"Tsukishima-Senpai!"
Tsukishima berhenti berjalan dan menurunkan headphone yang sedang dia pakai, karena seorang gadis, tepatnya adik kelasnya, sedang berdiri di depan gerbang. Gadis itu menunggu Tsukishima sedari tadi.
"Kenapa kau belum pulang?" tanya Tsukishima begitu sampai di depan gadis itu.
Aira hanya tertawa kecil sambil menggaruk pelan pipinya yang tidak gatal. Melihat itu, Tsukishima menghela nafas dan mengulurkan tangannya.
"Eh?"
Aira bingung sambil menatap tangan yang Tsukishima ulurkan. Pipinya memerah dan dia berusaha menutupinya dengan menundukkan kepalanya malu.
"Kenapa? Cepat. Tanganku pegal," gerutu Tsukishima.
Karena 'tak kunjung mendapat respon, Tsukishima berdecak dan mengambil tangan Aira. Menggenggamnya dengan erat seolah takut kehilangan dan mulai berjalan dengan tangan yang saling bergandengan.
"S–Senpai?!"
"Apa?"
"Tanganmu–"
"Cepat jalan saja. Aku sudah lapar."
Aira tersenyum kecil dan mulai mensejajarkan langkahnya dengan langkah kaki Tsukishima yang begitu lebar. Keduanya saling bercerita kehidupan sekolah masing-masing, tentang suka duka sehari-hari.
Keduanya memang sangat dekat, tapi hubungan mereka tidak lebih dari sahabat sekaligus senior-junior.
"Mau makan disana?" tanya Tsukishima sambil menunjuk sebuah kafe yang di pinggir jalan yang mereka lalui.
Aira menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Boleh."
Tsukishima masuk ke dalam kafe tanpa melepas tangan Aira sama sekali, dia merasa nyaman dengan tangan mungil yang sedang dia genggam itu.
"Duduklah. Aku yang akan memesan," titah Tsukishima setelah Aira duduk di salah satu tempat.
Aira menganggukkan kepalanya, dia tahu Tsukishima akan memesankan menu favoritnya, jadi dia tidak khawatir lagi.
Aira mengigit pelan bibir bawahnya, jantungnya berdegup begitu kencang. Dia selalu merasakan hal-hal itu ketika bersama dengan Tsukishima yang merupakan seniornya di sekolah.
Rasanya sedih ketika mengetahui bahwa Tsukishima sudah kelas tiga dan akan lulus, meninggalkan Aira di sekolah yang masih di kelas dua.
"Ada apa?"
Tsukishima mengusap pelan pucuk kepala Aira dan duduk di tempatnya semula. Matanya menatap khawatir ke arah Aira.
Perlakuannya kepada Aira sangat berbeda jika dibandingkan dengan perlakuannya pada teman-temannya, terutama Kageyama dan Hinata.
Yah kalian tahu sendiri.
"Ah tidak apa-apa kok. Senpai sudah selesai memesan?"
Tsukishima menganggukkan kepalanya. Sebuah senyuman kecil terukir di wajahnya, menatap Aira dengan lekat.
Dia sungguh tidak ingin berpisah dengan gadis di hadapannya ini.
🧂🧂🧂
"Kei, bangun Kei. Kamu jangan meninggal dulu."
Tsukishima perlahan membuka matanya. Dia ketiduran saat mengerjakan dokumen pekerjaan di rumah.
Matanya mengerjap beberapa kali dan melihat Akiteru yang sudah duduk di depannya sambil memegang ponsel dengan posisi miring. Ditambah headphone yang menggantung di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓
FanfictionTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Tsukishima Kei ....