Hurting Lunch

1.3K 55 1
                                    

Alma POV
Siang ini gue pergi makan siang bareng Vanka di restoran yang nggak jauh dari Rumah Sakit biar nggak ngabisin waktu di jalan karena macetnya Jakarta yang nggak bisa dihindari. Sampai di parkiran resto gue liat mobil yang familiar. Kayak mobilnya Kak Dennis. Tapi gue juga nggak yakin sih karena gue juga nggak hafal berapa plat nomor mobil dia. Sampai teguran Vanka nyadarin gue.

" Ayo Al..loe ngeliatin apa sih?"

" Ah nggak ada Van..yuk".

Kemudian kami bergegas masuk ke resto dan cari tempat duduk yang kosong. Nggak sulit buat dapetin tempat duduk meskipun resto ini sangat ramai tapi tempatnya sangat luas.
Nggak lama pelayan datang buat ngasih menu makanan. Dengan cepat gue dan Vanka pilih menu favorit kami di resto ini.

" Al...loe emang beneran nggak ada rencana bulan madu gitu?". Tanya Vanka

" Belum sih Van, Kak Dennis nggak ada obrolan kesana. Setau gue dia emang lagi ngerjain proyek besar."

" Emmh..emang dia masih cinta banget ya sama mantannya? Loe nggak keberatan?"

" Ya siapa sih Van yang mau suaminya masih punya perasaan ke masalalu nya. Tapi loe tau sendiri pernikahan gue kemarin gimana sejarahnya. Dan itu pilihan gue sendiri buat nerima. Jadi harusnya gue udah tau resikonya. Yang penting gue sama kak Dennis sama-sama berjuang buat hubungan ini. Mengingat kita berdua sama-sama punya masa lalu yang cukup nggak ngenakin."

" Tapi loe yakin nggak berjuang sendirian?". Tanya Vanka tiba-tiba.

" Maksud loe? Gue sama sama Kak Dennis setuju kok buat sama-sama berusaha." Jawab gue masih nggak ngerti arah pembicaraan Vanka.

" Loe liat arah jam 4 loe, pelan pelan aja". Ucap Vanka dengan tampang serius yang jarang sekali dia tampilkan.

Pelan-pelan gue nengok ke arah yang Vanka bilang.
Jantung gue kayak berhenti berdetak. Kayak ada yang meremas. Dengan cepat gue palingkan muka gue balik seperti semula.

" Isn't she?". Tanya Vanka.

"  Yups". Jawab gue sembari menghela nafas mencoba mengurangi sesak.

" Perlu gue samperin?" . Tawar Vanka.

" Nope. Udah biarin aja mungkin mereka lagi ada yang mau diobrolin. Udah loe diem. Kita makan abis itu balik". Jawab gue akhirnya. Ngeri juga kalau Vanka sampe nyamperin bisa-bisa makin rame ini resto. Rame karena ada kejadian Viral. Mengingat status suami gue salah satu keluarga pengusaha terkenal di negara ini. Pasti bakalan banyak pihak yang memanfaatkan.

Nggak lama makanan kami datang. Segera kami habiskan dalam diam. Setelah itu kami segera minta bill pembayaran dan segera keluar resto. Saat akan melajukan mobil keluar resto, gue sama Vanka ngeliat kak Dennis dan Mbak Sarah berjalan ke arah parkiran. Mbak Sarah bergelayut manja di tangan suami gue. Meskipun kak Dennis selalu berusaha melepaskan diri tapi mbak Sarah kembali berusaha gandeng tangan kak Dennis. Gue bingung harus ngelakuin apa dan bingung dengan apa yang gue rasain. Sampai tepukan Vanka di pundak menyadarkan lamunan gue.

" Are you okay?"

" Not Really, but I'll try. Everythings gonna be alright ". Jawab gue sambil senyumin dia biar dia nggak ikutan khawatir.

Setelahnya kami langsung kembali ke Rumah Sakit. Sepanjang perjalanan kami cuma diam. Hanya ada suara musik berasal dari pemutar lagu di mobil Vanka. Begitupun saat di Rumah Sakit. Rasanya gue nggak bisa fokus. Beruntung pasien siang ini kasusnya ringan semua. Jadi nggak membutuhkan konsentrasi tinggi buat gue ngerjainnya. Jujur berat banget buat terlihat baik-baik saja didepan semua orang tapi gue harus. Pekerjaan gue mengharuskan gue buat selalu tersenyum menyambut semua pasien  agar mereka merasakan nyaman.

The Accidental ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang