Typo bertebaran:v
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading ✌______________________________________
Terkadang tertawa menjadi pelampiasan rasa depresi yang memuncak.
___________Setelah semua kesalahpahaman yang bersarang didiri Bryan terpecahkan hal pertama yang didapat Bryan adalah tamparan dari sang Mama. Bryan hanya diam tak sedikitpun melawan.ia tetap menerima tamparan kerasa tersebut. Tubuhnya kaku pipinya terasa sangat panas dan memerah,sampai sudut bibirnya kembali mengeluarkan darah.
Bryan memang pantas mendapat tamparan ini,karna memang dirinya yang salah,dan ia benar-benar tidak bisa di maafkan untuk itu. Tidak hanya ditampar tapi Bryan juga mendapatkan pukulan di pipinya oleh sang Papa,dan terakhir ia mendapatkan pukulan yang amat sangat keras di perutnya,tonjokan itu berasal dari Petra.
Seluruh tubuh Bryan benar-berar terasa amat sakit. Namun Ia sadar bahwa apa yang ia terima saat ini tidak sepadan dengan rasa sakit yang selama ini Ollin rasakan.
💔👣💔👣💔
Setelah mengetahui anak yang ia kandung telah tiada, Ollin. Hanya bisa menangis termenung di bankar rumah sakit. Mengapa bayinya yang belum lahir ke dunia ini harus kembali lagi ke sang pencipta? Mengapa?
Bryan memasuki kamar inap Ollin dengan langkah kaki yang entah mengapa memberat. Rasanya sesak yang tiba-tiba menghujaminya. Melihat tubuh Ollin yang meringkuk memegangi perutnya seraya menitihkan air mata. Hal itu sangat membuat diri Bryan merasakan sakit yang tengah Ollin rasakan.
Ia mengakui selama ini ia memperlakukan Ollin sangat tidak berperasaan. Bryan sungguh menyesali semua perbuatannya terhadap Ollin.
"Ollin..."lirih Bryan menghampiri ranjang Ollin ia mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia disamping ranjang pasien.
Ollin terdiam membeku,ia tak membalikkan tubuhnya hanya tangisannya saja yang mulai mereda saat mengetahui Bryan berada disampingnya.
Bryan menatap punggung rapuh Ollin dengan sendu,dengan menundukkan kepalanya dalam-dalam ia berucap." Maaf....maafkan aku Ollin. Aku benar-benar minta maaf. Aku sudah menghilangkan anak kita,aku juga selalu menyekati hatimu. Dan tak pernah sedikitpun mengertimu. Aku benar-benar minta maaf. Aku salah, aku benar-be-"
"KAMU! KAMU MEMANG SALAH. KAMU UDAH BUNUH ANAKKU!! AKU BENCI SAMA KAMU BENAR-BENAR BENCI. I HATE YOU! GET OUT!" Ollin membalikkan badannya,terduduk dengan tangan menuding kearah Bryan yang menunduk.
Dengan tangis yang kembali keluar,Ollin menyuruh Bryan untuk keluar dari ruangannya,namun tak diindahkan oleh Bryan. Bryan tetap terdiam ditempat duduknya. Ollin terus-terusan mendorong bahu Bryan agar keluar tapi lagi-lagi Bryan tetap diam.
Bryan menggapai tangan Ollin dan menggenggamnya,Ollin tak Diam saja. Ia mencoba menarik tangannya dari Bryan namun tak bisa.
"aku mohon... keluar. Aku hanya ingin sendirian...aku mohon..."pinta Ollin dengan sangat lirih, tenaganya belum pulih total.
"Lepaskan. Aku bilang lepaskan! Aku mohon lepaskan!"katanya dengan suwra bergetar hebat."aku mohon tinggalkan aku sendiri!"
"Aku benar-benar minta maaf padamu,aku benar-benar menyesali perbuatanku itu Ollin. Maaf tidak mempercayaimu dan maaf sudah membuat anak kita tiada." Dengan tetap memeluk tubuh Ollin,dengan sangat erat. Ollin terus-terusan memberontak mencoba melepaskan diri dari Bryan. Ia tak mau mendengar apapun yang keluar dari mulut Bryan. Hatinya teramat sangat sakit. Membayangkan calon bayinya yang hilang karna ulah Bryan. Ini semua memang benar salah Bryan!.
Dengan tangisan histerisnya Ollin memberontak dari pelukan Bryan sampai secara tiba-tiba dirinya pingsan,karna kelelahan.
💔👣💔👣💔
"Sayang. Ayo makan dulu,nanti sakit kalo nggak makan dari tadi kamu belum makan loh. Bunda khawatir nanti kamu tambah sakit gimana?"pinta Bunda Ollin. Meminta Ollin untuk memakan makanannya karna dari tadi Ollin belum sedikitpun memakan apapun. Ia sangat khawatir jika nanti putrinya ini sakit. Ia paham betul bagaimana rasanya kehilangan bayi yang belum lahir,karna dulu ia juga pernah mengalami keguguran sebelum mengandung Ollin.
Dan Bunda Ollin takut jika Ollin akan seperti dirinya yang dulu,depresi karena kehilangan sang calon bayi. Pernah dulu Bunda kehilangan bayinya. Dan saat itu juga bunda merasakan depresi yang cukup agak lama namun untung saja ada suaminya yang selalu menyemangatinya dan akhirnya dirinya keluar dari penyakit depresinya itu. Semoga saja Ollin anaknya ini tidak akan bersedih terlalu lama.
"Aku lagi nggak mau makan Bun. Nggak laper!"tolak Ollin,memeluk lututnya yang ditekuk. Bunda membalikkan badan memunggungi Ollin.
Ia menitihkan air matanya,karna tak tahan dengan penderitaan yang selama ini putri tercintanya alami. Ia tak menyangka jikalau pernikahan yang selalu Ollin katakan baik-baik saja ternyata tak benar adanya.
Mengapa Ollin tak mau jujur saja dengan dirinya? Dengan ayahnya? Mengapa harus ia pendam sendiri? Dan sekarang ia kehilangan anaknya yang belum lahir. Ollin juga tidak memberitahunya tentang kehamilan itu. Bunda merutuki dirinya sendiri karna beranggapan dirinya tak pecus menjadi seorang ibu.
Bunda menghapus air matanya lalu kembali berbalik badan menghadap Ollin. Menyentuh lengannya meminta Ollin agar menghadap dirinya.
"Kamu harus makan,sedikit saja,ya?. Ayo!"mencoba membujuk Ollin namun tetap ditolak oleh Ollin.
"Bunda..."panggil Ollin dengan suara seraknya.
Bunda menoleh dan tersenyum tipis."iya sayang? Apa yang kamu butuhkan? Kamu mau minum? Mau kekamar mandi?"tanya Bunda.
Ollin menatap kosong pada Bundanya. Membuat Bunda mengernyit bingung.
"Aku mau cerai."
|B E R S A M B U N G.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted [✔]
Romance[WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Bagi Ollin menikah dengan Bryan seperti sebuah mimpi. Mimpi yang selama ini ia impikan terwujud. Namun lain lagi bagi Bryan pernikahan yang ia lakukan secara terpaksa, pernikahan yang tak diinginkan nya yang harus ia...