Sebuah Rencana

1.1K 65 1
                                    

Masih Dennis POV
Dua hari setelah bertemu Alma di restaurant, pagi ini dia ngirimin gue chat buat balikin jas gue yang gue pinjemin waktu itu. Karena posisi gue di kantor baru pulang dari luar kota, gue suruh dia nemuin gue di kantor aja karena gue udah nggak ada tenaga buat pergi-pergi lagi. Setelah dari kantor gue pengen langsung balik dan tidur sepuasnya dirumah.

Sekitar kurang lebih 45 menit dia datang dengan kedua tangannya yang sibuk. Satu sibuk membawa jas gue yang udah tergantung rapi, satu lagi memegang paperbag berukuran sedang. Ternyata dia bawain gue makan siang. Memang keterlaluan sopan ini perempuan. Apa memang didikan gadis Jawa begini? So nice...

Satu lagi yang gue tau tentang Alma. Dia pinter masak. Masakannya lezat bisa diadu dengan masakan Mama. Tidak sampai lima menit gue menghabiskan bekal dari Alma karena posisi gue emang belum sarapan. Setelah itu gue bergegas mengantar Alma ke Rumah Sakit kebetulan dia sedang tidak membawa mobil. Kalau dia nunggu taksi online yang gue khawatirin dia bakalan telat.

" Jangan lupa seat belt nya bu dokter". Ucap gue saat kita berdua sudah berada di mobil dan siap tancap gas.

" Oh iya..Siap Pak CEO". Jawabnya mengundang tawa gue.

Saat gue bareng Alma, ada rasa nyaman yang nggak bisa gue deskripsikan. Gue merasa lepas dan jadi diri gue yang nggak bisa gue tunjukin didepan Sarah. Bukan, gue tidak sedang membandingkan mereka. Tapi gue hanya merasa beda. Sarah seseorang yang perfeksionis. Dan dia tidak suka hal-hal yang sekarang ini orang-orang menyebutnya receh. Its not her type. Tapi dengan Alma gue bisa melakukan hal itu yang gue pikir bukan suatu dosa jika kita melakukannya. Kadang gue perlu melarikan diri dari dunia bisnis yang penuh intrik didalamnya.

" Al, gue minta maaf soal waktu itu gue nggak bisa nganter loe balik dari rumah". Permohonan maaf gue menjadi awal mula percakapan kami di mobil.

"Hah? Ya ampun Kak masih inget aja. Aku udah lupa juga. Lagian beneran aku nggak ada marah atau apa. Justru aku yang nggak enak sama pacar Kak Dennis. Berasa kepergok selingkuh kayak adegan-adegan di sinetron".  Jawab dia jenaka

" Haha, sorry ya..cewek gue emang gitu. Dia nggak suka basa basi dan kaku. Mungkin efek kerjaan dia yang mengharuskan dia bersikap begitu. Jadinya kebawa sama sehari-hari".

"Hehe. Iya Kak, lagian wajar kok kalo cewek Kakak cemburu soalnya dia kan nggak pernah kenal atau tau aku sebelumnya tapi tiba-tiba kakak mau nganterin aku pulang aja pake mobil kakak. Kalau aku jadi dia mungkin aku udah tarik jilbab cewek itu. Untungnya cewek kakak baik yaa..jadi aku nggak diapa-apain" . Cengirnya yang menurut gue  menggemaskan. Gue berasa punya adik satu lagi selain Nara.

" Hahaha, seru dong gue bisa liat cewek berantem".

" Enak aja... ya abis itu kita serang Kakak berdua. Kita keroyok biar kapok". Alma menimpali candaan gue dengan cekatan.

" Ohya Al.. loe kan cewek, gue mau tau dong tanggapan loe tentang suatu hal dalam sudut pandang cewek. Karna gue nggak punya temen deket cewek jadi gue boleh tanya sama loe nggak?"

" Boleh Kak..silahkan, mau tanya apa?"

" Apa yang loe pikirkan tentang pernikahan?". Setelah gue mengajukan pertanyaan tersebut. Kami berdua hening sejenak kemudian Alma menjawab.

" Emm... Karena aku blm nikah, aku bakal coba jawab menurut apa yang aku bayangin ya Kak." Gue tanggapi dengan anggukan

" Pernikahan itu menurutku salah satu tujuan hidup. Kenapa begitu? Karena sadar atau nggak, kita butuh pernikahan. Kita butuh sebuah keluarga dimana bisa menjadi tempat untuk kita pulang dan beristirahat saat lelah dengan hiruk pikuk dunia. Dan aku butuh itu Kak. Karena jujur, aku nggak yakin bisa hidup tanpa keluargaku".

The Accidental ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang