"Aileen!" Diaz berteriak heboh ketika dia sudah tiba di depan rumah Aileen. Lelaki itu memarkirkan sepedanya dan berjalan menuju teras rumah. Diketoknya pintu rumah Bibi Marni.
"Apasih? Heboh banget!" Aileen membuka pintu dengan kesal.
Bukannya minta maaf, Diaz malah terkekeh. Ingin sekali Aileen menonjok wajah lelaki itu."Lo nggak ke sekolah?" Diaz bertanya kepada Aileen ketika melihat Aileen masih memakai baju rumah.
"Sekolah. Lo gila? Ini masih jam enam bego." Aileen membuka pintu rumah lebih lebar lagi dan membiarkan Diaz masuk ke dalam rumah. Setelah Diaz masuk ke dalam rumah, barulah Aileen menutup pintu lagi.
"Bibi Marni mana?" Diaz bertanya dimana keberadaan wanita yang sudah seperti ibu pengganti bagi Diaz dan Aileen itu.
"Di kamarnya, kurang sehat." Aileen menghela napas. Pantas saja dia bangun, dan tidak mendengar suara teriakan bibinya menyuruhnya ini itu.
"Hah? Sakit apa?" Diaz melotot kaget.
"Jangan lebay. Cuman flu ringan aja. Mungkin bisa kena flu karena bibi belakangan ini lembur terus." Aileen menuntun Diaz untuk segera ke dapur.
"Oh. Eh, gue laper nih." Diaz memegang perutnya. Tetapi dahinya berkerut bingung saat tidak melihat satu pun makanan ada di meja makan.
"Lo sinting? Emang gue emak lo apa? Lo kan punya pelayan di rumah, lo. Lo laper, mereka semua pasti langsung masak." Itu yang Aileen bingungkan. Diaz seperti tidak punya rumah saja.
"Masakan mereka nggak sesuai sama lidah gue." Diaz menjawab.
"Yah, kalo nggak sesuai, lo bilanglah. Pasti dibuatin yang baru nanti."
"Berisik banget sih lo!" Diaz menyentil jidat Aileen.
"Sialan." Aileen mengumpat sambil menyentuh jidatnya yang disentil oleh Diaz.
"Jadi?"
"Jadi apa?" Aileen menunggu Diaz melanjutkan ucapannya.
"Kita makan apa sekarang?" Diaz menunjukkan cengiran yang menampilkan deretan gigi putihnya.
"Makan kayu sama batu. Noh, udah gue rebus!" Aileen menunjuk panci yang sedang berada di atas kompor yang menyala. Sebenarnya itu bukan kayu dan batu, tetapi sup ayam. Dia sengaja memasakanya agar bibinya nafsu makan.
"Heh, penciuman gue masih berfungsi." Diaz sudah tau yang dimasak itu adalah sup. Tercium dari harumnya.
"Yaudah, kalo begitu. Duduk lo. Udah matang itu." Aileen berjalan mendekati kompor. Membuka tutup panci, dan asap langsung keluar, seperti para abang go*jek yang berburu BTS meal.
Aileen mengambil piring, dan membuka magic com. Sama seperti sup tadi, asap langsung keluar ketika magic com dibuka. Aileen menyrndokkkannya di atas piring. Lalu mengambil mangkuk kecil dan menuangkan supnya ke mangkuk kecil tersebut. Tidak lupa, dia mengambil gelas dan menuangkan air hangat ke dalamnya. Semuanya dia letakkan di atas nampan.
"Eh, mau ke mana lo?" Diaz heran ketika melihat Aileen berjalan melewati meja makan sambil membawa sarapan yang sudah di masak tadi.
"Mau ke kamar bibi. Mau ngantar ini dulu."
"Lah, bukannya buat gue?"
"Dih, ngarep lo. Ambil sendiri sana!"
"Nggak sopan lho, begitu. Gue 'kan suami lo. Semuanya harus disiapin."
"Suami mata lo! Gue kawinin juga ntar bapak lo!" Aileen mengumpat kesal.
Diaz tertawa mendengarnya.
"Jangan dong. Nanti lo jadi mama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
AILEEN (Revisi)
Teen FictionTidak ada yang spesial dari cerita ini. Cerita ini sama seperti kebanyakan cerita masa SMA lainnya, dimana ada rasa kebersamaan hingga rasa kecewa kepada teman. Bercerita tentang Aileen, seorang gadis piatu yang ayahnya sendiri tidak dia kenali. Ail...