“Kalau aku nikah lagi, apa Mamah mau merestuinya.”
Fara spontan mengangguk.
“Apapun keputusan kamu, Mama pasti mendukungnya. Lagipula, gaada yang bisa Mama harapkan, dari suami kamu yang miskin itu.”
Tak lama terdengar bunyi bel yang ditekan seseorang.
“Itu pasti dia. Mah, kalau Keynal nyariin, bilang aja Ve udah tidur.”
Fara beranjak dan membuka pintu.
“Kamu! Ngapain kamu ke sini?”
Wanita itu ingin mengunci rumahnya, tetapi Endy menahan pintu dengan kakinya.
“Tante, tante saya minta maaf. Saya ke sini untuk menjelaskan semuanya.”
“Omong kosong. Pergi atau saya telepon polisi.”
“Mah, biarin Endy masuk.”
“Buka mata kamu lebar-lebar, Ve. Orang ini yang dulu ninggalin kamu waktu hamil.”
“Ve, tahu Mah. Endy yang terakhir. Setelah ini, aku nggak bakal mengecewakan Mamah lagi.”
Mendengar jawaban itu, Fara hanya bisa terduduk pasrah.
“Keynal itu mantu idaman Papa. Kalau dia sampai tahu masalah ini, Papa kamu pasti marah besar.”
“Justru itu, bantu aku untuk menyakinkan Papah.”
“Gimana caranya, Ve? Papah jelas bukan tipe pria yang mudah dipengaruhi.”
“Mamah tidak usah khawatir. Aku yang bakal bikin Papah membenci Keynal.”
“Caranya?”
Veranda menggenggam erat Endy, lantas tersenyum penuh arti. “Kita pikiran itu nanti.”
Tak lama Fahmi muncul di balik pintu. Semenit, setelah Endy berpamitan pulang.
“Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikumussalam. Lho kok, Papa bisa sama Keynal?” Fara bertanya dengan nada lembut seperti biasa.
“Iya, tadi nemu di jalan. Sekali Papa ajak ke kesini. Kebetulan, Davin juga mau jemput istrinya.”
“Tapi pah, Ve, masih pengin di sini nemenin Mamah.”
“Oh, bagus kalau begitu. Jadi, suami kamu bisa sekalian istirahat.”
Di sampingnya, Keynal tersenyum lega, menyadari sang ayah mertua yang kerap sepaham dengannya.
Bagi Keynal, tak masalah jika semua orang membencinya. Sebab, masih ada Fahmi, Shinta, Shania, dan sang ibu yang selalu menguatkan hatinya.
Fahmi menaruh tas kerjanya di atas meja, lalu mengiringi menantu kesayangannya menuju dapur. Keempatnya duduk berdampingan di meja makan bersama pasangan masing-masing.
“Ohya, Vin, gimana dengan pekerjaan kamu?”
“Baik, Pah. Davin, juga udah dipromosikan ke tingkat Iptu.”
“Syukur, alhamdulillah. Papa selalu bangga sama kamu, Vin.”
“Baru Inspektur satu, kan. Jadi, kapan kamu mau jadi komisaris atau kasat reskrim.”
“Kalau itu, masih enam tahun lagi, Mah.”
Keynal menyuapi istrinya. Namun, Veranda sama sekali tak ingin menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENALOVA (Crime, Drama, Thriller)
Mystère / Thriller2̳1̳+̳ ̳P̳e̳r̳m̳a̳i̳n̳a̳n̳ ̳g̳i̳l̳a̳ ̳s̳e̳o̳r̳a̳n̳g̳ ̳D̳e̳t̳e̳k̳t̳i̳f̳ ̳P̳o̳l̳i̳s̳i̳ ̳u̳n̳t̳u̳k̳ ̳m̳e̳m̳b̳a̳l̳a̳s̳ ̳d̳e̳n̳d̳a̳m̳.
