Typo bertebaran:v
.
.
.
.
.
.
Happy reading:)______________________________________
Kau bilang aku cemburu. Tapi bagiku, aku hanya takut kehilanganmu.
______________________
"Ayo kita pulang sayang..... Aku pengen pulang!"rengek Bryan memeluk pinggang Ollin"Nggak bisa Bryan. Kamu masih sakit,masih butuh pengawasan dari dokter!"tolak Ollin mengusap rambut Bryan.
Setalah memutuskan untuk tidak jadi bercerai dari Bryan sekarang Ollin sering menginap dirumah sakit karna menemani suaminya ini. Dan setelah keputusan itu juga ada yang berubah dari Bryan. Iya Bryan dia berubah menjadi seperti bayi besar. Dia selalu merengek ke Ollin dan sangat manja. Tapi entah mengapa Ollin malah suka.
Bibir Bryan menekuk. Ia mendongakkan kepalanya menatap wajah Ollin. Dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca Bryan menatap Ollin dengan tangan yang masih setia melingkar di pinggang ramping Ollin.
Ollin menghela nafas panjang. Pusing deh! Bener-bener sama Bryan ini ngeyel banget kalo di omongin!
"Kamu masih sakit. Nanti takutnya kalo kamu pulang dengan keadaan kek gini terus tiba-tiba kamu sakit pas sampe rumah gimana? Yang repot siapa? Aku juga 'kan?"ucap Ollin.
"Jadi kamu nggak mau aku repotin? Aku ini suami kamu loh yank. Itu udah tugas kamu ngurusin aku, kalo aku sakit!" Timpal Bryan cemberut.
Ollin menutup matanya sebentar lalu membukanya kembali. Menatap wajah tampan Bryan dengan senyuman yang dipaksakan. Gimana nggak dipaksakan,kalo Bryan dari tadi ngerengek terus kayak gini kayak bocah Lima tahun yang nggak dibeliin mainan? Terus kalo Ollin ngomong apa dibales apa?
Dengan tangan beralih mengusap kedua pipi Bryan. Ollin dengan penuh kesabaran memberi pengertian untuk bayi besarnya ini.
"Bukan gitu, Bryan. Aku nggak papa kalo kamu ngerepotin aku. Aku mau-mau aja. Emang itu udah tugas aku seperti kata kamu tadi. Tapi yang menjadi permasalahannya. Aku cuman takut nanti penyakit kamu ini makin parah kalo belum sembuh udah pulang aja!"Ollin mengucapkan itu dengan amat sangat halus seperti ia menasehati anak kecil,persis!
"Aku udah sembuh!"itu jawaban dari Bryan. Dengan sungguh-sungguh ia mengatakan itu. Ia sungguh bosan berada dirumah sakit ini. Sudah satu Minggu lebih Bryan ada disini dan belum diperbolehkan pulang. Padahal Bryan baik-baik saja tuh. Ia merasa badannya tidak ada masalah ia merasa sehat-sehat saja. Ah dokternya saja yang lebay pada dirinya. Pikir Bryan.
"Kamu belum sembuh!"
"Udah!"
"Belum Bryan...."
"Udah Ollin ku sayanggggg"
Keduanya terus berseteru dengan kukuh. Namun keduanya harus menghentikan perseteruan tersebut karna tiba-tiba pintu ruangan Bryan terbuka dan menampilkan wajah yang Bryan tak mau lihat.
"Sorry ganggu nih. Boleh masuk nggak nih?"dengan tangan menggaruk belakang kepalanya yang pastinya tak gatal.
Ollin melepaskan diri dari Bryan tapi langsung kembali ketempat semula ketika Bryan menariknya kembali,malah semakin mengeratkan pelukannya kepalanya ia tolehkan membelakangi orang tersebut.
"Petra? Masuk aja nggak papa" jawab Ollin mempersilakan Petra masuk. Lalu Petra pun masuk dengan membawa bingkisan buah. Ollin pun menerimanya dan ia taruh dimeja dekat bankar Bryan.
"Makasih ya Petra udah mau jengukkin Bryan."
"Sans aja Lin. Lagian gue kan sahabat Bryan udah seharusnya gue jengukkin dia."balas Petra dengan senyum tipisnya.
"Hah? Sahabat? Apa ada sahabat yang mau nikung sahabatnya sendiri?! Cih!"timpal cepat Bryan tanpa merubah posisinya yang masih membelakangi Petra.
"Aw sakit! Kenapa kamu nyubit aku!"rintis Bryan melepas pelukannya dan mengusap lengannya dengan jengkel.
"Lagian kamu ngomongnya gitu!"ujar Ollin
"Emang kenyataannya kok."balas cuek Bryan kembali memeluk pinggang Ollin.
