» 𝑬𝒑𝒊𝒍𝒐𝒈 «

2.9K 392 179
                                    

"Bagus Keyara! Lemparanmu bagus!"

Gadis kecil berusia lima tahun itu tersenyum lebar kala dipuji oleh Akiteru, pamannya. Perempuan menggemaskan itu tadi melempar bola ke arah Akiteru dan langsung di-receive.

"Aku mau receive!"

Keyara mengangkat tangannya tinggi-tinggi, membuat Akiteru tertawa dan menoleh ke arah Adiknya yang merupakan Ayah dari Keyara. Tsukishima hanya menatapnya dengan tatapan yang seolah mengatakan, 'apa? Kenapa kau menatapku?' ke arah Akiteru.

"Ayah! Keyara mau belajar receive!" seru Keyara bersemangat sambil berlari ke arah Tsukishima.

"Yasudah belajar sana," jawab Tsukishima 'tak peka.

Keyara menggembungkan kedua pipinya kesal, menatap tajam Tsukishima yang malah dibalas tatapan tajam juga.

"Mau belajar receive dari Ayah," tutur Keyara. Jari-jari kecilnya meremas kuat celana Tsukishima, berharap Ayahnya langsung mengatakan iya.

Tsukishima menghela nafas.

"Ayah capek hari ini," balas Tsukishima. Dia tidak bohong, hari ini dia kelelahan dengan pekerjaannya di museum, rombongan turis yang datang itu sangat banyak seolah 'tak habis-habis.

"Ayah payah! Dasar laki-laki lemah!" ejek Keyara yang masuk ke dalam rumah sambil menghentakkan kakinya kesal. Tsukishima menatap anak pertamanya itu dengan tatapan datar, garam generasi kedua.

Dari dalam, terdengar suara Keyara yang mengadu pada (Name) soal Tsukishima tidak mau mengajarinya receive. Terdengar juga suara Keyara yang mengejek Tsukishima dengan sebutan 'payah' dan 'lemah', bahkan terdengar ocehan 'tak jelas Akeno, anak kedua Tsukishima.

(Name) sengaja memberi nama anak keduanya Akeno, alasannya untuk mengenang Ayahnya.

Tsukishima menghela nafas dan berdiri dari posisi duduknya, berjalan masuk ke dalam diikuti Akiteru di belakangnya.

"Tukang ngadu dasar," ejek Tsukishima sambil duduk di sofa. Tangannya meraih ponsel miliknya dan memainkannya.

Keyara menatap tajam Tsukishima, baru saja putri kecil Tsukishima itu membuka mulutnya untuk mengejek Ayahnya lagi, ucapan Tsukishima membuatnya diam.

"Ayah akan ajari, tapi besok. Tidak sekarang," tutur Tsukishima tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Seketika kedua mata Keyara berbinar senang, dan langsung menerjang Ayahnya dengan pelukan.

"Asik! Sayang Ayah! Sayang Ayah!"

(Name) merasa gemas dengan pemandangan yang ada di depannya. Baru ingin memotret kejadian di depannya, tapi Akeno yang berada di gendongannya sudah bergerak-gerak aktif.

"Abwaaaa! Yah! Yayah!" oceh Akeno. Kedua tangan mungilnya bergerak-gerak ke arah Tsukishima, seolah meminta digendong oleh Ayahnya itu.

"Sini."

Tsukishima mengulurkan tangannya dengan maksud menggendong Akeno, tapi (Name) ragu memberikan Akeno.

"Yakin? Tidak akan kesusahan? Itu Keyara sedang memelukmu loh," ujar (Name) sambil menunjuk Keyara dengan dagunya.

Keyara mempererat pelukannya pada Tsukishima, persis seperti anak koala yang 'tak mau berpisah dengan induknya. Tsukishima menggelengkan kepala.

"Berikan saja," ucap Tsukishima sekali lagi.

Menghela nafas, (Name) akhirnya memberikan Akeno pada Tsukishima. Dengan pelan dan hati-hati, Tsukishima menggendong Akeno dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mengusap-usap pucuk kepala Keyara.

"Ibu juga mau peluk Ayah!" seru (Name) yang ikut bergabung memeluk Tsukishima. Akeno tertawa senang, tangan mungilnya menepuk-nepuk pelan tangan Ibunya.

Tsukishima awalnya sempat terkejut, tapi akhirnya tersenyum tipis, sangat tipis sampai tidak ada yang menyadarinya.

"Aduh romantisnya~ sayang~ aku juga mau peluk~" rengek Akiteru saat melihat istrinya lewat sambil menggendong anak kedua mereka.

Tsukishima memutar bola matanya. "Sirik dasar," ejeknya dengan suara pelan.

Setelah Akiteru menghilang mengikuti istrinya, Tsukishima menyenderkan kepalanya di atas kepala (Name).

"Kei-Kun berat," ucap (Name).

"Belum seberat dosamu," balas Tsukishima dengan wajah datar.

"Uwaaaa! Waaa!"

Sekarang Akeno merengek ingin digendong lagi oleh (Name), anak laki-laki Tsukishima itu memang tidak suka terlalu lama digendong Ayahnya.

"Sini sayang."

(Name) mengambil alih Akeno dan menciumi kedua pipi tembam putranya itu.

"Ayah cium!" pinta Keyara sambil menunjuk pipinya.

"Tidak mau."

"Huuuuh!"

Meski menjawab tidak mau, Tsukishima mengecup lembut pucuk kepala Keyara dan mengusap-usapnya lembut.

"Sayang Ayah!" seru Keyara lagi.

"Ibu juga sayang Ayah!" timpal (Name).

"Umaaa!"

Akeno juga menimpali.

'Aku juga ... sayang kalian,' batin Tsukishima.

🧂🧂🧂

𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲: 𝟑𝟎 𝐃𝐚𝐲𝐬 • 𝐓𝐬𝐮𝐤𝐢𝐬𝐡𝐢𝐦𝐚 𝐊𝐞𝐢 •
𝐁𝐲: 𝐍𝐚𝐯𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐚𝐞𝐥

🧂 𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭 🧂


Bonchap besok atau lusa ya~

Makasih banyak yang udah mau baca sampe sejauh ini (。・ω・。)ノ♡

30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang