Pukul 15:25
Setelah salat asar di penginapan, Veranda dan Keynal memutuskan untuk kembali ke Bromo. Kini, tujuan terakhir mereka adalah kawah bromo. Namun, untuk mencapai kaldera atau puncak gunung bromo, hanya ada dua cara, yaitu jalan kaki atau naik kuda.
Veranda dan segenap jiwa mudanya malah memilih menatang sang suami untuk berjalan kaki saja. Keynal pun menghentikan kendaraannya di parkiran jeep, sebab kawasan berikutnya hanya diperuntukkan bagi para pendaki.
Mereka keluar jeep dan mendapati puluhan kendaraan lain yang terparkir lebih dulu. Saat Keynal menerbangkan drone-nya, jip-jip itu tampak seperti deretan mobil miniatur.
Setelah puas mengambil video. Pasutri itu lalu melanjutkan perjalanan, menyusuri padang pasir tepat di bawah kaki gunung bromo.
"Ndok, ndak naik kuda aja?" tawar pria paruh baya yang tiba-tiba berjalan di samping Veranda.
"Tidak, Pak, terima kasih!"
Veranda yang skeptis terhadap orang asing, malah mengeratkan pelukannya di lengan Keynal. Akan tetapi, pria berwajah legam itu terus membuntutinya.
"Buat penglaris, Ndok. Mau, ya." Sorot mata pria itu terlihat kecewa. Serupa dengan sarung lusuh yang melingkar di bahunya.
"Udah, Ve, iyain aja, kasihan bapaknya," bisik Keynal sambil memperhatikan bulir-bulir keringat di pelipis si bapak.
Karena suaminya yang minta. Veranda pun langsung mengangguk. "Baiklah, saya naik kuda bapak."
Pria tua itu langsung tersentak, dengan senyum yang berkaca-kaca. "Serius, Ndok?"
Veranda mengangguk sopan. "Iya, tapi saya berdua, ya, Pak, sama suami saya."
"Iya, iya, Ndok, saya mengerti, terima kasih." Pria itu kalakian memanggil anak bungsunya yang sesama ojek kuda.
Dari perkenalkan singkat tersebut, diketahui bahwa nama dari pria itu adalah Sutomo, dan putranya yang bernama Sapi'i.
Anak Sutomo mendekat sembari menuntun kuda miliknya. Dua ekor kuda beda warna itu pun di bariskan sejajar.
"Nama mereka siapa, Mas?" tanya Keynal.
"Yang putih Satrio, Cak. Dan yang hitam ini namanya Joko."
Dua kuda gagah yang masih tergolong muda itu tampak sangat memukau, lantaran bulunya berkilau tatkala terkena bias matahari. Keduanya merupakan kuda jenis sandel, atau dikenal sebagai sandalwood pony.
"Nal, aku kudanya yang putih, dan kamu yang hitam."
"Siap, Sayang!" Keynal langsung menuju kuda yang pegang Sapi'i.
Veranda dengan polosnya bertanya, "ini, gimana cara naiknya, Pak?"
Sutomo menyelesaikan jika kaki kiri harus bertumpu pada pijakan besi, kemudian tubuh harus didorong untuk menaiki kuda. Keynal pun mempraktikan arahan itu dan berhasil naik ke punggung kuda dengan satu kali percobaan.
Sementara Veranda masih terus mencoba naik ke pelana, tetapi kakinya selalu meleset, lantaran punggung kuda yang cukup tinggi.
"Bisa, Ndok?"
"Susah Pak. Sayang, bantuin!" rengek perempuan itu memanggil suaminya.
Keynal membebaskan kedua kakinya, lalu melompat turun dari pelana kuda yang membuat orang-orang di sekitarnya melongo kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENALOVA (Crime, Drama, Thriller)
Mystery / Thriller2̳1̳+̳ ̳P̳e̳r̳m̳a̳i̳n̳a̳n̳ ̳g̳i̳l̳a̳ ̳s̳e̳o̳r̳a̳n̳g̳ ̳D̳e̳t̳e̳k̳t̳i̳f̳ ̳P̳o̳l̳i̳s̳i̳ ̳u̳n̳t̳u̳k̳ ̳m̳e̳m̳b̳a̳l̳a̳s̳ ̳d̳e̳n̳d̳a̳m̳.