Sang Penyelamat

1.2K 61 2
                                    

Satu minggu setelahnya Alma menjalani harinya seperti biasa. Namun komunikasi dengan keluarga Wijaya tetap terjalin rutin. Apalagi seorang Kinara, Ia tidak pernah absen mengirimi Alma pesan entah hanya sekedar bertanya kabar atau menceritakan tentang kegiatannya di sekolah.

Alma POV

"Tok..Tok..Tok..." . Terdengar suara ketukan pintu diruangan praktek gue.
" Masuk...". Sahut gue.

" Woe..Lunch yuuk, gue lagi pengen makan Suki nih". Ajak Vanka

" Aduh Van..gue nggak seberapa doyan makan begituan. Cepet kenyang, cepet lapernya juga. Mahal pula. Makan di cafetaria bawah aja lah. Makanannya juga enak-enak".

" Hiih...tapi gue lagi pengen banget Al, yuuk laah temenin gue. Gue traktir deh kali ini". Vanka ngerayu gue dengan mata genitnya.

" Dih... tumbenan loe nraktir gue, kan loe nggak lagi ulang tahun atau anniv". Mampus loe gue ledekin. Biasanya dia yang seringnya minta traktir.

" Udah cepetan ngga usah banyak protes. Keburu gue berubah pikiran. Yuk ah"

" Okaaay.. gue cuci tangan dulu".

Tidak sampai 20 menit kami sudah sampai di salah satu mall yang letaknya memang tidak seberapa jauh dari Rumah Sakit. Kami menuju restauran yang Vanka pilih. Kami duduk di tempat duduk yang diperuntukkan untuk maksimal 4 orang. Kemudian kami beranjak memilih beberapa menu suki di rak display. Setelah memberikan dua nampan berisi menu suki ke waitress, kami kembali ke tempat duduk dan menunggu kuah suki matang. Sembari menunggu kami ngobrol tentang pekerjaan, fashion, hubungan Vanka dan Tyo pun tak lepas dari pembahasan kami. Setelah semua menu suki matang, kami segera menikmati dan menghabiskannya karena takut telat untuk kembali ke Rumah Sakit. Setelah semua makanan habis, Vanka memanggil waitress untuk meminta tagihan makanan kami. Vanka menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan ke nampan tagihan.

" Al, gue tinggal ke toilet bentar ya..kebelet banget nih. Minta tolong ambilin kembaliannya". Pinta Vanka

" Okee...gue tunggu didepan ya kalo udah". Jawab gue yang kemudian dianggukin Vanka. Setelah itu dia melangkah keluar restauran untuk mencari toilet di lantai yang sama. Tidak lama kemudian waitress datang untuk memberikan kembalian dan struk tagihan makanan kami. Gue terima dan berdiri berniat untuk meninggalkan restauran. Saat gue berbalik badan tiba-tiba ada sesuatu yang nabrak gue.

"Pyarrrr.....". Suara gelas pecah memenuhi ruangan dan seketika semua mata tertuju ke arah gue dan mbak-mbak berpakaian waitress depan gue.
Gue merasakan area dagu sampai perut gue basah. Blouse warna putih gue berubah menjadi motif tie dye kuning. Yap! Gue kesiram es jeruk. Segar bukan.

Nggak lama kemudian datang seorang Ibu-Ibu sepertinya kepala waitress atau manager restoran gue nggak ngerti juga. Tapi seragamnya beda sama pelayan disitu. Name tag nya tertera nama ' ROZI'

" Mohon maaf Kak, atas kelalaian pegawai kami dan ketidaknyamanan yang terjadi. Kami akan mengganti kerugian yang Kakak terima. Kami bersedia mengganti baju kakak yang rusak atau mengganti dengan uang senilai harga baju Kakak". Mohon bu Rozi.

" Saya mohon maaf sekali kak atas kesalahan dan kelalaian saya, saya benar-benar tidak sengaja. Namun ini semua akibat kecerobohan saya". Waitress yang nabrak gue minta maaf juga setelah membereskan pecahan gelas yang dia jatuhkan.

" Ya Ampun Al..kok bisa begini sih?? Baju loe basah semua. " Saut Vanka yang menghampiri kami. Mungkin dia dengar keributan yang terjadi dan nggak menemukan gue di depan restoran.

" Udah nggak apa-apa Van, gue bawa baju ganti kok di mobil". Ucap gue nggak pengen memperpanjang masalah

" Ya tapi loe mau jalan dalem mall ke parkiran dengan baju tembus pandang kayak gini? Bra Loe warna hitam kan? Tembus pandang bego !". Cecar Vanka sambil bisikin telinga gue.

The Accidental ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang