25. Tuhan Punya Rencana

412 26 0
                                    

Suasana sibuk akibat pentas seni semakin terasa di sekolah. Waktu pembelajaran dikurangi 10 menit setiap mata pelajaran agar para siswa/i dapat melatih kemampuan mereka agar dapat ditampilkan di salah satu acara bergengsi di sekolah tersebut.

"Lah? Bukannya kesepakatannya, gue cuman baca doang? Kok ini malah jadi ikut mengarang puisi?" Aileen protes di depan Josua. Apa-apaan itu? Dia bukan anak bahasa. Nilai bahasa Indonesia adalah nilai yang paling rendah dari semua mata pelajaran yang dia pelajari.

"Yaudah si Leen, nggak apa-apa. Kan ini musikalisasi puisi. Sistemnya kita kan puisi berantai. Bagian lo, ya lo sendiri yang mengarang. Biar lebih dapet emosinya waktu membaca." Josua memberi alasan. Sebenarnya dia sudah selesai mengarang puisinya. Hanya saja, terlintas di otaknya bahwasannya akan lebih baik jika Aileen menciptakan puisi sendiri.

"Nggak, nggak! Gue nggak mau." Aileen menentang.

"Yah... biar bagus Leen. Nanti kalo ada yang kurang lo pahami, gue pasti bakal bantu." Josua masih membujuk.

"Tapi, kalo nggak bagus, awas aja lo protes!"
Pada akhirnya Aileen menyetujuinya.

Senyum pada wajah Josua mengembang. Wajah Josua langsung sumringah di depan Aileen.
"Yaudah... berhubung tema yang diangkat dalam pensi ini adalah kasih sayang, bagian lo buat puisi untuk orang tua, ya?"

Aileen sempat terdiam. Tetapi pada akhirnya dia mengangguk tanpa protes.

"Jangan nyaplok dari gugel lo! Gue bakal tau itu!" Josua seperti bisa menebak.

Aileen menyengir.
Sial, dia ketahuan. Untung hanya mereka berdua yang berbicara.
"Iya-iya. Langsung nuduh lo!"

"Jidat lo udah berkerut. Gue udah tau kalo lo lagi mikirin rencana yang nggak-nggak." Josua menyentil jidat Aileen dengan pelan.

"Iya-iya."
"Yaudah, gue duluan. Mau makan gue!" Aileen langsung berbalik badan dan melangkah pergi.

Puisi untuk orang tua? Apa bisa dia mengarangnya? Puisi seperti apa yang harus dia buat? Entahlah, dia sudah bingung duluan.

●●●

Aileen berlari dengan cepat untuk menyusul keberadaan Diaz dan yang lainnya. Dia ingin cepat-cepat untuk bertemu dengan mereka. Walau sebenarnya, tidak ada alasan khusus untuk bertemu dengan mereka. Karena dirinya, Vira, dan Diaz adalah teman sekelas. Setiap detik mereka berbagi napas dalam ruangan yang sama.

"Eh, sorry! Maaf, ya? Jadi kesenggol." Aileen meminta maaf kepada orang yang dia senggol. Dikarenakan dia berlari dengan sangat cepat, dia jadi tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Suasana sekolah sedang ramai karena memang jam istirahat.

"Agh, lo kenapa lari-lari sih?" Perempuan yang tersenggol Aileen nampaknya masih kesal.

"Iya, soalnya buru-buru." Aileen masih merasa tidak enak.

"Makanya, tau waktu dan tempat dong. Jaga juga sikapnya! Kaya orang yang gak diajari aja." Perempuan itu langsung pergi begitu saja.

Aileen sejenak mematung. Dia masih kaget karena perkataan perempuan yang baru dia tabrak. Mengapa sekasar itu berbicara? Dia kan tidak sengaja, dia juga sudah meminta maaf dengan baik. Mengala dirinya dikatai tidak pernah diajari?

Saat hendak melanjutkan langkahnya menuju kantin—tempat teman-temannya berada, tiba-tiba saja sound sistem sekolah berbunyi yang menandakan adanya pengumuman.

"Panggilan kepada Aileen Jovanka Anindira kelas X IPS 1 ditunggu kehadirannya di piket."

Aileen yang mendengar namanya dipanggil langsung berbalik badan dsn berjalan cepat menuju piket. Jalannya cepat, jantungnya berdetak dengan sangat keras. Ada apa ini? Mengapa situasinya mendadak berubah menjadi menegangkan?

AILEEN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang