Selepas salat asar kedua pengantin baru itu melangkah keluar, menemui Ketut yang telah menunggu mereka di depan villa. “Sore Bli, Bli Ketut sudah makan?”
“Udah, Mas.” Ketut mengangguk ramah lalu menekan tombol kendali otomatis, untuk membuka kunci mobil.
“Mari, silakan masuk!” Pria itu lalu membukakan pintu untuk keduanya.
“Terima kasih, Bli.” Veranda naik duluan, disusul Keynal yang duduk di samping istrinya.
“Sama-sama.” Si sopir menutup pintu otomatis lalu duduk di depan kursi kemudi.
Klik!
Ketut memasang safety belt dan menyalakan mesin kendaraannya. Tak lama kemudian roda mulai memutar,mobil itu meluncur dengan cepat dan stabil.
Selama di perjalanan Keynal sibuk memotret Veranda, dengan kamera vlog yang dia bawa. Tunjuannya untuk mendokumentasikan pengalaman mereka selama di Bali.
Di samping itu perempuan yang dipotret-nya tengah sibuk—memperhatikan jalanan dan rumah-rumah penduduk Bali yang kental dengan arsitektur hindu. Nyaris seluruh rumah di Bali mempunyai pura berukuran kecil—sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhurnya yang telah meninggal, juga menjadi tempat sembayang bagi keluarga.
Di atas altar juga terdapat sesajen berupa janur berbentuk persegi yang disisi buah-buahan, bunga, dan dupa. Di sepanjang jalan yang dia lewati Veranda melihat sosok dua patung di samping kanan dan kiri pada pintu gerbang rumah adat bali yang disebut Dwarapala.
“Ve, kamu dengar sih, aku ngomong, apa?” Keynal menarik dagu Veranda untuk menatapnya.
Veranda memandang mata cokelat suaminya. Membuat jantung Keynal berpacu dua lebih cepat dari biasanya. “Emang kamu bilang, apa?”
“Ya, nggak bilang apa-apa.” Veranda mencubit gemas kedua pipi Keynal.
“Ve, liat deh foto kamu, ‘kan?” Keynal mengasurkan kamera ke hadapan Veranda, tetapi wanita itu malah sibuk memandangi keindahan Bali Selatan dari balik jendela mobil.
Rumah-rumah yang Veranda lewati berhalaman luas—dengan kamboja jepang yang menghias rumah salah warga tampak megah di matanya.
“Veee!” Keynal mendesah dengan nada frustrasi.
“Apa, sayang?” Veranda mengelus tangan Keynal. Dia mengelus lembut tangan sang suami meski tidak menatap secara langsung.
“Ve, kenapa sih, dari tadi kamu asyik banget liatin jalanan, emang ada di luar?”
“Ada cowok ganteng banget.” Veranda menoleh dan menatap suaminya dengan senyum menggoda. Dan itu membuat perasaan Keynal teraduk-aduk. Antara senang melihat senyum sang istri dan terbakar hati, sebab Veranda melihat lelaki selain dirinya.
Keynal segera merapat ke arah Veranda, jarinya menekan tombol untuk menurunkan kaca mobil. Kepalanya celingukan ke kiri dan kanan. Mata Keynal bergerak liar, mencari sosok pria yang dimaksud Veranda. “Hah? Dimana? Nggak ada, kok!”
“Adaaa!”
“Mana?”
“Orang itu...” Veranda memaikan jarinya dan menunjuk tepat di dada Keynal. “Ada di hati aku sekarang.”
“Kok kamu makin pintar sih Ve, gombalnya? Jadi pengin aku makan.” Keynal mengedus leher istrinya, berlagak seolah ingin mengisap darah Veranda, layaknya seorang vampire.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENALOVA (Crime, Drama, Thriller)
Mystère / Thriller2̳1̳+̳ ̳P̳e̳r̳m̳a̳i̳n̳a̳n̳ ̳g̳i̳l̳a̳ ̳s̳e̳o̳r̳a̳n̳g̳ ̳D̳e̳t̳e̳k̳t̳i̳f̳ ̳P̳o̳l̳i̳s̳i̳ ̳u̳n̳t̳u̳k̳ ̳m̳e̳m̳b̳a̳l̳a̳s̳ ̳d̳e̳n̳d̳a̳m̳.