Her "Ex"

1.1K 51 1
                                    

Alma masuk kembali ke dalam ruangannya dengan kaki yang berat. Pertemuannya dengan Sarah tadi cukup menguras pikirannya. Bagaimana jika perasaan Dennis terhadap Sarah memang sangatlah kuat? Bagaimana jika pada akhirnya Sarah yang Dennis pilih? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain di kepala Alma. Alma tak mungkin membaginya dengan Dennis karena bagaimanapun juga hal itu akan mengingatkan Dennis dengan masa lalu nya. Sementara Alma akan menyimpan rapat-rapat segala pertanyaan yang bergemuruh dalam kepalanya.

Tak terasa 2 jam telah berlalu berakhir pula waktu praktek Alma di Rumah Sakit. Saat sedang beberes barang Alma dan bersiap untuk pulang, Vanka mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan Alma setelah di persilahkan.

"Al..ikut ke apartemennya Wilona yok, nyokap sama bokapnya mau dateng hari ini. Tadi dia ngajakin gue suruh ngajakin loe juga. Kita kan ngga ada jadwal ke klinik hari ini. Dia tadi siang kesini tapi loe nya nggak ada. Tumbenan loe kan bawa bekal, emang kemana tadi?"

Alma bingung menjawab pertanyaan Vanka. Tidak mungkin Alma jujur tentang pertemuannya dengan Sarah karena sudah pasti Vanka akan mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan ajaibnya. Alma hanya tidak ingin pembicaraannya dengan Sarah diketahui oleh orang lain. Bagaimanapun hal itu adalah privasi suaminya.

" Emm...anu tadi gue ngopi bentar di cafe bawah". Jawab Alma gugup berharap Vanka langsung percaya.

" Tumben? Sejak kapan loe suka ngopi? Loe nggak lagi bohong kan sama gue?"

Harapan Alma pupus. Vanka tidak selugu itu untuk dikelabui.

" Apaan sih loe nuduh-nuduh sembarangan? gue emang lagi ngantuk banget hari ini. Begadang gue semalem. Nggak lucu pas gue pegang Handpiece terus ngantuk bukan gigi yang di bur tapi pipi anak orang".

" Begadang ngapain loe? ena-ena ya?" Tanya Vanka dengan menaik-turunkan alisnya

" Ih....apaan sih, mau tau aja loe. Makanya cepetan nikah biar tau rasanya begadang". Jawab Alma meladeni Vanka berharap Vanka melupakan kecurigaannya dan sepertinya berhasil.

" Ah..rese loe. Gue pasti kawin kalo nggak sabtu ya minggu".

"Nikah Vanka...bukan kawin. Beda definisinya".

" Iya nikah...auk ah ribet ngomong sama bu hajjah. Kena siraman kalbu terus gue. By the way loe jadi ikut ngga nih?"

" Bentar gue telepon laki gue dulu, mau ijin."

"Oke, gue tunggu di Lobby ya..bentar lagi Wilona juga paling udah kelar".

Alma cuma mengacungkan jempolnya saja sembari menempelkan smartphone nya di telinga. Dering kedua terdengar jawaban di seberang sana.

"Assalamualaikum istriku..". Alma merona mendengarnya

" Waalaikumsalam kak.."

"Kenapa sayang? tumben telepon? kangen ya?". Dennis memang jago dalam hal menggoda istrinya.

"Kakak ih...Ini Alma mau minta ijin main ke apartemen Wilona sama Vanka juga pulang dari Rumah Sakit soalnya orang tuanya datang dari Surabaya hari ini. Boleh nggak kak?"

" Oh iya hari ini kamu nggak ada praktek di klinik ya..Boleh banget dong sayang, take your time. Hari ini kakak juga kayaknya lembur sebentar soalnya akhir bulan banyak laporan yang harus di periksa".

"Makasih Kak..Kakak pulang sekitar jam berapa? Biar sebelum itu aku bisa pulang buat masak".

"Nggak usah sayang, Kakak bisa pesen makan malam di sekitaran sini sekalian sama Dika. Lagian habis maghrib belum tentu selesai. Kamu santai aja disana, yang penting kabarin kakak kalau pulangnya kemalaman biar kakak jemput ikutin dari belakang. Jangan pulang sendirian."

The Accidental ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang