Dipagi hari dihari Kamis, kelas Aileen diawali dengan pelajaran matematika. Sejujurnya Aileen tidak masalah dengan pelajaran yang satu ini, karena dia bisa memahaminya jika benar-benar memperhatikan guru yang sedang mengajar.
"Eh, PR matematika lo berdua udah pada selesai?" Diaz melotot panik ketika mendapati lembaran buku yang seharusnya terisi, masih kosong dan bersih.
"Udah, emang lo belum?" Vira bertanya sambil melihat buku Diaz yang kosong.
"Belom, pinjam dong?" Diaz menatap Vira.
Vira yang deg-degan ditatap oleh Diaz hanya bisa berdehem.
"Jangan kasih, Vir!" Aileen mengompori.
"Setan, lo ya Leen?!!" Diaz ingin sekali menyentil dahi Aileen, tetapi tangannya tidak sampai karena Aileen sudah mundur duluan.
"Iya, kali ini aja. Gue kelupaan!" Diaz menatap Vira lagi.
"Yaudah, ini!" Vira memberikan buku PR matematikanya agar Diaz bisa menyalin.
"Yah, nggak asyik lo, Vir!" Aileen kecewa dengan keputusan Vira.
"Anak anjing, emang lo!" Diaz melotot kepada Aileen terlebih dahulu sebelum menyalin PR.
"Emang gue pikirin?" Aileen memeletkan lidahnya.
Diaz tidak memedulikan Aileen lagi. Dia lebih mementingkan PR matematikanya ketimbang meladeni Aileen.
Tetapi sialnya, sebelum Diaz sempat menuliskan satu angka saja di buku PRnya, guru matematika sudah masuk dan menyuruh semua siswa/i mengumpulkan tugasnya.
"Ayo, cepat! Jangan sampai ketahuan kalian mengerjakannya tadi!" Guru laki-laki tersebut melotot dengan mata sipitnya.
"Aduh, cepat banget sih datengnya." Diaz menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Lelaki itu menutup buku PR Vira dan mengembalikannya.
"Jadi gimana?" Vira menatap Diaz dengan tatapan khawatirnya.
"Yah, gimana? Pasti dihukum." Diaz terlihat sudah pasrah.
Aileen menghela napasnya. Walau dia suka melihat Diaz dihukum, tetapi terbesit rasa tidak tega di hatinya, melihat sahabatnya seperti ini.
"Siapa yang tidak mengerjakan?" Pak Susilo—guru matematika tersebut menggebrak meja dengan tangan kanannya.
Diaz langsung berdiri dan maju ke depan. Lelaki itu terlihat malu ketika seluruh kelas menatap ke arah dirinya.
Pak Susilo tampak menghela napas.
"Kamu lagi, kamu lagi. Daftar nilai kamu selalu kosong. Di raportmu, saya harus isi apa?"Diaz hanya menunduk. Lelaki itu memang jarang mengerjakan PR matematika. Padahal ayahnya memberikan dia les privat semua mata pelajaran. Memang dasar Diaz yang benci matematika. Setiap jam les matematika, dia akan membolos.
"Sudah, kamu bersihkan kamar mandi guru sana!" Pak Susilo sedikit membentak. Mungkin dia darah tinggi karena selalu Diaz yang muncul di hadapannya setiap kali dia mengatakan 'siapa yang tidak mengerjakan PR'.
Diaz langsung berbalik badan dan langsung keluar dari kelas.
Aileen tidak tertawa sama sekali. Dia malah kasihan melihat sahabatnya itu karena selalu menjalani hukuman sendirian.
Teman sekelasnya tidak ada yang tidak berani tidak mengerjakan PR matematika karena guru matematika mereka sedikit kejam.Pak Susilo menghela napas di depan kelas. Pria tersebut tampak menatap ke arah siswanya yang ada di hadapannya.
"Siapa lagi yang tidak mengerjakan, PR?"Aileen menghela napas. Gadis itu memasukkan buku PRnya ke dalam laci mejanya, dan berdiri ke depan kelas. Vira terkejut melihat tindakan Aileen.
"Saya pak." Aileen berdiri di hadapan Pak Susilo.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILEEN (Revisi)
Teen FictionTidak ada yang spesial dari cerita ini. Cerita ini sama seperti kebanyakan cerita masa SMA lainnya, dimana ada rasa kebersamaan hingga rasa kecewa kepada teman. Bercerita tentang Aileen, seorang gadis piatu yang ayahnya sendiri tidak dia kenali. Ail...