Typo bertebaran:v
.
.
.
.
.
.
Happy reading:)______________________________________
Kecewa seperti halnya bangkrut. Bangkrutnya jiwa yang karena terlalu banyak membeli harapan dan ekspektasi.
____________________
"Udah nggak ada dirumah lagi? Di pagi buta kaya gini lagi? Sebenernya Bryan ada urusan apa sih?" Gerutu Ollin melihat stiky note berwarna kuning terang tertempel dilayar HP-nya.Ollin hanya mendengus kasar lalu dengan kaki yang dihentak-hentak kan Kelantai ia masuk kedalam kamar mandi.
Setelah selesai dengan urusan mandinya ia turun kebawah untuk membantu bi Nah masak.
"Pagi bi?"sapa Ollin tersenyum lebar lalu mengambil sayuran dikeranjang dan membawanya ke westafel untuk dicuci.
"Pagi juga Ny. Ollin."balas bi Nah yang masih memotong tahu menjadi empat bagian seperti dadu.
"Tadi liat Bryan keluar nggak bi?"
"Liat Nyonya katanya ada urusan mendesak jadinya harus berangkat pagi banget."
Mendengar itu Ollin hanya mengangguk kecil dan melanjutkan aktivitasnya kembali.
"Tadi Bryan bilang mau dibuatin makan siang nggak bi?"tanya Ollin kembali mendekati bi Nah.
Bi Nah mengingat kembali apakah tadi Tuannya berkata mau dibuatin makan siang atau tidak. Lalu setelah mengingat jika Bryan tak bilang apa-apa selain cuman bilang kalau dirinya ada masalah yang mendesak itu. Bi Nah menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Nggak ya? Emm yaudah deh aku bawain aja kali aja kan Bryan lupa ngomong."monolog Ollin.
💔👣💔👣💔
Sekarang Bryan tengah fokus pada layar komputernya dengan jari yang dengan lincah menari-nari diatas keyboard tersebut.Tok tok tok
Ketukan pintu tersebut tak menghentikan kegiatannya dan tanpa melihat siapa gerangan sipengetuk pintu tersebut Bryan bersuara mengijinkan seorang tersebut masuk ke ruangannya. Dan saat orang tersebut masuk dan menutup pintu Bryan. Bryan belum menyadari siapa orang itu karena tatapannya masih terfokuskan pada layar komputernya.
"Bryan..."suara lirih nan lembut itu menyapa gendang telinga Bryan yang tengah fokus tersebut langsung saja membuat Bryan mengalihkan perhatiannya pada orang itu.
Bryan langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri orang itu tangannya langsung menyentuh kedua bahu orang tersebut dengan sedikit penekanan disana tapi tidak terlalu kuat,karna Bryan tak mau menyakiti orang didepannya ini,saat mengetahui keadaan orang tersebut sedang tidak baik-baik saja.
"Kenapa kamu kesini?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Bryan.
Orang itu itu menundukkan kepalanya."aku takut Bryan...."katanya lirih.
"Takut kenapa?"
"Aku takut sendirian dengan keadaan ku yang seperti ini hiks." Tangisnya memeluk tubuh Bryan, memeluknya dengan begitu erat. Tentu saja Bryan terkejut mendapati pelukan itu tapi ia cukup tau orang didepannya ini butuh dirinya. Bryan pun akhirnya membalas pelukan itu dan mengusapnya dengan halus, ia mencoba menenangkan.
"Sudah jangan menangis ada aku disini!"ucap Bryan mengusap punggung orang yang ada diperlukannya itu.
"Kamu bakalan bakalan nemenin aku kan, Bryan?" Bryan mengagukkan kepalanya.
"Terimakasih, Bryan!"ucapnya kembali memeluk Bryan dengan erat.
Ollin yang saat itu akan masuk kedalam ruang Bryan langkahnya terhenti melihat adegan yang ada dipan matanya itu,ia memundurkan tubuhnya kembali dibalik pintu,mendengarkan percakapan orang didalam sana, Dengan menahan sakit didalam hatinya melihat tubuh suaminya dipeluk oleh wanita lain dan Bryan yang tidak menolaknya tapi malah membalas pelukan tersebut, meskipun Ollin tidak tau siapa wanita tersebut tapi wanita tersebut seperti familiar Dimata Ollin?
"Bagaimana keadaan mu apa udah baikan?"tanya Bryan menuntun wanita tersebut untuk duduk disofa.
"Nggak baik. Setiap pagi aku selalu mengalami morning sickness. Aku kewelahan Bryan. Aku capek harus bolak balik ke kamar mandi."
Apa ini? Apa yang didengar Ollin ini? Morning sickness? Dia hamil?
Oke Ollin tetap berfikiran jernih. Bisa saja memang dia hamil tapi bukan anaknya Bryan kan? Mungkin dia kesini hanya ingin curhat saja dengan Bryan? Mungkin dia adalah teman dekat Bryan? Mungkin? Semua itu kemungkinan.
"Namanya juga hamil muda ya pasti mual-mual lah."kata Bryan mengusap perut rata wanita itu.
"Dedek jangan nakal nakal ya kasian Mama kamu nya."tutur Bryan sedikit menundukkan kepalanya agar sejajar dengan perut rata itu.
"Iya adek nggak akan nakal, Papa."jawab wanita tersebut menirukan suara anak kecil.
Mama? Papa?
Ini tidak seperti yang dipikirkan oleh Ollin kan? Ini semua tidak benar bukan? Bagaimana bisa......
Sudah cukup! Ollin sudah tidak kuat lagi melihat pemandangan tersebut, pemandangan yang membuat hatinya kembali merasakan sakit.
Ollin pun bergengas pergi dari sana ia kembali membawa rantan berisi makan siang Bryan kerumah. Dengan mata yang memerah menahan air mata yang mendesak minta dibebaskan.
Setelah sampai didalam mobil dan menyuruh pak sopir untuk melajukan mobilnya baru air mata yang Ollin tahan ia lepaskan dengan kedua telapak tangan yang menutupi seluruh wajahnya ia menangis dalam diam, dengan tubuh bergetar Ollin menangis namun tak ada suara dari bibir Ollin karna ia menahan suara isakan tersebut agar tak keluar.
Ini masih diluar dan Ollin masih bisa menahannya nanti saja saat sudah didalam kamar ia bisa menangis dan berteriak semaunya. Dan sekarang ia hanya menangis tanpa isakan.
Tapi supir Ollin tau jika majikannya ini tengah menangis tapi ia memilih diam karna tak tau harus bagaimana? Takutnya dirinya salah dalam bertindak dan membuat mood Nyonya nya itu tambah buruk jadi ia memilih diam dan fokus menyetir.
Jangan lagi..... Jangan terulang lagi....aku mohon....
|B E R S A M B U N G....
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted [✔]
Romance[WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Bagi Ollin menikah dengan Bryan seperti sebuah mimpi. Mimpi yang selama ini ia impikan terwujud. Namun lain lagi bagi Bryan pernikahan yang ia lakukan secara terpaksa, pernikahan yang tak diinginkan nya yang harus ia...