"Maafin Bryan ya Petra."
"Nggak pa—"
"Ngapain kamu minta maaf! Emang kenyataannya kok dia sendiri yang ngomong kalo dia mau ngerebut kamu dari aku sayang!"sela Bryan cemberut.
Cukup terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Bryan ini. Ollin menoleh ke Petra yang hanya diam saja tak menanggapinya. Jadi itu betul?
Ditatap oleh Ollin dengan raut wajah seperti bertanya 'apa benar?' Petra menghembuskan nafas berat.
"Iya. Tadinya gue mau ngerebut Lo dari Bryan, Lin. Tapi itu karna gue tau kelakukan Bryan ke elo gue nggak bisa diem aja ngeliatin Lo disakitin oleh suami berengsek Lo itu yang sialnya sahabat gue sendiri!"jelas Petra sedikit emosi.
"Tapi sekarang gue udah berubah. Sekarang gue mau bahagiain Ollin. Jadi elo mulai sekarang jangan pernah berfikiran untuk ngerebut Ollin dari gue. Gue nggak bakalan ngebiarin itu terjadi. Udah Sono Lo pergi dari sini ngapain juga Lo kesini! Ngangguin gue berduaan sama Ollin aja!" Gerutu Bryan menatap tajam Petra.
Ollin hanya diam menyimak apa yang di lontarkan oleh kedua orang ini tanpa mau ikut menimpali. Namun Ollin juga merasa senang ketika Bryan dengan lantang berbicara ingin membahagiakan dirinya. Pipinya bersemu merah dengan bibir yang ia gigit karna malu,entahlah mengapa ia bisa merasa malu.
"Iya gue tau. Tapi sebelum itu gue mau jujur sama Lo Lin. Bisa kita ngomong berdua aja?"tanya Petra
"Ngapain Lo mau ngomong berduaan sama istri gue? Ha?!"sungut Bryan tak suka.
"Gue mau ngomong serius sama Ollin bentar aja."
"Nggak bisa! Gue nggak ngizinin!"jawab cepat Bryan dengan wajah datarnya.
"Mau ngomong apa? Disini aja. Bryan nggak ada yang nemenin aku takut kalo Bryan kenapa-kenapa."ucap Ollin menatap Petra.
Sebelum melontarkan apa yang ingin ia katakan Petra menghirup udara dengan panjang dan menghembuskan nya dengan sangat pelan. "Gue suka sama lo Ollin."dengan sekali tarikan Petra mengungkapkan rasanya. Ia tak lagi bisa menahan apa yang selama ini ia pendam.
Rahang bryan mengerat. Ia mengepalkan tangannya Sampai buku kukunya memutih memandang mantan sahabatnya dengan tatapan mematikan. Ia melepaskan pelukannya dari Ollin ia ingin beranjak dari ranjang tapi ditahan oleh Ollin.
"Diem! Inget kamu lagi sakit. Jangan berantem!" Ollin tau Bryan pasti akan menonjok muka Petra tapi dengan cepat ia menahan agar itu tak terjadi.
"Tapi gue sadar kok Lin. Lo cintanya cuman sama Bryan. Dan gue ngungkapin ini cuman agar gue bisa lega aja. Dan gue juga mau pamit sama lo berdua,gue bakalan pergi dari negara ini gue bakalan jauhin Lo berdua. Gue yakin Bryan bakalan berubah dan bakalan bisa bahagian lo Lin."ucap Petra dengan senantiasa tersenyum tipis ke arah dua pasangan tersebut.
"Kenapa harus pergi?"tanya Ollin. Bryan cuman diam dengan raut wajah yang sulit diartikan. Ada rasa sedih,kecewa marah dan sebagainya didiri Bryan sekarang, dan ia sekarang tak tau harus menanggapinya dengan bagaimana.
"Gue harus pergi. Dengan cara itu gue harap gue bisa move on dari lo Lin Dan saat itu terjadi gue bakalan balik lagi kesini. Jadi lo tenang aja Lin..."
Dengan kata masih menggantung ia beralih menatap Bryan " Yan.. gue bakalan balik lagi kesini setelah gue memperbaiki hati gue. Dan Lo jangan pernah nyakitin Ollin lagi kalo itu terjadi siap-siap aja Ollin gue rebut!"kekeh Petra"Nggak akan."
|B E R S A M B U N G....
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted [✔]
Romance[WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Bagi Ollin menikah dengan Bryan seperti sebuah mimpi. Mimpi yang selama ini ia impikan terwujud. Namun lain lagi bagi Bryan pernikahan yang ia lakukan secara terpaksa, pernikahan yang tak diinginkan nya yang harus ia...