14. Luka

572 41 0
                                    

"Aduh, perih Leen!" Luna sampai berjingkrak-jingkrak karena tidak tahan dengan rasa perih yang dia rasakan.

Aileen bingung. Gadis itu tidak mengerti kenapa Luna bisa merasa sangat kesakitan. Matanya belum rabun dan otaknya tidak bodoh yang tidak tahu membedakan mana yang panas dan dingin.

"Perihnya di mana?" Aileen tidak tega melihat Luna yang menangis.

"Semuanya." Luna masih menangis.
Untung saja kamar mandinya per-ruangan. Tidak ada khusus cowok dan ceweknya karena mereka makan di rumah makan padang sederhana yang pemiliknya asli orang padang. Karena itu, tidak ada yang bisa melihat Luna menangis saat ini.

"Yaudah, kalo perih buka aja. Si Diaz beli yang baru kok bajunya." Aileen ingin membantu Luna, tetapi langsung ditepis Luna.

"Lo kenapa sih? Teriak-teriak, tapi baju lo nggak mau lo buka." Aileen jadi kesal sendiri dengan tingkah Luna.

Tak lama Vira datang menggedor-gedor pintu kamar mandi.
Aileen membukanya, dan Vira langsung masuk. Kamar mandi yang sempit ditambah tiga orang di dalamnya, langsung membuat ruangan pengap.

"Ini kantong plastik sama tissunya." Vira menyodorkannya kepada Aileen.

"Pegang aja dulu." Aileen malas memegangnya. Vira mendengus.

"Buat apa lagi? Buka baju lo! Biar kita ganti. Si Diaz bentar lagi palingan nyampe." Vira menatap Luna.

"Dia nggak mau." Aileen menyahuti perkataan Vira.

"Hah?" Vira bingung mendengar perkataan Aileen. Aileen hanya menggidikkan bahunya ketika Vira menatap ke arahnya.

"Lo kenapa? Sakit kata lo. Yaudah, buka aja." Vira meletakkan kantong plastik dan tissu di lantai yang kering.

"Kalo emang perih, kita buka satu-satu. Pelan-pelan aja buka bajunya." Vira mencoba menenangkan Luna. Tetapi Luna langsung menggeleng dan malah menjauh setengah langkah.

Aileen menghela napas.
"Tenang. Kami berdua masih suka cowok kok. Kami bukan lesbian."
Vira langsung menyikut Aileen dan melotot ke arah Aileen yang terkekeh.

Tak lama kemudian.
Tok!
Tok!
Tok!

Terdengar suara ketokan pintu dari luar kamar mandi.
"Aileen?" Suara Diaz memanggil.

"Iya?" Aileen langsung menyahut.

"Ini pakaiannya."

Aileen langsung membuka sedikit pintu kamar mandi, dia melihat Diaz menyodorkan satu paperbag dan Aileen langsung menerimanya.
"Lo belinya, baju-baju yang waras 'kan?" Aileen menatap tajam ke arah Diaz.

Diaz terkekeh.
"Iyalah. Mudah-mudahan muat."

Aileen menerima sodoran Diaz dan menutup pintu kamar mandi.

"Nih! Ayo ganti baju lo!" Aileen menyerahkannya kepada Luna.

Luna menggeleng.

Aileen dan Vira kompak menghela napas.
"Mau lo apa sih?" Aileen emosi dengan Luna.

Vira menghela napas lagi.
"Ada yang lo sembunyiin kan?" Vira menatap Luna dengan serius. Gadis itu juga mulai jengkel dengan tingkah Luna.

Luna tidak bisa berkutik. Dia hanya bisa diam sambil menatap kedua sahabatnya.

"Kalo punya masalah, ceritain. Jangan dipendam." Aileen mulai melembut.

Luna malah terisak melihat tatapan lembut kedua sahabatnya. Dia menangis sambil membuka satu persatu lapisan pakaiannya.

AILEEN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang