"Jadi ini semua terjadi karena masalah perusahaan?"
(Name) menganggukkan kepalanya, membuat Haru menghela nafasnya sambil mengetuk meja dengan jari telunjuknya. Dia memang sudah menduga hal ini sejak lama dan dugaannya terbukti benar.
"Papa bilang dia menikah lagi dengan wanita lain karena Ibuku belum hamil juga setelah beberapa tahun pernikahan. Meski dulu Papa bilang dia masih memperhatikan Ibuku, tapi tetap saja dia perlahan-lahan mulai jatuh hati pada istri keduanya," jelas (Name).
Tsukishima hanya diam mendengarkan, saat ini belum waktunya untuk berbicara.
"Seperti hal yang sudah umum terjadi di dunia bisnis, Papaku membutuhkan penerus secepatnya 'tak peduli mau anak perempuan atau laki-laki yang lahir. Aira-San lahir lalu aku beberapa tahun kemudian. Karena Papaku lebih memedulikan Aira-San yang adalah anak tertua dan juga penerus perusahaan, jadi Papa mulai melupakan Ibuku," lanjut (Name) lagi. Gadis itu merasa dadanya sesak dan akhirnya menghela nafas.
Tsukishima yang melihat itu refleks menepuk pelan kepala (Name), mengisyaratkan untuk pelan-pelan saja dalam menceritakannya.
"Lalu, seperti yang sudah kamu perkiraan Haru ... Papa menceraikan Ibuku karena merasa bahwa aku dan Ibuku hanyalah beban baginya. Dia lebih mementingkan penerus perusahaan dibanding wanita yang lebih dulu dia cintai sebelum istri keduanya," ucap (Name) mengakhiri cerita.
Haru meremas pelan gelas berisi teh yang dia pegang. Dia memang sudah tahu kalau masalah (Name) cukup rumit seperti ini, tapi dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Haru masihlah anak SMA yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Papa (Name) yang memiliki kekuasaan besar, sangat besar sampai Haru mungkin hanya seonggok masalah baginya.
"Aku bingung harus apa ... di satu sisi aku benar-benar sudah muak padanya, tapi aku juga harus bilang padanya mengenai pertunanganku," lirih (Name) yang menaruh kepalanya di atas meja.
Tsukishima menatapnya sebentar dan membuka mulutnya untuk berbicara.
"Apa dia benar-benar membencimu?" tanyanya.
(Name) diam, dia juga tidak tahu apakah Papanya benar-benar membencinya atau masih ada sedikit rasa sayang padanya.
"Aku tidak tahu ... kelihatannya Papa benar-benar membenciku ...," ujar (Name) yang sudah lemas lagi.
"Apa kau memperhatikan dia saat berbicara denganmu kemarin?"
(Name) mengerutkan dahinya. "Papa terkadang menatapku tapi dia juga mengalihkan pandangannya, tatapannya terlihat ... sedikit takut menurutku ...."
Haru sempat membulatkan matanya.
"Takut? Kurasa dia tidak punya alasan kuat untuk padamu," gumam Haru.
Tsukishima kembali menepuk pelan kepala (Name).
"Cobalah berbicara sekali lagi dengan Papamu itu. Jangan takut kalau dia akan melakukan kekerasan padamu, kalau kau mau aku akan menemanimu cebol," usul Tsukishima sambil mengalihkan wajahnya.
(Name) menatap lantai dan memikirkan usulan Tsukishima barusan, gadis itu menghela nafas dan kembali duduk tegak. Tangannya meraih tangan Tsukishima yang masih setia bertengger di kepalanya dan mengusapnya pelan.
"Mungkin ... aku akan coba bicara dengannya lagi, dan aku tahu siapa yang cocok untuk menemaniku," jawab (Name). Senyuman manis terukir di wajahnya, bahkan mampu membuat Tsukishima merona tipis karena senyuman itu.
(Name) menoleh menatap sahabat setianya yang duduk di seberang.
"Haru."
.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓
FanfictionTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Tsukishima Kei ....