Lunch Box for the CEO

1.4K 66 1
                                    

Di Gedung Wijaya Corps...
Gue memasuki gedung tinggi nan megah tersebut dengan langkah gontai. Pasalnya gedung ini gede banget dan gue siwer liat banyak nya orang lalu lalang. Sampai akhirnya gue di meja resepsionis dan menanyakan keberadaan seorang Dennis Haidar Wijaya. Sang resepsionis menanyakan terlebih dahulu tentang apa gue udah buat janji dengan bosnya, beruntungnya setelah dia konfirmasi dengan seseorang diseberang telepon yang sepertinya sekretaris Dennis gue diijinin buat naik ke lantai tempat CEO tersebut. Segera gue menuju lift dan menekan lantai 9.

Keluar dari lift gue disambut dengan lorong tunggal yang menuju ke beberapa ruangan khusus yang gue artikan ada ruang rapat, pantry dan paling ujung tebakan gue adalah ruangan CEO karena dari jauh pintunya pun terlihat mewah senada dengan  desain di lantai yang didominasi warna gelap dan silver terasa sekali mewahnya. Di lantai itu tidak banyak orang yang kerja, sekitar 4 orang. Oh dan jangan lupa 5 orang dengan sekertaris Dennis yang sedang di depan gue sekarang. Sepertinya lantai 9 memang dikhususkan untuk orang-orang dari CEO.

"Selamat pagi Ibu, ada yang bisa saya bantu?". Tanya sekretaris.

" Selamat Pagi, mohon maaf apa saya bisa bertemu dengan Pak Dennis? Saya Alma, tadi pagi saya sudah membuat janji dengan beliau". Jawab gue tak kalah sopan

" Baik Bu Alma, mohon ditunggu sebentar." Kemudian dia menelepon seseorang yang gue duga itu Dennis. Nggak lama dia menutup teleponnya.

" Bu Alma, terima kasih sudah menunggu. Ibu sudah ditunggu oleh Pak Dennis diruangan. Mari saya antar."

Gue mengangguk dan mengikuti cewek yang kisaran usianya seumuran gue kayaknya. Dia membuka pintu bertuliskan CEO tersebut dan mempersilahkan gue masuk.

" Assalamualaikum...". Salam gue masuk ruangan.

" Waalaikumussalam...Eh, masuk Al. Sorry ruangan gue berantakan. Gue barusan pulang dari luar kota belum sempet balik rumah".

" Santai aja kali Kak, emang aku kesini mau nilai kebersihan kantor Kakak? Kan aku bukan tim survey akreditasi". Canda gue garing namun berhasil membuat tawa di wajah tampan makhluk depan gue ini.

" Mohon maaf, Ibu mau minum apa?". Tanya sekretaris Dennis menyela obrolan kami.

" Iya Al, loe mau minum apa? Teh? Kopi? Atau jus?". Tawar Dennis

" Engg... nggak usah Kak, lagian aku nggak lama kok soalnya aku abis ini harus cepet berangkat ke Rumah Sakit". Tolak gue halus.

" Nggak usah mbak, nggak apa-apa saya juga nggak lama kok". Lanjut gue bilang ke sekretarisnya dan diangguki dengan senyuman.

" Oke Santi, kamu balik aja ke meja kamu nanti kalau saya ada perlu saya hubungi". Titah Dennis ke sekretarisnya. Nggak lama kemudian cewek itu keluar dari ruangan.

" Kak, langsung aja ya aku mau balikin ini jas kakak udah aku laundry, dan ini aku tadi masakin kakak makan siang sebagai tanda terima kasih karena udah nyelametin aku dari kejadian tempo hari. Nggak tau jadinya gimana kalau nggak ada kakak, bisa-bisa aku muterin mall pake baju basah dan maaf tembus pandang". Ucap gue sambil merona merah malu karena teringat kejadian di restaurant kapan hari.

" Sama-sama Al, lagian bisa kebetulan juga pas gue lagi disana. Dan loe harusnya nggak usah repot-repot gini, cuma gue seneng sih soalnya gue juga belum sarapan jadi gue makan sekarang aja ya nggak usah tunggu makan siang"

" Wah, Alhamdulillah kalo gitu bisa langsung dimakan mumpung masih anget kak. Yaudah kakak lanjutin makannya yaa. Aku mau pesen taksi online dulu soalnya takut telat kalau nggak balik sekarang. Takutnya drivernya jauh dari sini."

" Loe nggak bawa mobil?"

" Enggak kak, lagi males nyetir. Hehe"

" Yaudah temenin gue makan bentar yaa, nggak enak makan sendirian. Abis itu gue anterin loe ke Rumah Sakit".

The Accidental ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang