3.6 -

1K 79 206
                                    

Orang terakhir yang ada dalam pikiran sebelum kamu tidur, adalah penyebab rasa sakit atau bahagiamu.

••••



“Nal, aku boleh ga, nginep di rumahnya Ka Melody.”

Meski berat hati, Keynal pun mengizinkannya. “Tapi khusus malam ini aja. Besok, pagi-pagi sekali aku jemput.”

“Makasih, Sayang. Yaudah, aku mau siap-siap dulu.” Veranda pergi ke kamarnya untuk mengambil baju ganti.

Pagi itu, Keynal mengantarkan Veranda ke rumah sepupunya. Namun, laki-laki itu tidak ikut masuk hanya sampai di luar pagar, lantaran harus cepat-cepat bekerja.

Siangnya di kantor polisi, saat Keynal ingin keluar makan siang, dia malah berpapasan dengan sepupu sang istri. Perempuan berhijab itu datang bersama putri sulung, dan putra bungsunya yang masih berusia sebelas bulan.

“Nal!”

“Lho, Teh Imel, di sini?”

“Iya nih, mau antar makan siang buat papahnya anak-anak. Maul ada, kan?”

“Oh, ada Teh, di ruangannya. Barusan aku ajak keluar, tapi katanya dia lagi nggak enak badan.”

“Ma, aku di sini aja!”

Melody tersenyum, dia hafal sekali dengan sifat putrinya. Maudy begitu, agar Keynal mengajaknya jalan-jalan dan membelikannya ice cream.

“Ya sudah, Nal, titip Maudy, ya.”

Lelaki itu mengangguk cepat. “Siap, lapan enam!”

Melody tersenyum. Tangan kanannya sibuk memeluk gendongan bayi, sedangkan tangan kirinya bekerja memegangi rantang empat susun yang memiliki pegangan di atasnya. Perempuan itu berbalik arah, menaiki tangga menuju lantai dua.

Karena belum diajak bicara, Maudy kecil memiliki duduk kursi panjang sambil menekuk wajahnya dengan ekspresi memelas.

Keynal yang mendekat dan duduk di sampingnya.

“Maudy, aunty Veranda masih di rumah Maudy, kan?”

Bocah cilik itu menggeleng.

“Nggak ada, ya. Masa sih nggak ada.”

Maudy mengedikkan bahunya seakan tak peduli.

“Maudy kenapa, Maudy sama marah Om sampai nggak mau diajak ngomong.”

Lagi-lagi gadis umur lima tahun itu menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

“Gimana kalau Om beliin Maudy permen?” 

“Gamau. Kata Mama nanti gigi aku dimakan uler.”

“Huh, uler.” Keynal terkejut, kemudian tersenyum mengerti.

“Ya udah gini aja.” Keynal membuka dompetnya dan menyodorkan uang pecahan seratus ribu.

Jari mungil Maudy ingin mengapit uang itu, tetapi Keynal dengan cepat menyembunyikan uangnya di balik punggung.

“Om, bakal antarin Maudy ke minimarket depan. Tapi jawab dulu pertanyaan, Om. Apa benar, tadi pagi Aunty Veranda ke rumah kamu?”

“Gaada, Om. Di rumah itu cuma ada Aku, Mama, Dedek Aran, sama Onty Nabilah.”

“Ya sudah, yuk kita beli es krim.” Keynal menggendong Maudy dengan perasaan campur aduk. Baru kali ini dia percaya jika Veranda telah membohongi dirinya.

💞💞💞💞

Malamnya, Veranda pulang dan tidak jadi menginap. Setelah menaruh tasnya perempuan bergerak ke ruang kerja Keynal, dan mendapati suaminya yang tengah sibuk mengukir kata di atas tumpukan kertas.

VENALOVA (Crime, Drama, Thriller)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang