Extra Part

623 35 11
                                    

"Mau ke mana?" Aileen yang berencana ingin kabur dari sekolah mendadak menghentikan gerakannya yang sedang memanjat tembok sekolah. Gadis itu menghela napasnya dan perlahan turun. Aksa sedang berada di belakangnya dengan tangan yang terlipat di depan dadanya.

"Hehehe...mau ke luar sekolah. Bentar aja. Satu jam." Aileen menujukkan cengirannya. Hilang sudah image baiknya di depan Aksa sekarang.

"Ngapain keluar sekolah? Kan tidak ada praktek." Aksa masih berdiri tegap dengan posisi yang tetap walaupun Aileen berjalan mendekatinya.

"Bentar lagi pelajaran Matematika. Kelasnya Bu Tati. Tau sendiri mulutnya Bu Tati gimana." Sungguh, Aileen sangat malu sekarang. Dia tidak mau Aksa menjadi tidak suka melihatnya hanya kepergok ingin bolos.

Terlihat Aksa menghela napasnya.
Lelaki itu melepaskan lipatan tangannya. Tangan kanannya di letakkan di atas kepala Aileen.
"Dengar ya, Aileen. Kita sudah kelas 12, sudah semester dua. Bentar lagi ujian akhir. Kamu jangan keseringan bolos." Aksa mulai menasehatinya dengan ceramahan khas lelaki itu.
Aileen sendiri sampai hapal karena kalimat itu selalu diucapkan Aksa ketika dirinya malas belajar.

"Iya, tapi nanti siang juga belajar bareng. Lebih seru begitu. Mulutnya Bu Tati tajam banget kalo lagi menghina." Aileen mengangkat tangan Aksa dari atas kepalanya.

"Aku tau kamu pintar, Aileen. Kamu cepat nanggep. Tapi, absensi kamu harus terisi. Nilai raport juga tidak semua dari hasil ujian. Diambil juga dari nilai keseharian." Aksa menangkup wajah Aileen di kedua tangannya.

Aileen menghela napas pasrah. Disaat seperti ini, mengapa Diaz tidak muncul? Padahal dia yakin, Diaz melihat kode darinya sewaktu dia berjalan melewati kelas temannya itu.

"Ya sudah. Iya, masuk ke kelas, deh." Aileen menghela napasnya sebal ketika dirinya tidak bisa menjawab satupun perkataan Aksa. Lelaki ini selalu bisa membuat dia mati kutu.

Aksa tersenyum senang mendengarnya. Lelaki itu juga mengelus kepala Aileen dengan lembut. Tentu saja hal itu tidak dilewatkan Aileen. Gadis itu selalu suka senyum terbatas milik Aksa.

"Ayo, aku antar." Aksa menarik pergelangan tangan Aileen. Lelaki itu mengambil langkah pertama kali, dan Aileen mengikutinya.

Sepanjang perjalanan, banyak mata yang menatap mereka. Melalu jendela kelas ataupun ada yang berpapasan dengan mereka. Aileen tidak menundukkan kepala malu. Dia menegakkan punggungnya dan berjalan dengan percaya diri, seolah dia sedang menunjukkan bahwa Aksa miliknya.

Sampai di depan pintu kelasnya, Aksa melepaskan genggaman tangannya. Di depan keduanya, ada Bu Tati yang sedang memberikan penyelesaian soal. Wanita yang berumur 40 tahun itu belum menyadari ada Aksa dan Aileen di pintu, padahal semua mata di kelas sedang tertuju pada Aksa dan Aileen.

Aksa akhirnya mengetok pintu kelas dengan sopan. Dan Bu Tati yang sedang menulis penyelesaian di papan tulis akhirnya mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang mengetok pintu.

"Ada apa kemari, Aksa?" Bu Tati mengehentikan sejenak kegiatan menulisnya.

Sebelum menjawab, Aksa terlebih dahulu menelan air ludahnya. Mata Bu Tati sungguh mengerikan.
"Ini bu, saya sedang menghantar Aileen." Aksa bergeser sedikit agar tubuh Aileen yang kecil terlihat.

Bu Tati sepertinya sudah mulai paham dengan keadaan. Terlihat dari wanita itu yang mengangguk sekali.
"Dari mana saja Aileen? Kamu tadi mau kabur dari kelas ibu?" Bu Tati berjalan mendekat ke arah Aksa dan Aileen.

"A..anu bu," Aileen sungguh tak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin baginya untuk menjawab secara terang-terangan bahwa dia mau kabur tadi.

"Apa?" Bu Tati masih menunggu alasan Aileen.

AILEEN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang