“Bukan gitu, Ve. Aku takut kamu berpaling ke pria lain.”
Veranda cukup tersentak mendengarnya. Keynal tersenyum seraya mengupas masker kulit yang telah mengering lalu membuang ke tempat sampah, tanpa perlu membilas wajahnya. Selepas itu Veranda segera menarik suaminya ke tempat tidur.
“Siniin luka kamu!” Dengan polosnya lelaki itu mengulurkan tangannya.
“Ohiya Nal, yang kemarin kesini itu, siapa?” Veranda menyangga lengan Keynal lalu membersihkan luka sang suami dengan cairan khusus.
Tampak di sana bekas luka yang sebelumnya menganga, kini mulai mengerat dan berganti dengan sel-sel kulit baru. Meski suaminya masih meringis perih ketika tangannya bersentuhan dengan air.
“Oh itu, ayah mertua kamu.” Mata Keynal menerawang ke luar jendela, mengingat pertemuan dengan sang ayah di hari sebelumnya.
“Lho, Bapak sama Ibu ke sini?”
“Ibu enggak, cuma Bapa aja.”
“Oh pantas, di dapur banyak cemilan. Jadi, itu makanan dari Bapak?”
“Iya, itu telur cemilan telur gabus, kesukaan aku, asli buatan Ibu.”
Keynal menunduk dan memulas senyum di bibirnya, memperhatikan Veranda yang begitu telaten dalam merawat lukanya.
“Terus, gimana keadaan mereka. Ibu sama Bapak, baik-baik aja, ‘kan?”
Keynal menggeleng seraya menahan sesak di dadanya. “Ibu sakit, Ve. Penyakit jantungnya kambuh.”
Hidung Keynal kembang-kempis dengan mata berkaca-kaca. Veranda tercenung cukup lama, kemudian mengusap punggung suaminya. “Terus, kamu udah telepon Ibu?”
“Udah, hampir tiga aku telepon Ibu, aku langsung mau kesana kemarin, tapi ibu bilang kalau dua udah baik-baik aja.”
Veranda mengusap dadanya. “Alhamdulillah kalau gitu, aku ikut lega dengarnya.”
Veranda merapatkan kotak obat lalu menyimpang wadah plastik itu di atas nakas. “Nal, hari ini aku rapat guru, jadi pulangnya bakal lebih awal dan minta kamu jangan kemana-mana.”
“Tapi Ve, aku boleh kan ntar keluar sebentar saja,” kata Keynal dengan nada memelas selembut mungkin.
Veranda mendelik tajam ke arah suaminya. “Mau ngapain?”
“Hari ini ada jadwal rekonstruksi.”
“Tangan kamu belum kering jadi gak usah maksain keadaan, nanti kalau tambah sakit, gimana?”
Keynal menggeleng. “Ya mpun Ve, yang luka itu tangan, sedangkan perut dan kaki aku ya, enak-enak aja.”
“Terserah kamu deh, kamu emang bebal kalau dibilangin.” Veranda beranjak bangkit dan menarik pergelangan tangan suaminya. “Yaudah yuk turun Shinta udah nungguin kita.”
Keynal mengukir senyum manisnya menyambut tangan sang dan turun menuju meja makan untuk sarapan.
🍒🍒🍒
Pukul delapan pagi Keynal dijemput oleh kedua kedua rekannya. Tiba di lokasi mereka langsung dihadang oleh ratusan warga dan puluhan para wartawan yang berdesakan untuk mendapatkan tempat.
Seorang opsir polisi yang berjaga di barisan depan memberi salam lalu menyambut kedatangan Keynal yang dikawal oleh timnya.
“Pak Davin, bisa minta waktu sebentar?” Seorang repoter tv tiba-tiba menyodorkan mikrofonnya ke wajah Keynal.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENALOVA (Crime, Drama, Thriller)
Mystery / Thriller2̳1̳+̳ ̳P̳e̳r̳m̳a̳i̳n̳a̳n̳ ̳g̳i̳l̳a̳ ̳s̳e̳o̳r̳a̳n̳g̳ ̳D̳e̳t̳e̳k̳t̳i̳f̳ ̳P̳o̳l̳i̳s̳i̳ ̳u̳n̳t̳u̳k̳ ̳m̳e̳m̳b̳a̳l̳a̳s̳ ̳d̳e̳n̳d̳a̳m̳.