Keynal mengendarai motornya melewati lorong panjang di pinggiran hutan. Sinar matahari semulus madu, menyelinap ke sela-sela pohon pinus berdaun jarum. Burung merpati yang menggoyangkan ekornya di atas ranting pun terlihat jelas di mata Keynal.
Hari ini, Keynal berniat untuk mengusut kasus remaja hilang. Polisi muda itu bertugas seorang diri. Tanpa tak mau merepotkan rekan satu timnya, yang masih sibuk di kantor pusat.
Hal pertama yang dia lakukan, adalah mendatangi panti asuhan. Tiba di TKP, Keynal langsung disambut oleh pengurus panti.
Wanita berusia empat puluh tahun itu mengatakan, “Lutfi sudah menghilang empat hari Pak, dan saya tidak tahu, harus mencarinya kemana.”
Mendengar hal itu, Keynal segera berkeliling menginterview penghuni panti satu-persatu. Namun, tak seorang pun yang melihat kepergian Lutfi di hari kejadian.
Perasaan Keynal jadi kalang kabut. Polisi itu yakin, Lutfi tidak melarikan diri. Melainkan ada pihak yang sengaja menculiknya dengan amat terencana, sehingga tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
Tak lama, Keynal menyisir ke luar gedung, lalu bertemu dengan gadis desa penjual gorengan di seberang jalan.
Tanpa pikir panjang, Keynal memberikan dua lembar uang pecahan lima puluh ribu, dan mempekerjakan gadis desa itu sebagai mata-mata. Misi pertama selesai. Keynal memutar setir menuju jalan pulang.
💙💙💙💙
Sedangkan di tempat lain. Veranda meletakkan nampan kayu yang berisi segelas es, dan dua stoples keripik kentang balado.
“Mangga, Dy, dileueut dulu tehnya.”
“Makasih, Ve. Kok kamu masih ingat sih, kalau aku suka banget sama sirop apel, apalagi temani sama keripik kentang gini, jadi lebih nikmat.” Endy meneguk minuman yang disuguhkan Veranda hingga sisa setengah.
Sementara Veranda terus memperhatikan wajah lelaki yang duduk di sampingnya. Bukan cuma mata, hidung, dan bibir Endy yang mirip dengan Keynal. Bahkan, cemilan favorit kalian berdua juga sama.
“Oh iya Dy, kamu, kok gak kerja?”
“Sekaran, kan hari sabtu princess. Jadi, kantor aku tutup.”
“Hehe, aku lupa.” ucap Veranda sembari memilin pakaiannya.
Alis Endy terangkat naik melihat tingkah laku Veranda yang tampak gelisah. “Kenapa sih, kok kamu grogi gitu?”
Namun, perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya. “Gak kok gapapa.”
“Nggak apa-apa, tapi dari tadi kamu terus liatin pintu.”
Veranda hanya terpaku mendengarnya.
“Ohiya Ve, niat aku ke sini, karena mau kasih hadiah.”
“Hah hadiah, hadiah naon?”
“Tapi, sebelum aku kasih hadiahnya, balik badan dulu dong.”
“Oh, okay.” Veranda memutar tubuhnya dan membelakangi Endy.
Tanpa menunggu lama pria itu langsung merogoh liontin berbatul hati, dari saku blazer hitamnya yang berbalut kaus warna putih.
“Eh.” Veranda sangat takjub saat jari panjang Endy mengaitkan untaian kalung warna putih yang terasa licin dan dingin.
“Liontin ini buat aku?” Veranda berkata, sembari menyentuh rentengan kalung bertahtakan belian, yang mengantung di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENALOVA (Crime, Drama, Thriller)
Mistero / Thriller2̳1̳+̳ ̳P̳e̳r̳m̳a̳i̳n̳a̳n̳ ̳g̳i̳l̳a̳ ̳s̳e̳o̳r̳a̳n̳g̳ ̳D̳e̳t̳e̳k̳t̳i̳f̳ ̳P̳o̳l̳i̳s̳i̳ ̳u̳n̳t̳u̳k̳ ̳m̳e̳m̳b̳a̳l̳a̳s̳ ̳d̳e̳n̳d̳a̳m̳.