ANGGAP saja semua kisah cinta itu manis dikenang. Termasuk waktu menunggu di restoran mewah, berduaan sama gadget tersayang, bolak-balik melirik ke bagian atas layar, menghitung menit. Anggap saja bolak-balik melirik ke arah pintu masuk dan beberapa kali beradu pandang dengan pengunjung di meja lain dan dengan para pramusaji yang seolah mengatakan, "Mbak-nya duduk doang, nggak pesan apa-apa lagi?" sebagai latihan menahan malu. Sepertinya semua pasangan akan melalui tahap itu. Anggap saja, itu latihan kesabaran sebelum menikah.
Tapi, terkadang Ria bertanya-tanya... sebenarnya, berapa orang yang benar-benar beruntung bisa menikahi cinta pertamanya? Dan berapa dari mereka yang benar-benar bahagia dengan pernikahannya?
Coba lihat kakaknya, Jacqueline, yang lagi-lagi hamil besar. Anak keempat, kalau menghitung kehamilannya sebelum ini---yang menurut kondisi medis, harus digugurkan atau Jacqueline bisa kehilangan nyawanya. Oke lah, Boni sang cinta pertama, memang mapan. Rumah mereka besar, dua tingkat, lima kamar, dan garasi yang muat diisi tiga mobil CRV. Ria bahkan bisa ikutan tinggal di sana tanpa membuat pasangan itu terganggu dengan kehadirannya. Mereka malah terus-menerus menambah keturunan tanpa membuat Ria risih dengan kemesraan mereka. Meski menurut pengamatan Ria, Boni cuma mesra kalau ada maunya, tapi setelah Jacqueline hamil lagi, Boni kembali menghilang dan lebih memilih bermesraan dengan pekerjaannya.
Is that the very definition of a happy marriage? Ria bertanya-tanya dalam hati.
Di meja bundar kayu yang dihiasi vas bunga kecil, Ria meletakkan novel yang dibacanya sejak tadi, memasukkannya ke tas tangan, lalu mengeluarkan ponsel.
Sama sekali tidak ada kabar.
Gelas orange juice di hadapannya belum tersentuh sejak satu jam yang lalu. Hiasan payung dan potongan stroberinya mulai terlihat tidak menarik. Sepertinya---lagi-lagi---pria yang dijodohkan dengannya kali ini berubah pikiran. Ria mendorong gelas minumannya itu ke tengah meja, lalu mengangkat tangan memanggil pramusaji.
"Minta bill-nya, Mbak." Padahal, sejak memilih restoran itu sebagai tempat janjian, Ria sudah mengincar macaroni carbonara yang tampak begitu creamy di foto menunya. Tapi, mungkin lain kali.
Tepat ketika kertas tagihan datang, ponsel di mejanya berdering.
Bukan, bukan dari si akuntan yang seharusnya menjadi pasangan blind date-nya malam ini. Hidupnya tidak diisi serba kebetulan seperti dalam film-film romantis semacam itu.
"Ada masalah apa, Bob?" Ria menyapa, to the point, karena pasti menduga ada yang tidak beres dengan persiapan untuk pameran besok. Satu tangannya merogoh tas tangan, mengambil beberapa lembar uang yang kemudian dia tinggalkan di baki kecil tagihan sebelum meninggalkan meja.
"Lo di mana?"
"Gue di resto hotel sebelah venue acara kantor besok. Kenapa?"
"Another blind date?" ejeknya.
"Another failed blind date," Ria terdengar malas.
Bobby teman satu kubikalnya. Bisa dibilang cowok itu tidak pernah perlu bersusah payah mencari pasangan. Tubuhnya ramping, bahunya tegap, dengan potongan rambut yang seperti anggota militer dan wajah tirus, dia dengan mudah membuat cewek-cewek menoleh. Apalagi kalau dia tersenyum, semua pipi kaum hawa pasti merona. Alis dan lirikan matanya persis Samuel Rizal, aktor Indonesia yang pertama berhasil bikin jantung Ria berdegup kencang di bangku bioskop.
Ria mendapati hari pertamanya bekerja cukup sulit karena Bobby duduk di meja sebelahnya, dan mereka cuma dibatasi sekat pendek di sisi kiri, yang memudahkan Bobby menjulurkan tangan meminjam pulpen Ria atau mencondongkan tubuh mengintip layar monitor Ria. Ia harus bekerja ekstrakeras melawan debaran jantungnya supaya bisa berkonsentrasi mengedit satu halaman novel di layar komputer. Tapi, setelah nyaris enam tahun berlalu, Ria mulai mati rasa, terutama melihat betapa sering Bobby bergonta-ganti pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
S1ngle
RomanceKata orang, bersih itu sebagian dari iman. Nah, kalau kata dokter gigi, kebersihan karang gigi itu sebagian dari kerja keras menyikat gigi. Tapi, sejak kecil, serajin apa pun Ria menyikat gigi, dia tetap saja harus merawatkan giginya ke dokter gigi...