» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 17 «

2.3K 434 261
                                    

"Filmnya seru sekali! Aku mau jadi karakter utama perempuannya!" seru (Name) sambil berjalan di depan bersama Haru. Sementara Tsukishima dan Aira berjalan di belakang, keduanya diam tidak saling mengobrol bahkan sekedar menyapa.

Meski sesekali Tsukishima melirik perempuan berambut pirang yang ada di sebelahnya dan kembali memusatkan tatapannya pada (Name) seolah Aira tidak begitu penting untuk diperhatikan. Dalam hatinya Tsukishima kembali teringat masa-masa SMAnya bersama Aira.

Sedari awal menonton, firasat Tsukishima tidak terlalu mengenakan. Logat bicara perempuan di sebelahnya dengan logat bicara Aira cukup mirip, warna matanya juga. Meski rambut pirang dan kulitnya tidak terlalu mirip, Tsukishima kembali mengingat kebersamaannya dengan Aira.

Saat Aira menariknya untuk makan di kafe yang baru buka.

Saat Aira mengajaknya makan bersama di taman sekolah.

Saat Aira memarahinya karena terlalu keras berlatih.

Tapi sekarang semua itu hanya tinggal kenangan saja, Aira meninggalkannya entah kemana dan Tsukishima sudah punya calon tunangan, (Name). Bahkan Tsukishima sudah berniat untuk membuka hatinya untuk (Name), dengan kata lain si garam berniat untuk move on dari masa lalunya.

Sebagai langkah awal untuk move on, Tsukishima mengganti wallpaper di ponselnya, menghapus semua foto dan kenangannya bersama Aira. Melupakan gadis di masa lalu dan mencoba fokus pada apa yang ada di depan mata.

Tapi semua pasti ada cobaan 'kan?

🌚

"Ai— ah maksudku Yoshida-San, bagaimana filmnya? Apakah menyenangkan?" tanya (Name) yang hampir keceplosan mengucapkan nama Aira. Dia hampir lupa Aira memintanya untuk memanggilnya dengan nama marganya.

Aira masih belum siap untuk mengatakan hal yang sejujurnya kepada Tsukishima, dia masih merasa sedikit takut meskipun sudah mengumpulkan sedikit niat.

"Filmnya bagus, aku suka. Tapi sayang sekali hubungan keduanya harus hancur," tutur Aira dengan mata sendu. Dia turut merasa sedih, karena hubungan tokoh film dengan hubungannya bersama Tsukishima itu sama, sama-sama hancur.

"Benar juga sih ... mereka sangat cocok tapi tidak bisa bersatu," timpal (Name). Haru menepuk kepala sahabatnya itu dan memberi tahu kalau itu hanya sekedar film, jadi tidak perlu terbawa perasaan.

"Terkadang hal itu dibutuhkan, tapi setelah hubungan hancur 'pun harus tetap ada komunikasi. Setidaknya mereka tidak menjadi musuh," ujar Haru. (Name) menganggukkan kepalanya dengan bersemangat, menyetujui apa yang Haru ucapkan.

Aira terdiam mendengar perkataan Haru.

"Aku duluan ya," pamit Haru.

"Mau kemana?" tanya (Name).

"Toko buku, aku mau cari buku persiapan ujian masuk universitas."

"Aku ikut!"

"Tidak. Kau kembali ke hotel," perintah Tsukishima. Lelaki berambut kuning itu menatap tajam (Name) yang tingginya hanya sebatas bahunya.

"Aku juga mau beli buku! Aku butuh!"

"Ke hotel."

"Mau ikut Haru!"

"Kubilang kembali ke hotel."

"Mau ikut Haru!"

Tsukishima menggelengkan kepalanya, perempuan di hadapannya ini ada kelas satu setengah jam lagi dan dia masih mau main keluar. Tentu saja Tsukishima tidak akan membiarkan (Name) terlambat mengikuti kelas atau bahkan ketinggalan pelajaran sedikit saja.

30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang