mengejar bayangan gadis yang sempat dilihatnya.
“Loh kok nggak ada, ya? Perasaan barusan aku lihat Shinta di sini. Kemana dia? Cepat banget hilangnya.”
Veranda memutar tembok persembunyian Shinta sebelumnya, tetapi tidak menemukan siapa pun, karena kesal dia pun berlari menuju mobil papanya yang terparkir di depan gerbang sekolah.
Veranda menutup pintu mobil dengan sedikit cukup keras membuat Fahmi, sang seketika menoleh. “Lho, Ve, adik kamu mana?”
“Nggak tau, Pah.” Veranda melepas tas dan melemparkan punggungnya ke sandaran kursi.
“Lho kamu ini gimana sih kalian, itu ‘kan satu kelas, masa kamu nggak tau adik kamu kemana.”
Meski Veranda satu tahun lebih tua dari Shinta mereka adalah satu angkatan. Fahmi mendaftarkan kedua putrinya di hari yang sama agar Veranda dan Shinta selalu bersama dan saling menjaga satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENALOVA (Crime, Drama, Thriller)
Mystery / Thriller2̳1̳+̳ ̳P̳e̳r̳m̳a̳i̳n̳a̳n̳ ̳g̳i̳l̳a̳ ̳s̳e̳o̳r̳a̳n̳g̳ ̳D̳e̳t̳e̳k̳t̳i̳f̳ ̳P̳o̳l̳i̳s̳i̳ ̳u̳n̳t̳u̳k̳ ̳m̳e̳m̳b̳a̳l̳a̳s̳ ̳d̳e̳n̳d̳a̳m̳.