"Aileen, ini jadwal piket mu. Perhatikan baik-baik." Sari—si seksi kebersihan di kelasnya memberikan selembar kertas kepada Aileen ketika Aileen akan beranjak dari bangkunya untuk pergi ke kantin; karena sudah jam istirahat.
Sudah berjalan tiga hari Aileen bersekolah di sekolah tersebut. Tidak ada hal-hal aneh yang terjadi pada Aileen. Semuanya berjalan normal—jika Luna tidak kumat.
"Jadwal piket? Memang kita piket?" Aileen menerima selembar kertas tersebut dan mencari-cari namanya.
"Ya, iyalah bego. Emang nih sekolah punya nenek moyang lo?" Diaz menyentil jidat Aileen.
"Biasa aja. Jangan pake nyentil segala. Mengucapkan kata bego, penuh penghayatan lagi." Aileen menyentuh jidatnya yang di sentil oleh Diaz.
"Ihhh, gue gemes deh sama lo!" Diaz entah kerasukan setan apa, mendadak mencubit pipi Aileen dengan penuh rasa gemas. Dia juga mengelus-elus kepala Aileen.
"Tai, lo!" Aileen mengumpat sambil menyingkirkan tangan Diaz dari atas kepalanya.
"Iihhh, mulutnya ngomong kotor." Diaz menyentil bibir Aileen secara mendadak. Aileen yang sedang menatap jadwal piket itu langsung terkejut dan bibirnya terasa ada yang menyengat.
"Anjing lo, DIAZ!!" Aileen berteriak sebal.
Diaz terbahak dan langsung keluar dari kelas. Dia sudah tahu, bahwa Aileen tidak akan tinggal diam dengan segala tindakannya tadi.
"Gue minta lagi nanti ya? Gue mau nyusul anak setan itu dulu." Aileen menyerahkan jadwal piket tersebut kepada Sari.
"Iya."
"Maaf ya?"
"Nggak apa-apa." Sari tersenyum simpul.
"Vir, lo duluan aja ke kantin sama si Luna. Gue mau ngejar si Diaz dulu." Aileen berlari keluar kelas.
"Eh?!" Vira tidak jadi berbicara ketika Aileen sudah jauh dari dirinya.
"Masa gue harus gila sendirian, sih." Vira bergumam sambil menatap Aileen yang sudah berlari melewati pintu.Vira menghela napasnya.
Baiklah. Hari ini dia akan berjuang. Dia akan mencoba melatih kesabarannya dengan bersikap biasa saja saat berbicara dengan Luna.●●●
Aileen sudah mencari Diaz ke mana-mana tetapi belum juga dia temukan. Dari mulai aula sekolah, lapangan dalam ruangan, dan juga lapangan luar ruangan sudah dia datangi, tetapi tidak ada.
Di kantin juga tidak terlihat. Bahkan Aileen sampai putar balik menuju toilet laki-laki, dan bertanya pada setiap orang yang ingin masuk dan keluar, apakah mereka melihat Diaz atau tidak. Tetapi tidak ada.
"Sejak kapan, tuh anak jadi bisa sembunyi?" Aileen bergumam sambil matanya menatap sekitar untuk mencari keberadaan Diaz.
Saat dirinya mendekati perpustakaan, Aileen berpikir sejenak.
"Nggak mungkin dia di sini. Orang buka buku aja, langsung ketiduran." Aileen berperang batin.Memang dasar Aileen yang punya mata elang, saat dia melewati pintu perpustakaan, dia tidak sengaja melihat sepatu Diaz ada di dalam rak sepatu yang ada di perpustakaan. Bukannya apa, sepatu Diaz itu sepatu bermerek. Jarang dipakai anak-anak golongan Aileen.
Perpustakaan sekolah mereka sedikit unik. Selain besar dan luas, perpustakaan mereka memiliki peraturan. Harus membuka sepatu sebelum masuk. Baik ingin membaca di dalam, atau sekedar meminjam buku.
Setiap cm lantai perpustakaan dilapisi karpet. Semua orang yang membaca di perpustakaan, pasti duduk di lantai yang sudah terlapisi karpet.
Karena terlapisi karpet itulah, perpustakaan membuat peraturan wajib membuka sepatu sebelum masuk ke dalam. Karena karpet susah sekali dibersihkan. Perpustakaan juga dibersihkan seminggu sekali. Tidak menggunakan sapu, melainkan menggunakan vacum cleaner.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILEEN (Revisi)
Teen FictionTidak ada yang spesial dari cerita ini. Cerita ini sama seperti kebanyakan cerita masa SMA lainnya, dimana ada rasa kebersamaan hingga rasa kecewa kepada teman. Bercerita tentang Aileen, seorang gadis piatu yang ayahnya sendiri tidak dia kenali. Ail...