“Jadi, sekarang kita balikan?”
Veranda tersenyum, sembari menganggukkan kepalanya.
🍒🍒🍒
Di lain tempat, seorang laki-laki dengan turtleneck hitam, celana chino abu-abu dan flipflop putih berdiri di dekat jendela.
Keynal mengetuk-ngetuk kaca, sesekali mendesah, sambil bolak-balik memeriksa jam tangannya. Laki-laki itu lalu melengkingkan suaranya seperti hantu, guna menguraikan kebosanan.
Shinta yang sedang menonton tv di ruang tamu cukup tersentak mendengarnya. Gadis yang memakai blouse motif kotak-kotak dan rok rempel polkatdot itu tersenyum melihat tingkah ajaib Keynal.
Tak lama berselang, Keynal mendengar derum mobil istrinya memasuki pekarangan.
“Katanya mau pulang cepat. Tapi ini udah hampir isya’, kamu baru pulang.”
Veranda mendorong pintu masuk dan mendapati Keynal yang memandangnya dengan tatapan intimidasi.
“Tadi hujannya deras banget, Nal. Jadi, aku nongkrong dulu di kafe. Kamu, ‘kan tahu, aku petir.”
“Terus kenapa kamu nggak ngabarin, aku, ‘kan jemput kamu?” Keynal mengayunkan langkah mendekati istrinya.
“A-aku gak mau ngerepotin kamu.”
Di depannya Shinta tengah menonton film komedi Thailand sembari menyisir rambut basahnya. Di sini Veranda merasa sedikit curiga setelah melihat adiknya yang baru selesai keramas.
“Kamu udah sholat magrib?”
“Udah barusan.” Veranda tidak berdusta karena sebelum pulang, dia lebih dulu singgah di musala depan restoran dan menunaikan ibadah salat yang dipimpin oleh imam setempat.
“Yaudah yuk ke kamar, sekalian kita siap-siap buat sholat isya di masjid.”
Veranda mengangguk simpul. Keynal mengukir senyum dan merangkul istrinya menuju kamar.
🍒🍒🍒
Seusai menjalankan ibadah sholat isya. Ketiga orang itu segera menuju kamar untuk beristirahat. Veranda mematikan lampu dan tidur membelakangi suaminya. Sedangkan Keynal membaca doa, kemudian merebahkan kepalanya sambil menatap ke langit-langit kamar.
Baik Veranda maupun Keynal keduanya sama-sama bergelut dengan pikiran masing-masing. Entah mengapa, Keynal itu merasa ada yang berbeda dengan sikap istrinya.
Tak ingin ambing pusing Keynal pun menarik selimut lalu meruyupkan matanya. Sementara itu Veranda membolak-balikan tubuhnya lantaran gelisah. Karena frustrasi dia pun menghadap ke arah suaminya.
“Nal, kamu udah tidur?”
“Belum.” Keynal membuka mata dan menatap sang istri. “Kenapa, Ve?”
“Sama aku gak bisa tidur. Kayaknya kita harus olahraga malam.” Akhirnya, mereka pun lepas kontrol dan melakukan pertempuran halal suami-istri.
Namun, baru lima belas menit permainan berjalan Keynal sudah dibuat kecewa dengan istrinya tampak kaku, bahkan tak mau membalas ciumannya. Karena merasa istrinya terpaksa laki-laki itu pun menarik diri lalu menuju kamar mandi.
Veranda yang sedari tadi melamun akhirnya tersadar. Dia turun dari kasur sambil menyeret ujung selimut yang menutupi dadanya.
“Nal....” Perempuan itu memutar kenop pintu, tetapi pintunya terkunci dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENALOVA (Crime, Drama, Thriller)
Mystery / Thriller2̳1̳+̳ ̳P̳e̳r̳m̳a̳i̳n̳a̳n̳ ̳g̳i̳l̳a̳ ̳s̳e̳o̳r̳a̳n̳g̳ ̳D̳e̳t̳e̳k̳t̳i̳f̳ ̳P̳o̳l̳i̳s̳i̳ ̳u̳n̳t̳u̳k̳ ̳m̳e̳m̳b̳a̳l̳a̳s̳ ̳d̳e̳n̳d̳a̳m̳.