"Nanti waktu ujian, kalo lo denger suara batuk-batuk, lo noleh ke belakang, ya?" Diaz membujuk Aileen. Karena kebetulan pembegian kelas ujian keduanya sama.
Alresca Nero Ardiaz dan juga Aileen Jovanka Anindira. Keduanya memiliki nama yang berawal dari A. Nomor absen mereka bahkan berada dekat. Aileen nomor 5, Diaz nomor 6.
Maka dari itu, hidup Aileen dipenuhi oleh Diaz."Nggak mau. Kerjain sendiri!" Aileen memerika kelengkapan alat-alat ujiannya agar saat ujian, dia tidak meminjam-minjam.
"Yah, nggak asyik lo!" Diaz mendesah kecewa.
"Biarin!" Aileen memeletkan lidahnya.
Diaz menghela napasnya. Harus dengan apalagi Diaz membujuk Aileen?
Dengan wajah tampan nan menggemaskan, sudah.
Dengan isi kantongnya yang tebal, juga sudah."Nanti kita ke taman hiburan deh, gue bayarin." Diaz masih membujuk.
"Gue males. Selesai ujian, gue mau tidur." Aileen masih tidak tertarik.
Diaz menghela napas. Demi nilainya, dia rela melakukan apapun.
"Iya-iya. Gue jadi babu lo deh. Seminggu."Aileen menahan senyumnya.
"Sebulan.""Lah, kok malah melunjak?" Diaz terkejut mendengarnya.
"Nggak mau tau."
"Dua minggu." Diaz tidak ingin berlama-lama jadi babu orang lain.
"Dua bulan." Mata Diaz melotot.
"Iya-iya. Sebulan." Diaz mendengus.
Aileen tertawa puas.
"Nggak perlu deh." Aileen berubah pikiran.
"Ah, gue tonjok juga lo!" Diaz geram dengan Aileen yang tidak memiliki pendirian tetap.
Aileen terkekeh.
"Bilang, Aileen paling cantik, Aileen paling baik, Aileen paling rajin, Aileen paling pintar." Aileen tersenyum jahil. Ruang ujian mereka sudah mulai ramai.
"Nggak ah! Mending gue jadi babu lo sebulan!" Diaz ingin sekali segera kembali ke bangkunya.
Aileen tertawa.
"Yaudah, kalo nggak mau." Aileen berujar dengan nada boss.Diaz berbalik badan menatap Aileen.
"Iya-iya.""Aileen paling cantik, Aileen paling baik, Aileen paling rajin, Aileen paling pintar." Diaz mengatalannya dengan suara sangat teramat datar. Seperti orang yang memiliki tekanan hidup yang sangat besar.
Aileen tertawa puas.
"Udah 'kan?" Diaz menatap Aileen dengan tatapan sebalnya.
"Iya-iya. Gue puas."
Diaz hanya mendengus menanggapi tawa Aileen.●●●
Dua hari berselang.
Ujian sudah selesai. Saat ini sedang masa-masa memeriksa ujian dan pembagian nilai. Dimasa ini, proses remedial akan berlangsung.
"Eh, bagi rapot kapan?" Aileen bertanya kepada Diaz dan Vira yang duduk di depannya.
"Tiga hari lagi. Kenapa?" Vira menjawab.
"Nggak cuman nanya." Aileen menyahut.
"Halah, gue tau maksud lo." Diaz tiba-tiba masuk dalam obrolan.
"Kenapa lo?" Aileen menatap Diaz dengan dahi yang berkerut. Dia bingung dengan Diaz, dan juga dia tidak mengerti apa maksud Diaz. Memangnya apa yang dia maksud setelah bertanya kapan tanggal bagi raport?
KAMU SEDANG MEMBACA
AILEEN (Revisi)
Teen FictionTidak ada yang spesial dari cerita ini. Cerita ini sama seperti kebanyakan cerita masa SMA lainnya, dimana ada rasa kebersamaan hingga rasa kecewa kepada teman. Bercerita tentang Aileen, seorang gadis piatu yang ayahnya sendiri tidak dia kenali. Ail...