"Haru! Haru cantik!"
Haru menghela nafas dan berhenti menulis begitu melihat (Name) yang sudah menaruh kepalanya di atas mejanya, mengganggunya yang sedang belajar matematika.
"Ada apa?" tanya Haru mencoba bersabar.
"Makan yuk!" ajak (Name) yang mengeluarkan bento dari dalam tasnya. Haru hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil.
Dia tidak bisa menolak permintaan gadis di hadapannya ini.
Haru mengeluarkan bento dari dalam tasnya. Baru saja dia meletakkan bentonya di atas meja, tangannya sudah ditarik (Name).
"Ayo makan di tempat lain! Aku bosan di kelas!" seru (Name). Gadis itu tersenyum ceria, menghangatkan aura di sekitarnya.
Haru terdiam dan tertawa kecil. Laki-laki itu berdiri, mengambil bento miliknya dan sekarang dia yang menarik tangan (Name) keluar kelas.
"Ke taman sekolah 'kan?" tanya Haru memastikan.
"Yap!"
Haru sudah hapal semua hal yang disukai dan tidak disukai gadis itu. Bagaimanapun, keduanya sudah bersahabat sejak mereka SD. Sudah menjadi hal wajar jika mereka saling memahami satu sama lain dan saling mengetahui seluk-beluk satu sama lain.
Dan ini adalah salah satu hal yang disukai (Name), makan bersama orang terdekat di tempat yang menenangkan.
Meskipun nanti akan ada beberapa murid juga yang makan disana, (Name) tidak akan memedulikannya.
"Haru! Haru! Kau bawa bekal apa?" tanya (Name) iseng-iseng. Gadis itu tanpa sadar balik menggenggam tangan Haru.
Mereka berjalan bergandengan, bukan hal yang aneh. Justru sangat wajar dalam konteks persahabatan keduanya.
"Tebak saja~"
"Pasti onigiri!"
"Salah!"
"Uuuhhh ... ayam goreng?"
"Salah!"
"Aha! Daging sapi!"
"Yup!"
Kedua mata (Name) berbinar senang begitu mendengar bahwa jawabannya benar. Dia pasti akan meminta bekal Haru, itu sudah kewajiban!
"Oke Haru! Haru! Aku minta nanti!" titah (Name) masih dengan raut wajah senangnya.
"Tenang saja Tuan Putri. Aku sudah menyiapkan porsi lebih," balas Haru. Laki-laki cantik itu tersenyum kecil sambil menatap wajah sahabatnya.
Di perjalanan menuju taman, keduanya saling menceritakan pikiran masing-masing saat pelajaran fisika. Baik Haru yang menikmati pelajaran hitungan itu, ataupun (Name) yang pusing dengan pelajaran itu.
Bahkan keduanya tidak sadar kalau tangan mereka saling menggenggam.
Entahlah, keduanya tampak nyaman dan menikmati momen-momen ini. Tidak ada niatan saling melepaskan atau menjauh.
Oh ya ampun, bagaimana reaksi Tsukishima jika dia tahu hal ini?
"Disana! Disana!" seru (Name) sambil menunjuk tempat duduk di pinggir lapangan. Tempat itu mengarah langsung ke lapangan basket yang sedang dipakai anak-anak lain untuk bermain basket.
"Oke. Tapi jangan terlalu dekat dengan lapangannya," titah Haru.
"Siap!"
(Name) langsung berlari kecil menuju tempat yang dimaksudnya tadi, tangannya menarik tangan Haru. Membuat tubuh laki-laki itu tertarik dan kakinya berusaha menyamakan larinya (Name).
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓
FanfictionTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Tsukishima Kei ....